Bag 2 Ujian kembali

7.6K 469 56
                                    

'Jangan membantu lawan ketika sedang bertanding' adalah ungkapan yang sekarang mondar mandir di pikiranku.

Bagaimana tidak?!

Sejam yang lalu pengumuman ujian tadi diumumkan. Dan kami terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok biru, kelompok kuning dan kelompok hitam. Kelompok biru adalah kelompok yang jelas akan masuk ke tingkat selanjutnya tanpa ada ujian kedua. Kelompok kuning adalah kelompok yang harus mengikuti ujian kembali agar lolos. Dan yang terakhir kelompok hitam, aku yakin kalian bisa menebak sendiri jika kelompok ini sudah pasti tidak lolos dan akan mengulang tahun depan jika minat.

Kalian tahu? Sekarang aku berdiri di kelompok kuning. Ini benar-benar menjengkelkan. Aku mati-matian belajar siang dan malam harus tetap mengikuti ujian kembali. Dan yang membuatku lebih kesal. Rapmon! Dia dengan senangnya sudah berdiri di barisan kelompok biru. Ini sungguh sebuah penghinaan! Bagaimana bisa, orang ceroboh seperti dia diloloskan? Aku tidak mengerti dengan penilaian di sini.

"Maaf nunna," seseorang menepuk pundak kananku, serta merta aku menoleh. Di sana berdiri seorang pria berkulit putih, bermata sipit dengan rambut jingkraknya sedang menatapku.

"Ada apa ya?" tanyaku bingung.

"Nunna sudah punya kelompok?"

"Kelompok?" Tanyaku bingung.

"Nonna tidak memperhatikan pengumumannya ya? Kita kelompok kuning harus membentuk kelompok dengan tiga anggota," jelasnya. Aku menyapu pemandangan sekitar dan benar saja semua anggota kelompok biru sudah bergerombol tiga-tiga.

Aku menepuk jidatku pelan.

Astaga Mashaaa.... jangan karena kekesalanmu kamu jadi menghambat jalan menuju mimpimu!!! rutukku dalam hati.

"Hemm.. belum ya?" tanyanya kembali, "mau bergabung dengan timku?" tanyanya sambil tangan kanannya menunjuk seseorang di belakang. Aku mengikuti arah tangannya. Dan melihat sosok anggota timnya yang lain. Seorang pria, dia lebih tinggi dibandingan dengan cowok sipit di depanku ini. Dia tersenyum lebar ke arahku.

Ya ampun!!! apa aku bisa lolos dengan tim seperti mereka? Wajahnya benar-benar tidak meyakinkan!

Aku menghela napas panjang. Menimbang-nimbang sesuatu.

Tapi,,apa boleh buat, sepertinya hanya aku dan mereka yang belum genap untuk membentuk kelompok.

Aku menganggukkan kepalaku tanda setuju.

"Baiklah." Pada akhirnya aku menyetujuinya karena sepertinya tak ada pilihan lain. Aku hanya harus mengikuti ujian kali ini dan aku akan meninggalkan mereka setelah aku lolos nanti.

"Perkenalkan aku Suga dan dia teman kami Hobie," ucap pria sipit memperkenalkan diri.

"Salam kenal," ujar mereka serempak lalu membungkukkan badan.

"Aku Masha salam kenal juga," ucapku juga membungkukkan badan sekilas.

----------||----------

*UJIAN 2*

Ujian kedua adalah ujian labirin. Kami semua kelompok kuning bersama tim masing-masing harus masuk ke dalam labirin yang besar. Kami harus mendapatkan sesuatu yang berharga di dalam sana. Dan sesuatu yang berharga haruslah kami tebak sendiri apa itu sebenarnya.

Aku bersama kedua teman baruku mulai berjalan memasuki lebirin bersama dengan kelompok lain.

"Apa itu suatu yang berharga? Apa itu emas?" tanya Hobie mulai menebak-nebak.

"Aku pikir itu adalah sebuah tongkat sihir yang sangat hebat, inikan ujian sihir," tebakku tak mau kalah.

