Bag 17 Musuh dan teman

2K 234 9
                                    

Seorang di depanku masih menatap tajam ke arahku, aku juga membalas tatapan yang tak kalah tajam kepadanya. Kami berdua hanya berdiri berhadapan sambil melemparkan raut muka penuh kebencian satu sama lain sambil menggaruk-nggaruk badan kami yang terasa gatal. Sudah beberapa menit kami dalam posisi seperti ini. Tak ada ucapan yang terucap hanya tatapan penuh peperangan lewat kilatan mata.

"Kamu tahu apa kesalahanmu?!" tanya Seongjung ketus. Akhirnya dia memulai percakapan juga. Dari tadi aku hanya mengumpatnya dalam hati.

"Kesalahan yang mana?" Pancingku tak terima.

"Owh! Kamu balas dendam rupanya ya?" Sungutnya kesal. "Itu karena salah kamu sendiri ikut campur dengan urusanku kemaren!!"

"Oh ya? Bukannya kamu yang dari awal ingin aku ikut campur ya?" tanyaku yang membuat mata Seongjung melebar.

"Ya... cewek gila ini ngomong apa ya?! Jarang mengada-ada!"

"Kamu itu yang jangan menyembunyikan fakta!!!"

Dasar pendusta!

Seongjung menghentakkan kakinya kesal. Tapi bukan dia saja yang kesal, aku juga! Dan  sebenarnya aku malas berurusan dengan dia. Apalagi dengan keadaan dia yang sekarang. Melihat mukanya saja membuat mataku menjerit kesakitan.

Suasana kembali hening. Kami juga masih melemparkan tatapan yang sengit.

"Gara-gara kamu! Badanku gatal semua!!! Lihat ini!!" Serunya sambil jarinya menunjuk ke badannya.

Aku tersenyum miring mendengarnya. Tentu saja aku melihatnya, karena peristiwa Seongjung tercebur tadi dia kena juga amukan air beracun itu. Bedanya jika mukaku tak kenapa-kenapa, muka dia ikut bentol semua. Lihatlah muka seperti ini sangat cocok untuknya dengan otak didalamnya yang busuk. Sebenarnya aku bingung kenapa bisa terjadi? Tapi rasanya aku sangat puas melihat keadaannya lebih parah dari aku. Rasanya ingin sekali aku berlari keliling menara sambil berteriak 'Horeeeeee' sekencang-kencangnya. Tapi aku akan melakukannya jika urat maluku sudah putus.

"Aku hanya berbagi rasa kepadamu," balasku tak mau kalah sambil ikut-ikutan menunjuk ke badanku. "Kamu mengirimkan neraka padaku, apa salah jika aku mengajakmu ikut bersama?" tanyaku sambil meloncatkan alisku dengan senyum kemenangan. Tapi dibalas dengan tatapan dingin olehnya.

Tak salah kan? Dia sudah membuatku sangat menderita gara-gara ulahnya. Mengajaknya bukan hal yang salah kan? Jujur saja aku tak peduli dengan pangkatnya sebagai kakak kelasku sekarang. Persetan dengan kesopanan!

"Neraka katamu?!!" Tanyanya dengan intonasi yang tinggi. "Akan aku bawakan neraka yang sesungguhnya kepadamu!!" Serunya dingin sambil menunjuk mukaku denga tangan jeleknya itu.

"Persiapkan dirimu untuk berlatih bertekuk lutut di depanku!"

Cih! Jangan bermimpi!

Setelah mengungkapan itu, Seongjung memakai jubahnya lagi dan menghilang dari depan mataku.

"Muka itu sangat cocok untukmu! Jangan sembunyikan dari yang lainnya, biar mereka lihat seperti apa dirimu yang sesungguhnya," ledekku. Sejujurnya kalimat ini adalah kalimat yang sangat ingin aku lontarkan sejak tadi.

Seongjung menyibakkan jubahnya kembali. Dan memperlihatkan wajah jeleknya lagi. Aduh! Rasanya mataku masih mengeluh dengan terpaksa melihat wajah jeleknya sekarang. Mataku belum terbiasa dan tak akan terbiasa.

"Nikmati saja hari ini, puas-puasin aja hari ini, sebentar lagi tawamu akan menjadi tangis!!" Ancamnya lalu berbalik dan menghilang lagi.

Aku yakin dalam beberapa hari ini dia akan menyembunyikan diri dibalik jubah penghilangnya itu. Menutupi wajahnya.

Bangtan MagicWhere stories live. Discover now