"Benarkah?" Gabriel menatapku tak percaya.

"Ya."

Gadis itu berdecak sembari menggeleng-geleng. "Mental orang kaya memang luar biasa!"

Aku tersenyum hambar. Sesungguhnya tidak begitu, ataukah barusan dia memberiku sindiran halus? Seperti Guven yang seringkali memanggilku 'orang kaya'? Apa pun itu, aku bakal belajar untuk tak begitu peduli.

Bus berhenti di percabangan radial yang berbeda dari yang kulalui kemarin. Percabangan sialan yang membuatku semakin pusing. Terlalu banyak jalan, terlalu banyak arah yang mesti kuhafal. Aku cukup payah dalam urusan ini. Kami berdua dan penumpang lainnya langsung turun dan berjalan menuju pos presensi. Pos ini tersebar mengelilingi kompleks gedung sekolah. Masing-masing sejajar dengan cabang jalan yang ada. Di sini kami harus memindai kode batang dengan kamera pada jam tangan pintar sebagai bukti kehadiran.

Kami berjalan menuju gedung, melewati air mancur yang menyemburkan air 30 meter ke udara. Kolam besarnya berbentuk lingkaran sempurna dan di tengahnya terdapat patung keempat pendiri Gateral—semua bernama belakang 'Osvaldo'.

"Ini adalah hari pertama untuk berburu prestise."

"Satuan alat tukar virtual di sini, ya?"

Gabriel menjentikkan jari. "Tepat sekali. Aku masih belum tahu sistem konversinya seperti apa. Aturan penukaran nilai ke prestise ini tidak berlaku untuk tingkat Middle School."

Gabriel menceritakan pengalamannya selama di Middle School dan aku menyimaknya dengan baik, hingga kami sampai di lobi dan ceritanya terjeda gara-gara langkahku tiba-tiba berhenti.

Lobi gedung sekolah ini dihiasi sofa ergonomis dengan tanaman hijau estetis di beberapa sudut. Ada garis lampu LED di dinding yang alurnya mengikuti bingkai-bingkai foto yang terpajang. Foto-foto itulah yang menghentikanku. Beberapa dicetak lebih besar dengan lebar 60 cm dan tinggi 100 cm. Foto Giona Osvaldo dan Hasegawa Bara adalah dua dari sekian banyak foto besar. Aku bisa memperhatikan wajah Giona di bidang datar itu. Senyum kecilnya terlampau tenang. Ada sesuatu berkelebat di dalam ingatanku saat memperhatikannya cukup lama, sesuatu yang tiba-tiba menumpulkan indraku. Aku berusaha menjelajah ceruk-ceruk gelap dalam ingatanku, tetapi semakin berusaha justru semakin kabur. Akhirnya aku pun abai.

"Ini para Brie dari tahun pertama Gateral berdiri sampai sekarang—maksudku, foto yang besar-besar itu," tutur Gabriel. "Deretan foto yang lebih kecil itu anggota Royal Class."

Selama berjalan menuju kelas, Gabriel menceritakan Brie padaku. Murid terbaik di angkatan pertama Gateral adalah Kynsley Brie dan August Brie. Begitupula di angkatan kedua dan ketiga masih dipegang oleh keluarga Brie. Semuanya adalah cucu dari Hansen Brie, fisikawan genius yang cukup berjasa pada pendirian Gateral. Hal inilah yang menjadi sebab mengapa di tahun-tahun berikutnya, siswa dan siswi terbaik di Gateral dijuluki Brie. Lalu akhirnya sebutan itu berubah menjadi istilah resmi.

"Nilai Kak Hasegawa hampir selalu sempurna. Giona juga." Kami berbelok menaiki tangga lebar yang melengkung.

"Benarkah? Sebenarnya Giona dan Hasegawa itu kelas berapa?"

"Hasegawa kelas XII. Giona kelas X, seusia dengan kita. Dia sudah masuk Royal Class sejak kelas VII."

"Memangnya dia secerdas apa, sih?"

"Dia ... bagaimana, ya? Aku juga tidak tahu. Namun, sejauh ini, dia memang luar biasa. Sudah menjadi rahasia umum kalau dia memiliki banyak pengagum di sini. Dia punya kemampuan aneh, eidetic memory, tahu? Semacam kemampuan untuk merancang, mengoperasikan, dan memperbaiki sebuah benda dalam pikirannya tanpa menyentuh apa pun."

"Aku juga bisa merancang lukisan indah di dalam pikiranku tanpa menyentuh apa pun, mengoperasikan ponsel dalam pikiran tanpa menyentuh apa pun. Apa istimewanya?"

High School Examen [Completed]Where stories live. Discover now