"sudah kenyang sayang?" Tanya Gavin begitu melihat isi piring yang sudah habis. Marsha mengangguk lalu meletakkan piring dimeja dan meraih gelas berisi air putih dan meminumnya, lalu memberikannya kepada Gavin juga. Setelah itu meletakkan gelas kosong di meja dan kembali memeluk erat Gavin.

"tidak mau mandi?" Tanya Gavin lagi sambil mengelus kepala Marsha dibahunya dan Marsha hanya menggeleng.

"Mau nonton?" Marsha menggeleng.

"Mau main sama Ayah? Atau bang Nathan?" dan Marsha menggeleng lagi.

"Marsha mau ke rumah kakek Jo? Ketemu Leo, mau?" Marsha kembali menggeleng.

"Mau makan cookies?" dan Marsha lagi lagi menggeleng.

"lalu Marsha mau apa sayang?"

"Mau peluk Gavin saja"

Dan keempat manusia lain disana menghela nafas lalu terkekeh pelan. Dan dua pria lain kemudian mencibir Gavin karena merasa cemburu.

Sepanjang hari ini Marsha tidak mau lepas dari Gavin. Keduanya hanya diam berpelukan di kasur Gavin sedari pagi hingga tengah hari begini. Mereka seakan membalas 18 hari tidak berpelukan bahkan tidak berinteraksi. Marsha tidak mau lepas dari pelukan Gavin dan Gavin juga tidak mau melepas pelukan Marsha.

Keduanya berpelukan erat membuat Nathan dan sang ayah mencibir Gavin karena cemburu dan Gavin membalas dengan menjulurkan lidahnya mengejek. Bahkan kedua lelaki itu sedari tadi ikut masuk kekamar Gavin dan duduk diam di sofa. Mereka menunggu jika sewaktu-waktu Marsha mau melepas Gavin dan berpindah memeluk mereka. Tapi hingga kini kedua anak itu belum terlepas. Serena hanya menggeleng melihat tingkah ketiga prianya itu.

Kini jam sudah menunjukkan jam 2 siang. Gavin dan keluarganya baru saja selesai makan siang dengan kondisi yang seperti pagi tadi. Dimana Gavin dan Marsha bertingkah manis dan ketiga yang lainnya hanya bisa menatap dalam diam kedua remaja itu.

Kini Gavin sedang duduk disofa ruang keluarga dengan memangku Marsha yang masih enggan melepas pelukannya. Televise didepan menyala dan menampilkan berita. Ada Garendra dan juga Nathan disana. Tapi kedua pria itu bukan menonton berita tapi menatap Gavin sinis. Mereka masih menunggu Marsha melepas Gavin dan berpindah memeluk mereka. Gavin mengabaikan tatapan sinis Ayah dan kakaknya itu. ia sibuk mengusap kepala Marsha lembut. Dan Marsha sedari tadi mereka duduk sibuk mengemut telinga Gavin.

"ahh, jangan digigit sayang" Marsha mengangkat kepalannya menatap Gavin sendu. Matanya berkaca-kaca hendak menangis. Ia takut Gavin kesakitan dan lalu melepas Marsha.

"sstt, tidak apa sayang. Jangan nangis. Lanjut saja, tapi jangan digigit yaa" ujar Gavin lembut mengerti ketakutan Marsha. Marsha kembali memeluk dan mengemut telinga Gavin.

"Marsha sayang, Gavin belum mandi dari pagi loh. Telinganya jangan dimakan begitu, jorok" seru Nathan tidak tahan melihat Marsha yang seperti bayi kehausan mengemut telinga Gavin. Marsha tiba-tiba menggeser kepalanya dan menatap nyalang Nathan membuat putra sulung keluarga itu terdiam takut.

"Ya udah, lanjut saja. Tidak apa" ujar Nathan gemetar. Garendra dan Gavin terkekeh melihat Nathan.

"Ayah, Gavin masih tidak bisa ke kantor sampai Marsha benar-benar stabil"

"iya, tidak usah pikirkan kantor. Ayah dan Erik bisa mengurus semuanya. Yang penting Marsha kembali seperti dulu"

"thanks dad"

"hem"

"apa sudah mau ke sekolah?" Tanya Garendra mengingat Gavin dan Marsha yang sudah terlalu lama ijin.

"tidak tau Yah, tergantung Marsha mau apa tidak. Lihat besok saja" jawab Gavin sambil mengusap kepala Marsha yang sudah terlelap dengan bibirnya yang masih menempel ditelinga Gavin.

Hei, nona absurd!Where stories live. Discover now