Bag 23 Yang Terdalam

1.4K 158 9
                                    

Aku berjalan bergegas menuruni tangga, karena pada akhirnya aku menyerah karena tak menemukan siapapun di ruang perpustakaan walau berusaha keras mencari mencoba menyelusuri beberapa ruangan. Lagipula kalau dipikir hal yang sangat percuma juga karena bisa saja penjahat jelek itu memakai jubah penghilang. Dia punya seribu cara bukan? Tapi tentu saja aku punya cara lain untuk mengetahui kebenarannya.

Langkah demi langkah kulalui, suasana menara tampak tenang karena ini masih jam pelajaran sekolah. Sampai suatu ketika ada suara yang menghentikan langkahku.

"Kau murid tingkat satu! Berhenti!" Serunya, otomatis kakiku menuruti permintaannya. Perlahan aku mulai berbalik dan mendapati seorang pria tua berjalan mendekatiku. Pria tua berkumis tebal, wajahnya sedikit menyeramkan dengan jenggot panjang. Sepertinya wajahnya familier di ingatanku. Siapa dia?

Mataku membelalak tak percaya ketika otakku mengirimkan sinyal dan mengetahui sebuah fakta bahwa orang yang sedang berjalan ke arahku adalah kepala sekolah menara ini. Otakku kuputar cepat hanya untuk mencari alasan yang tepat keberadaanku di sini.

Aku berusaha tenang sambil membungkukkan badan sekilas ketika dia sudah berada di dekatku.

"Apa alasanmu bisa sampai ke sini?!" tanyanya cepat, "ini masih jam pelajaran!" Tegasnya lagi yang membuatku sedikit takut.

"Sa-saya hanya mau menemui kakak saya," jawabku sekenanya.

"Kakakmu? Siapa? Tingkat berapa? Ada perlu apa?" Tanyanya.

"Kakak saya, Soo Joo Naa, tingkat empat, saya hanya mau minta obat asma," jawabku berbohong sampai menggunakan nama sepupuku di rumah yang baru berumur tujuh tahun. Pak Choi Jong hoon  memincingkan matanya seperkian detik lalu  mengangguk-ngangguk sekilas.

"Baiklah, sekarang silahkan pergi ke kelasmu! lain kali jangan bolos lagi," perintahnya. Aku menundukkan kepala sekilas lalu berbalik berjalan turun tangga lagi dengan hati yang bersorak gembira. Aku baru saja terlepas dari mara bahaya besar.

"Nak," panggilnya lagi yang membuatku menghentikan langkah dan berbalik kembali ke arahnya dengan jantung yang berdebar, "keluarga dari marga Soo tak akan pernah kambuh asmanya di sini, kamu tahu ini adalah daerahmu seperti ketika kamu pulang kampung," ucapnya yang membuat jantungku berdetak lebih cepat duakali lipat menyadari bahwa aku seperti maling yang tertangkap basah sekarang. Banyak perkiraan berkecambuk di pikiranku sekarang seperti apakah aku akan di D.o? Atau hukuman apa?

Pak Choi Jong hoon tersenyum tipis ketika melihatku bungkam, dan membuktikan bahwa hal yang diucapkan adalah sebuah kebenaran, "Aku tak tahu kamu punya alasan apa sampai kau berani berbohong padaku, tapi satu hal yang harus kamu ketahui, janganlah kamu menyebrang ke jalan yang salah," ucapnya lalu berbalik ke belakang lalu pergi. Tapi tetap saja jantungku tambah berdetak lebih cepat lagi.

Apa saja yang diketahui pak tua itu? Apa pak tua itu ada di perpustakaan tadi? Atau jangan-jangan dia adalah orang yang membawa Choi Rahna di sini?? Mereka berasal dari marga yang sama bukan?? Tapi kenapa dia mengatakan aku tak boleh menyebrang ke jalan yang salah? Atau bisa jadi ini kiasan seperti yang dilakukan Choi Rahna kepadaku!

Aku menarik-narik rambutku frustasi karena sama sekali tak mendapat jawaban!

Sial!

Aku menghela napas panjang berusaha menenangkan pikiran.

Hmm... Aku tak boleh hanyut dari penasaran dari kepala sekolah tua itu, aku harus segera  melakukan pekerjaan lain!

----------||----------

Aku melihat jam besar di dinding menara dengan frustasi. Karena pukul 8 masih kurang lima menit lagi. Kakiku sudah terasa kram berdiri di sini, di depan menara selama kurang lebih satu jam dengan suasana yang sangat sepi, murid yang lain berdiam diri di asrama mereka masing-masing. Tentu saja aku akan mengirimkan sepucuk surat yang kutulis tadi dan sekarang sudah berbentuk pesawat terbang kepada ayahku. Aku sangat yakin, ayahku akan menjawab semua rasa penasaranku.

Bangtan MagicWhere stories live. Discover now