"Sepertinya bukan keduanya. Lihatlah di lorong labirin ini tak ada benda apapun, kurasa buka itu," timpal Suga.

Kami terus berjalan tanpa henti. Dan ini sudah lebih dari setengah jam kami berjalan dan menyelusuri labirin.

"Ahh, aku lelah, ayo kita istirahat sebentar," ucap Suga tanpa aba-aba dia langsung menepi ke sisi labirin dan duduk di sana.

Ya ampun... cowok macam apa dia, baru berjalan sebentar sudah kelelahan.

"Baiklah," seru Hobie senang, dia melompat-lompat kegirangan menghampiri Suga yang terlihat layu.

Sempurna! Aku mendapat kelompok yang sangat sempurna!

Pada akhirnya aku mengikuti mereka untuk istirahat sebentar sambil melihat kelompok lain yang dengan gigihnya mencari.

"Kita sudah berjalan selama ini dan belum dapat apa-apa," kata Suga membuka obrolan. Aku tersenyum miring karena setengah jam menurutku bukan waktu yang lama.

"Hyung, sepertinya sesuatu yang berharga itu bukan sebuah barang, tapi sesuatu yang lain," ujar Hobie memberikan pendapat.

Aku hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka. Tentu aku sedikit merasa kesal karena kami telah lama beristirahat di dalam ujian.

Ayolah,,, ini bukan waktunya kami malas-malasan bukan?

Tapi, aku hanya bisa diam sampai tiba-tiba sebuah ular cobra yang entah datang dari mana mulai berjalan ke arah kami.

"Ular,,,," teriakku, kami bertiga langsung beranjak berdiri dan dengan cepat Suga mengenggam tanganku dan kami bertiga berlari. Tapi, ternyata bukan kelompok kami saja yang di serang ular, kelompok lain juga. Karena aku perempuan sendiri, lariku tak lebih cepat dari mereka mereka. Aku berlari paling belakang sampai.

Slep!

Aku merasakan gigitan di kaki kananku yang membuatku langsung terjatuh, ular itu langsung melilit kakiku. Suga dan Hobie langsung berhenti berlari dan dengan keberanian mereka atau bisa disebut kenekatkan mereka, mereka menarik ujung ekor ular agar terlepas dari kakiku. Aku hanya bisa menangis kesakitan.

"Tolong.... ini ada yang terkena bisa ular, tolong siapa saja!" Teriak Hobie susah payah.

"Aaarrrggghhh,,," Suga tumbang di sebelahku, ternyata ular itu juga menggigitnya.

"Kita akan mati? Kita akan mati..." ujarku sambil mulai menangis. "Tak ada bantuan yang darang," ucapku susah payah ketika melihat keadaan di sekitarku hanya peserta ujian yang sedang berlari menyelamatkan diri dari ular.

Meskipun ular itu menggigit Suga, Hobie masih tidak peduli, dia masih menarik-narik ekor ular yang sekarang tubuhnya melilit kaki kami berdua.

"Pergi Hobie-ahh," kata Suga memerintah, "selamatkan dirimu, itu tak akan berhasil."

"Tidak hyung, tidak,,, aku tak akan meninggalkanmu, kalau kamu mati biarlah aku mati juga di sampingmu," ucap Hobie dengan suara bergetar.

"Aaarrrggggghh,,,"

Bhug!!!

Dan akhirnya Hobie ikut tumbang di samping kami berdua. Aku berada di tengah-tengah mereka. Bisa ular sepertinya mulai menyebar ke seluruh tubuhku, karena aku semakin lemas, ditambah lilitan ular itu semakin kencang. Aku hanya bisa menangis dan dua tangan menepuk punggunggku dengan pelan.

Dan akhirnya inilah kisah terakhirku... aku harus mati di dalam ujian. Harapanku menjadi penyihir hebat sirna sudah...

Ibu, ayah, maafkan aku,, maafkan aku... aku gagal
----------||---------

Lohaaa... guys... gimana ceritanya?? Tolong dong tolong kritik dan sarannya... butuh banget 😁😁😁.... tkyuuu

Bangtan MagicWhere stories live. Discover now