"Lo dimana?" cerca Alaska.

"Maaf Ska, gue baru kelar mandi. Ada apa?"

"Ke bar sekarang, sebelum gue berubah fikiran!"

Tut. Tut. Tut.

Alaska menutup sambungan telefon lantas menarik gas diatas rata-rata menuju club yang sering dikunjungi bersama ketiga temannya dan Syeril tentunya.

Alaska sampai pukul 18.00 pas waktu maghrib. Masa bodoh tentang sholat, Alaska masuk kedalam setelah membuka seragam sekolahnya. Celana abu-abu yang tadi dipakainya berubah menjadi lepis hitam dan kaos putih polos sebagai dalaman seragam dilapisi jaket bomber warna merah.

Alaska menutup pintu mobilnya dengan cara dibanting. Dia tidak tahu lagi harus bagaimana, intinya Alaska merasakan sesuatu yang menyakitkan.

Suara musik DJ menggema diseluruh ruangan itu. Lautan manusia saling berdesakan, menggoyang-goyangkan pinggulnya dan menari dengan santai. Hampir semuanya berpakain seksi, beberapa diantaranya sudah ada yang bahkan sampai mabuk.

Alaska berjalan menuju bar dan duduk disalah satu kursinya. "Der, vodka sebotol," ucap Alaska pada waiter yang berjaga disana. Saking seringnya Alaska ketempat seperti ini, dia sampai kenal hampir semua waiter disini termasuk Deri.

"Nih, Ska." Deri menyodorkan sebotol vodka yang sudah dibuka. Alaska mengeluarkan uang dari dompetnya untuk membayar sebotol minuman haram ini.

Dia meneguknya tanpa memberi jeda. Rian, Kevin dan Dino sampai ditempat itu. Mereka langsung dapat menemukan Alaska dengan sebotol vodka di tangannya. Cowok itu terlihat masih sadar. Mungkin dia baru meneguknya sedikit saja.

Rian merebut botol vodka itu lalu meletakannya diatas meja bartender.

"Ada apa lo nyuruh kita kesini?"

"Tadi siang aja bilangnya nggak mau, males katanya."

"Makan tuh omongan lo sendiri," celutuk Kevin.

"Bacot banget lo semua!" bentak Alaska seraya kembali meneguk vodkanya.

"Bau-baunya ada yang lagi punya masalah nih," bisik Kevin di telinga Rian.

"Kayaknya sih, Vin."

"Apaan sih, kok gue nggak dikasih tahu?" timbal Dino.

Rian dan Kevin saling tatap-tatapan. Kemudian berteriak bersama, "KEPO!"

"Ish." Dino mencebik kesal.

Tawa teman-temannya sama sekali tidak tertular pada Alaska. Malah sekarang dirinya sudah setengah mabuk sambil berjalan ke tengah-tengah untuk ikut bergoyang bersama para manusia lain.

Rian, Dino dan Kevin kompat mengernyit tapi didetik selanjutnya mereka juga ikut mabuk kepayang lantas bergabung.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 19.25. Sejak satu jam yang lalu Aluna sudah sampai di rumah tapi Alaska belum juga sampai. Dia bertanya pada bi Eem dan mang Ujang, namun jawaban mereka juga sama.

Aluna menatap gelisah keluar jendela, beralih pada pintu yang ditatapnya nanar, berharap pintu itu akan segera terbuka dan menampilkan sosok suaminya.

Gadis itu menimang-nimang ponselnya dengan wajah khawatir. Dia mencari kontak Alaska di ponselnya. Lalu menelefonnya, bodoh amat kalau nanti Alaska marah karena Aluna berani menelefonnya, yang terpenting sekarang adalah kabar dari Alaska yang notabennya sudah menjadi suaminya.

Beberapa kali ditelefon tapi tetap tidak satu pun yang Alaska angkat. Aluna semakin merasa khawatir dibumbui panik. Pasalnya, waktu terus berputar dan saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 malam yang artinya Aluna menunggu Alaska sampai 5 jam lamanya.

***

Saku celananya terus bergetar, tapi Alaska tetap tidak mempedulikannya. Bunyi ringtone terdengar sampai belasan kali, namun, sangat kecil karena suara bising orang-orang disini. Alaska sempat menggerutu kesal dipanggilan ke-7. Tertera nama Bisu di layarnya.

Buat apa lo nelefon gue, su.

Alaska kembali memasukan ponselnya kedalam saku dengan mode off.

5 jam berlalu, Alaska memilih beristirahat dulu di sofa yang ada disana. Rian, Dino dan Kevin entah berada dimana. Mungkin sudah asyik dengan lonte-lonte disini atau masih berjoget. Entahlah.

Alaska memijat pelipisnya yang terasa pusing. Ternyata sebotol vodka belum cukup membuatnya mabuk.

"Der, minta satu lagi," ucap Alaska sembari mengacungkan tangannya pada Deri. Deri memberikan jempolnya pertanda iya pada Alaska.

"Nih, gue kasih bonus bir buat lo," ucap Deri. Dia menyodorkan 2 buah botol vodka dan bir.

Alaska menggeleng, "bir buat lo aja. Pahit."

"Lumayan loh, Ska, gratis. Haha."

"Nggak, udah sono lo," usir Alaska. Deri mendengus tapi tetap pergi meninggalkannya.

Alaska meneguk vodka yang sudah dibuka oleh Deri sebelumnya hingga tandas. Namun, sepertinya, sebanyak apa Alaska meminum miras tetap tidak akan mabuk. Hingga dia terus meminta tambahan botol pada Deri sampai semuanya terasa ringan.

Alaska sudah menghabiskan 7 botol vodka dan sekarang dirinya mulai mabuk kepayang. Berjalan sempoyongan dan berjoget bersama para perempuan tanpa memikirkan Aluna yang begitu khawatir padanya.

Intinya, saat ini, Alaska hanya ingin melampiaskan kekesalannya. Dia tidak tahu kenapa melihat Aluna dengan Reiki bisa membuatnya bejat kembali.

Alaska bergoyang lalu berdansa. Musik DJ bak irama yang menenangkan ditambah dirinya yang perlahan mulai terkena efek vodka.

***

Disisi lain, Rian tengah berada di kamar bersama seorang wanita cantik dengan pakaian seksi. Rian sendiri sudah mabuk sejak awal meminum wine. Dia memang tak sekuat Alaska yang baru minum seteguk saja sudah mabuk.

Sedangkan Kevin, dia sedang duduk disisi lain club dikelilingi wanita cantik. Ada dua dipangkuannya dan dua disisi kanan juga kirinya. Sungguh surga dunia.

Sementara, Dino seperti biasa. Usai meminum wine dirinya akan langsung mual dan menghabiskan sisa waktunya di toilet demi menuntaskan rasa mualnya. Ini bukan yang pertama kali bagi Dino tapi cowok itu selalu saja seperti itu setelah minum pasti mual. Aneh.

***

Bersambung...

INSEPARABLE (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now