Pintu lift terbuka, buru-buru dia melangkah untuk memberikan pelajaran untuk suaminya karena sudah bermain-main dengan seorang Brylea Aenazzahra. Untung saja tadi ada Cogan yang mau mengantarnya pulang, ya, meskipun awalnya dia menolak.

Lea menekan setiap digit nomor yang menjadi password apartemennya itu supaya bisa masuk ke dalamnya. Dan alangkah terkejutnya ketika dia melihat suami beserta isi apartemennya yang sudah acak-acakan bagaikan kapal pecah.

"Milo!" teriaknya.

"Kok lo udah datang?" Kelihatan sekali wajah suaminya sangat terkejut ketika melihatnya sudah berada di hadapan cowok yang tengah berbaring di sofa

"Kenapa berantakan gini sih? Lo habis ngapain sih?" kata Lea.

Rasanya kepalanya ingin pecah ketika melihat semuanya. Kemasan makanan ringan ada dimana-mana, beberapa minuman yang tumpah hingga membasahi lantai, dan yang paling mengejutkannya adalah adanya lipstik perempuan.

"Habis ngapain aja sama cewek?"

"Sumpah Lea, gue gak bawa cewek ke apartemen ini."

"Tau ah kesel."

Milo menarik tangannya. "Lipstik ini punya Evan," katanya.

"Santui aja, lo bawa cewek ke sini, gue juga bakal bawa cowok ke sini juga. Semuanya impas," kata Lea.

"Jangan marah dong. Gue gak bawa cewek kok. Emang semua kerjaan Evan sama Angga, kalau gak percaya tanya aja mereka," kata Milo dengan wajah melasnya.

"Gue gak mau tau, apartemen ini harus bersih kayak tadi pagi," kata Lea.

Setelah berkata seperti itu, Lea berlalu begitu saja ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya. Di sekolah pusing karena ujian, di apartemen juga dibuat pusing karena tingkah Milo dan teman-temannya. Sudah jadi paket complit untuknya.

Sepeninggalan Lea, Milo menghela nafasnya dengan berat. Semua ini karena kelakuan Evan dan Angga yang dengan sengaja memberantaki apartemennya dan pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab setelah apa yang mereka lakukan.

Milo mengambil plastik hitam khusus sampah, memasukan satu per satu kemasan makanan dan minuman ke dalamnya. Kemudian dia membenarkan sofa yang udah tidak tahu posisi ke tempat semula. Dia benar-benar dibuat seperti pembantu oleh istrinya.

Lea keluar dari kamar, berjalan menuju dapur. Setelah membawa cemilan, dia pun duduk di sofa dengan kaki yang disilangkan. Dia mengarahkan suaminya untuk bekerja dengan baik sambil memakan cemilan tadi layaknya seorang mandor.

"Le, cape. Bantuin atuh," kata Milo.

Lea mengedikkan bahunya acuh. Suruh siapa memberantaki apartemen yang tadinya bersih-bersih saja. Sudah tahu apartemen milik suaminya ini cukup besar meskipun dihuni dua manusia. Ya, pastinya akan terasa cape jika membersihkan hanya seorang diri.

"Hallo, Gan." Lea berbicara dengan orang yang ada di seberang sana.

"Lo dimana, udah sampai?" tanya yang membuat Milo menghentikan aktivitasnya.

"Oh ya, lo datang ke apartemen yang tadi ya. Tau kan?"

Milo merampas ponsel milik Lea dan memutuskan sambungan teleponnya.

"Apa-apaan sih," kata Lea tak terima.

"Ikut gue," kata Milo sambil menarik tangan Lea.

Milo menyuruh Lea untuk duduk sebab dia akan menunjukkan sesuatu yang membuat istrinya itu bungkam. Cowok itu memutar cctv hari ini, dimana sejak mereka sarapan hingga Lea kembali ke apartemennya terekam dengan jelas.

Lea menutup mulutnya tak percaya, jadi lipstik itu memang punya Evano. Mereka memainkan truth or dare sebagai hukuman jika salah satu dari mereka tidak ada yang mau berkata jujur atau menentang tantangan.

"Ini lo?" Milo berdeham.

"Haha udah kayak tante-tante di pinggir lampu merah," kata Lea yang puas melihat suaminya menderita.

"Berdosa banget ya kamu menertawakan penderitaan orang," kata Milo sambil menutup laptop miliknya.

"Haha, sumpah kocak banget muka lo tadi."

"Kalau diibaratkan lo itu mirip badut. Udah mukanya putih, di pipinya ditaruhin lipstik terus-terus ... haha."

"Udah diam. Bibirnya minta dihukum ya."

"Bodoh amat. Lo lucu habisan. Pokoknya kalau besok mau main truth or dare lagi, gue ikut yayaya."

"Ayo sekarang mainnya," ajak Milo.

"Ayo, tapi bentar-bentar, gue ikat rambut dulu," kata Lea.

"Kan gue bilang jangan diikat," kata Milo.

"Kita mulai ya." Milo menghembuskan nafasnya, karena Lea tidak mau menuruti perkataannya.

Botol itu diputar oleh Milo, hingga beberapa detik kemudian berhenti dan menunjuk Lea.

"Truth or dare?" tanya Milo.

"Dare," jawab Lea dengan mantap.

Milo tersenyum devil. "Nih." Dia menunjuk-nunjuk bibirnya.

"Ih ogah banget," kata Lea.

"Ya udah kena hukuman," kata Milo.

"Apa?"

Milo menyuruh Lea untuk mendekat agar dia bisa membisikan hukumannya.

Milo mengecup pipi istrinya.

"Ih curang masa," katanya.

Milo hanya tersenyum. "Bodoh amat."

Arranged Marriage With My SeniorWhere stories live. Discover now