Bag 32 Guru pertama

2.5K 173 51
                                    

Miss me????

No???

Okay! Aku akan kembali besok kalau gitu!

Hehehe.... bercanda...

Btw selamat Hari Raya Idul fitri kawan-kawan... Mohon maaf lahir dan batin ya. Semoga kita diberi kelancaran dalam menjalin silaturahmi dengan keluarga dan kerabat ataupun mudiknya hehehe....

I miss you so much guys... tkyu untuk semua yang rela menunggu. I love you.

-----------||----------

Satu jam sudah aku bermain dengan tongkat sihirku, menerbangkan ranting pohon yang terjatuh di depanku. Awalnya aku hanya ingin mempersiapkan diri untuk menjadi guru sihir seseorang sebelum calon muridku datang. Seperti biasa, aku datang lebih awal dari waktu yang sudah ditentukan, lalu menghabiskan waktuku sebaik mungkin sambil menunggunya datang. Tapi ternyata calon muridku itu sangat menyebalkan, dia sudah melewati tigapuluh menit. Awalnya aku sangat bersemangat memainkan tongkat sihirku, berharap dia datang ketika aku sedang mempertunjukkan sihir yang hebat. Tapi harapan memang hanya akan berakhir harapan tanpa terwujud, waktu dan tenagaku terbuang sia-sia. Setengah jam dia tak datang-datang dan semangat menunjukkan kebolehanku pupus sudah.

Aku berdecak pelan. Apa dia lupa? Atau dia memang sengaja tak datang?? Dia mencoba mempermainkanku? Dia akan mendapat pembalasan jika berani mendekati singa yang galak.

Huh!!!

Ranting pohon yang menemaniku dari tadi dan tidak salah apa-apa menjadi korban kemarahanku. Kupecahkan dengan tongkat sihirku. Jika lima menit lagi dia tak datang, aku bersumpah akan menceburkannya ke Danau Agharti!

"Kukira kau bercanda," seru seseorang yang membuatku menoleh tajam ke arahnya. Dengan tampang tanpa dosa dia berjalan mendekat ke arahku lalu menurunkan tasnya di sebuah batu. "Baiklah, apa yang akan kupelajari pertama?" tanyanya setelah mengeluarkan tongkat sihir dari tangannya.

Cih! Bocah sialan! Bahkan dia tak meminta maaf sudah membuang waktuku menunggunya.

"Jeon Jungkook! Kau terlambat sekitar tigapuluh menit!" Seruku, "pelajaran pertama jika kau benar-benar menjadi seorang penyihir adalah memanfaatkan waktumu dengan sebaik-baiknya. Jadi jangan ada kata terlambat dikamusmu seperti ini!" Tekanku kemudian. Jeon Jungkook hanya menanggapi pernyataanku dengan mengangguk tanpa minat dan itu membuat tekanan darahku yang sedari tadi sudah tinggi tambah meninggi.

"Aku punya beberapa aturan ketika aku mengajarimu," kataku yang ditanggapi dengan decikan pelan dari mulutnya. "Yang pertama kau harus mau mengikuti semua aturanku," seruku tetap melanjutkan kalimat tanpa mempedulikan wajah protesnya. "Yang kedua, aku sekarang adalah gurumu, dan kau adalah muridku, posisiku lebih tinggi, jadi kau harus memanggilku sunbaenim!" Pintaku lagi yang langsung dihadiahi pelototan matanya.

"Kau ini gila hormat ya?! Kita masih sama-sama tingkat satu?!" Serunya.

"Itu aturanku! Kalau kau tak suka ya aku tidak peduli!" Seruku menekankan jika hal itu tak bisa dinegoisasi.

"Okey okey," jawab Jungkook pasrah dan itu membuat sudut bibirku sedikit terangkat sebelum kalimat berikut yang keluar dari mulutnya sukses memerahkan telingaku, "aku akan mengikuti semua aturanmu dengan patuh tapi jika aku menilai selama kamu menjadi guruku, kemampuanmu standar dan tak bisa mengajariku juga aku akan memutuskan perjanjian ini secara sepihak!" Serunya.

Cih!

Bocah sialan! Dia menantangku? Dia meremehkan kemampuanku? Aku tak percaya ini, di dunia ini ada anak yang begitu sombongnya dengan kemampuan tak ada seperti dia.

Bangtan MagicWhere stories live. Discover now