Bag 25 Mimpi

1.4K 156 27
                                    

Mungkin kamu akan menganggap suatu hal itu berharga ketika kamu kehilangannya

-----------||-------------

"RAPMON-SHII!!!"

Perlahan-lahan aku membuka kedua kelopak mataku. Yang kulihat pertama kali adalah langit-langit kamar asramaku. Otakku memutar lagi memori ketika aku melihat Rapmon tergeletak tak berdaya di depan menara dan setelah itu tiba-tiba semua menjadi gelap. Seketika aku bangkit dari tidurku, ingin bergegas melihat keadaan Rapmon.

Aku turun dari kasurku langsung berlari ke arah pintu kamar, "Kamu mau kemana Sha?" tanya Limy yang baru saja keluar dari kamar mandi. Aku tak punya waktu untuk menjawab.

Aku bergegas keluar kamar, ingin berlari ke asrama Rapmon, tapi aku menghentikan langkahku ketika melihat Rapmon lengkap dengan seragamnya yang rapi berjalan ke arahku. Mataku memperhatikan setiap tubuh Rapmon yang semakin mendekat dan tak ada tanda luka-luka di sana.

Sebuah pertanyaan langsung keluar dalam otakku, sehebat itukah penyembuhan dari marga Kim? Jatuh dari entah lantai berapa dan langsung sembuh begitu saja? Hebat sekali.

Eh???

Tunggu dulu! Ada yang aneh!! Bukankah tadi Limy bisa melihatku? Bukankah kemaren aku tak terlihat? Apa sekarang aku kembali dalam tubuhku? Aku tak salah dengar kan tadi? Limy benar-benar bertanya kepadaku kan?

"Hei Masha-shi," sapaan Rapmon menyadarkanku dari lamunan. Tanpa kusadari Rapmon sudah berada di depanku sekarang. Dia juga bisa melihatku. Berarti sekarang aku memang terlihat kembali. Tapi bagaimana bisa terjadi? Kenapa aku bisa langsung kembali? "Bagaimana keadaanmu?" Tanya Rapmon, "aku dengar kamu ditemukan pingsan di ruang bawah menara tadi malam," jelas Rapmon yang membuat dahiku mengernyit.

"Aku pingsan?" tanyaku kemudian.

"Iya, penjaga sekolah menemukanmu pingsan tadi malam," jelas Rapmon lagi, "ngomong-ngomong kamu kenapa bisa sampai kesana?" tanya Rapmon heran.

"Itu...." kalimatku mengambang di udara, aku bingung mau bilang apa. Aku tak mau jika Rapmon tau bahwa Seojung dan dayang-dayangnyalah yang membawaku ke sana. Aku tak mau Rapmon terseret dengan urusanku. Tapi aku harus beralasan apa?

"Apa kamu masih mencari cara untuk keluar dari menara ini?" Tanya Rapmon menatapku curiga, entah kenapa aku hanya bungkam karena tak tahu pilihan mana yang lebih baik kupilih. Mengangguk untuk kebohongan atau menggeleng dengan mencari alasan lain. "Betul kah?" tanya Rapmon lagi. "Kamu punya masalah apa sampai ingin keluar dari menara?" tanya Rapmon dengan nada penuh pengertian.

"Tidak! Aku tidak ada masalah apa-apa sekarang," ucapku lagi kemudian yang ternyata aku memilih jawaban bohong. Rapmon melengkungkan bibirnya tersenyum.

"Baiklah, aku kesini hanya ingin melihat keadaanmu, aku mengawatirkanmu karena kamu menghilang begitu saja dan ditemukan pingsan kemaren, sekarang aku lega," ucapnya lagi lalu melihat jam tangan di tangan kanannya, "sudah hampir jam tujuh, sepertinya kamu harus mandi untuk ikut belajar di menara," perintahnya lagi, otomatis aku menunduk. Benar saja aku masih memakai baju santai tadi malam.

"Iya, terimakasih Rapmon-shi," ucapku. Rapmon mengangguk sekilas lalu berbalik arah menuju menara lagi.

Aku berjalan masuk ke dalam kamar asrama dan menemukan Limy yang sedang bersolek di depan cermin. Dia melihatku sekilas lalu melanjutkan bersolek lagi.

"Siapa yang membawaku kemari tadi malam?" Satu pertanyaan keluar dari mulutku yang mewakili satu penasaranku.

"Penjaga menara," jawab Limy cepat tanpa menoleh ke arahku.

"Jam berapa?" tanyaku lagi.

"Emmm...." Limy mengetuk-ngetuk pelan dahinya dengan jari telunjuknya, "sekitar jam sembilan malam," jawabnya, "kenapa?"

Bangtan MagicWhere stories live. Discover now