Bag 9 Seongjung

2.6K 262 22
                                    

Tiga detik kemudian salah satu dari orang yang memalak itu tiba di depan jendela dengan sapu terbangnya. Kepalanya melongok ke dalam perpustakan mengabsen kanan kiri.

Aku menahan napasku sejenak. Takut ketahuan. Jantungku berdetak lebih cepat ketika melihat wajahnya yang penuh dengan amarah melihat sekali lagi isi perpustakaan. Kuakui satu hal. Sebenarnya wajahnya lumayan tampan, sayang anak bandel.

Dia menggoyangkan tongkatnya ke arah pecahan kaca. Ajaib kaca-kaca itu beterbangan, terpasang, berkumpul menjadi utuh lagi. Sedetik kemudian dia terbang turun dengan sapu terbangnya yang membuatku menghela napas lega. Tanganku hendak terulur membuka jubah tapi tangan seseorang di belakangku yang semula digunakan untuk menutup mulutku, turun untuk menepis tanganku, memegang tanganku erat, dan menekuknya di depan perutku. Belum keluar umpatanku atas perlakuannya seseorang kembali naik ke depan jendela perpus tak lain adalah anak bandel tadi, dia mengecek kembali isi di dalam perpustakaan. Untuk beberapa detik aku terpana dengan seseorang yang berdiri di belakangku, yang secara tidak langsung memelukku sekarang. Dia telah menyelamatkanku dengan prediksinya yang tepat. Jujur saja, aku sudah merangkum kata-kata untuk mengucapkan beribu terimakasih atas aksinya ini. Tak perlu janji yang aneh-aneh seperti jika dia perempuan akan kujadikan saudara dan jika dia lelaki akan kujadikan pacara atau lainnya.

Hahaha. Tidak! Jangan konyol!

Si bandel tadi mengacak rambutnya kesal, tidak menemukan apa yang dia inginkan. Dia kembali lagi turun ke bawah. Seseorang di belakangku menyibakkan jubahnya. Serta merta aku menoleh ke belakang untuk melihat wajah si penyelamatku.

"Rapmon-shi," ucapku menyebutkan namamya. Rapmon tersenyum sekilas lalu melipat jubahnya dengan rapi, "kenapa kau lipat? Bagaimana kalau orang itu datang lagi?" tanyaku khawatir.

"Tidak, biasanya seseorang mengecek sesuatu hanya dua kali, tak lebih, aku bisa memastikan jika sekarang aman," jawabnya yakin.

"Ehm,," Aku menelan ludah dan mengumpulkan kata-kata di benakku, "Rapmon-shi, terimakasih," ucapku kemudian. Rapmon tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Apa kau mengenal pria kecil itu?" tanya Rapmon kemudian, aku menggeleng pelan. Rapmon menghela napas berat, "kenapa kau berurusan dengan kelompoknya Seongjung?" tanya Rapmon lagi. Aku mencerna pertanyaannya. Seongjung pasti adalah nama cowok bandel tadi.

"Aku hanya ingin membantu," ucapku sekenanya. Rapmon tersenyum manis.

"Ya, aku tahu kau orang baik Masha," cicitnya kemudian.

Kau salah Rapmon!

Aku tidak sebaik yang kau kira!

"Aku hanya memberi saran, jangan lagi kau berurusan dengan kelompok mereka, jangan lagi terlibat," kata Rapmon mengingatkan.

"Kenapa?"

"Mereka bukan orang yang senang dan berbaik hati dengan orang-orang yang ikut campur sama urusannya," jelas Rapmon. Aku mengangguk mengerti. Bukan hanya kelompok Seongjung, aku pun tidak akan suka dengan orang yang mencampuri urusanku. "Mereka tak akan memaafkanku kalau kamu ketahuan nanti," tambahnya. Aku mengembangkan senyumku.

Rapmon-shi jangan meremehkanku!

Aku tak akan mudah ketahuan!!

"Seongjung, ketua mereka, dia adalah murid yang mendapat peringkat dua di tingkat dua," kata Rapmon yang membuat senyumanku meluntur dan meleleh. Hanya ada satu kata di otakku sekarang.

Gawat!

"Jangan berurusan dengan mereka lagi!" Perintah Rapmon yang membuatku mangut-mangut.

"Ngomong-ngomong Rapmon-shi, sejak kapan kau berada dalam perpustakaan?" tanyaku penasaran. Rapmon langsung menundukkan pandangannya ke lantai, salah tingkah.

Bangtan MagicWhere stories live. Discover now