3 - Keberuntungan

2.5K 76 0
                                    

Saat kebetulan itu selalu terjadi padaku,
Bolehkah aku menganggapnya sebagai takdir?

-Zeela Gween Erlangga

❄❄❄

Setelah Gladys pergi dan menutup pintu Zee berdiri dan membereskan buku-bukunya yang tadi dia ambil untuk dibawa ke kelasnya. Saat hendak berdiri Zee menemukan sesuatu di sebelah buku-bukunya.

"Eh ini kan...." gumam Zee dengan suara yang pelan. "Handpone?" lanjut Zee seraya melihat lihat benda yang ada di dalam genggamannya. Zee terus mengamati benda berwarna rose gold tersebut sampai-sampai dia lupa bahwa lonceng tanda masuk telah berbunyi.

Rika yang melihat Zee hanya melamun di tempat pun menegur Zee.

"Apa masih ada lagi Zee? Kenapa masih berdiri disitu? Bukankah bel masuk telah berbunyi?" tanya Rika bertubi-tubi dari tempatnya.

"Eh iya bu, ini saya mau keluar kok bu" jawab Zee seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia pun keluar dari perpustakaan tersebut dengan terburu-buru. Rika yang melihat tingkah Zee hanya menggelengkan kepalanya.

Sesampainya Zee di rak sepatu di depan perpustakaan ia mengambil sepatunya dan memakainya. Selesai memakai sepatunya ia berjalan dengan santai walaupun tau bahwa bel masuk telah berbunyi. Toh? Sekolahnya punya dia.

"Fiks. Lo bisa buat gue kehilangan akal sehat gue, mulai sekarang gue cap lo jadi milik gue, dan lo harus mau, harus!" gumam Zee dalam hati ditengah perjalanannya sambil tersenyum miring.

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya ia sampai didepan kelasnya dan ia melihat bu Sari sudah ada di dalam kelasnya dan yaa.. Dia sedang menunggu Zee yang sedang membawa buku paket yang akan dipelajari hari ini.

"Masya Allah Zee, kamu lama amat sih ngambil bukunya, ibu sama temen-temen kamu udah capek nunggunya."

Zee melirik sekilas kepada teman sekelasnya yang sedang menatapnya lalu menoleh kepada bu Sari lagi. Ia meletakkan buku-buku yang ia bawa ke atas meja guru.

"Ibu ngapain nunggu saya? Yang nyuruh siapa? Nunggu tu sakit loh bu" jawab Zee santai dan tanpa beban setelah meletakkan buku paketnya.

"Iya sih nggak ada yang nyuruh" ucap Bu Sari Agak pelan tapi masih bisa di dengar oleh murid-muridnya. "Ya udah, kamu duduk sana" lanjut Bu Sari.

Zee berjalan ke arah kursinya.

"Baiklah hari ini............." bu Sari pun menjelaskan materi yang akan dipelajari murid-muridnya saat Zee berjalan ke tempat duduknya.

"Tumben banget lo lama dari perpus? Abis ngapain aja lo?" tanya Bryan ketika Zee telah duduk di kursinya.

"Gue ngadem dong, sekalian...." jawab Zee terpotong karna sebuah senyuman yang terbit di bibirnya.

"Sekalian apa?" tanya Bryan penasaran.

"Nyelesain masalah hati" jawab Zee masih dengan senyuman di bibirnya "Masalah hati?" tanya Bryan sambil memicingkan matanya, "lo gamau cerita sama gue" lanjut Bryan seraya menatap Zee dengan tatapan serius.

"Nanti gue cerita, oke?" ucap Zee seraya menoleh ke arah Bryan diikuti senyumannya yang tak kunjung pudar.

"It's oke" jawab Bryan. Bryan pun mengalihkan pandangannya menatap bu Sari yang sedang mengajar di depan kelasnya.

Sedangkan Zee? Dia tetap tersenyum sambil menghadap ke depan. Matanya memang sedang melihat guru mengajar tetapi pikirannya melayang ke pemilik handpone yang tadi ia temukan di atas meja perpustakaan.

GlaciesDove le storie prendono vita. Scoprilo ora