Teletubbies

Mulai dari awal
                                    

"Mau mandi atau mau makan dulu?"

"mau peluk Gavin saja" dan Gavin terkekeh pelan.

"semalaman udah pelukan loh, Marsha tidak lapar?"

"Tapi Marsha masih mau peluk Gavin"

"ya udah, sini peluk.." dan keduanya kembali berpelukan erat seakan tidak ada hari esok lagi untuk berpelukan.

"Sha?" tidak lama, Gavin mendengar isakan dan dadanya yang terasa basah. Marsha sepertinya menangis lagi.

"hei, kenapa? Kok nangis?"

"Marsha senang peluk Gavin, Gavin tidak pergi. Marsha senang. Tadi Marsha takut, Gavin pergi. Marsha takut" lirih Marsha membuat Gavin kembali merasa sesak. Ia pikir Marsha sudah kembali seperti semula, tapi gadis mungilnya itu masih saja ketakutakan dan menangis.

"ssstt, Gavin tidak pergi sayang. Tidak usah takut lagi yaa, Gavin disini. Sama Marsha terus"

"lihat." Gavin meraih dasi sekolah yang berada diatas nakas. Gavin mengikat tangan kanannya dengan tangan kiri Marsha dengan dasi itu.

"Lihat sayang. Tangan Gavin sudah diikat sama tangan Marsha. Jadi Gavin tidak akan bisa pergi dari Marsha. Gavin akan selalu sama Marsha, jangan takut lagi yaa"

"i..yaa.. Ga..vin tidak boleh pergi. Gavin tidak boleh lepas dari Marsha. Marsha mau sama Gavin terus"

"iya sayang iyaa. Sekarang ayo hapus dulu air matanya, habis itu kita makan"

" Tapi ini seperti lengket Gavin, Marsha tidak suka" Keluh Marsha merasa wajahnya lengket karena air matanya. Gavin terkekeh lalu mengangkat tubuh mungil Marsha masuk kekamar mandi.

"Mau mandi?" Tanya Marsha bingung.

"cuci muka aja yaa, perut kamu pasti udah kelaparan. Nanti saja mandinya" jawab Gavin lalu mendudukkan Marsha di washtafel kamar mandi. Meraih pelan kepala Marsha agar menunduk lalu membasuhnya dengan air dengan tangan kirinya. Karena tangan kanannya masih terikat dengan Marsha. Gavin kemudian mengusap wajah Marsha dengan sabun pencuci muka milik gadis itu dan kembali membasuhnya dengan air. Setelahnya mengusap dengan handuk kecil dengan lembut.

"Selesai. Marsha mau makan dikamar apa turun kebawah?"

"Marsha mau makan dibawah saja Gavin" dan Gavin dengan cepat meraih Marsha kedalam gendongan koalanya.

"Marsha, kamu lapar sayang?" Tanya Serena begitu mereka sampai dimeja makan. Marsha hanya menganggukkan kepalanya pelan.

"ya sudah, duduk dulu sayang" ujar Serena tapi Marsha masih memeluk erat leher Gavin dan Gavin juga terlihat enggan menurunkan Marsha.

"Gavin pangku Marsha saja bunda" seru Gavin dan Serena mengangguk mengerti lalu mengambil piring dan menyiapkan makanan untuk kedua anak itu.

"Marsha mau suapin Gavin tidak?" Tanya Gavin membuat Marsha menatapnya bingung diikuti Serena dan dua pria lainnya disana. Nathan dan ayahnya. Tidak biasanya Gavin minta disuapi yang ada minta menyuapi Marsha.

"tangan Gavin diikat sayang dan Gavin tidak bisa makan pake tangan ini" jelas Gavin sambil mengangkat tangan mereka yang terikat. Dan Marsha mengangguk mengerti.

Marsha mengambil piring yang penuh makanan dan memegangnya dengan tangan kirinya yang terikat dibantu tangan kanan Gavin yang juga terikat. Marsha menyuapi Gavin dan juga dirinya secara bergantian. Dan Gavin menerima suapan Marsha dengan senyuman lebarnya. Dan tangan kirinya yang terbebas sesekali mengusap ujung bibir Marsha atau mengusap kepala Marsha lembut. Mereka menghabiskan isi piring dengan bertingkah begitu manis. Mengabaikan tiga manusia lain yang juga disana menatap dalam diam keromantisan kedua remaja itu.

Hei, nona absurd!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang