🔱 Part 13 : Terciduk

12.5K 788 26
                                    

*Please vote and comment first*
Dont be siders!

*Please vote and comment first*Dont be siders!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Enjoy your journey~

--🍀🍀🍀--

"Sayang, sudahlah. Biarkan para pelayan itu melakukan tugasnya, kau tidak perlu ikut repot membantu." Stefan berujar mendatangi sang istri yang kini tengah berkutat di dapur untuk menyiapkan santapan makan malam mereka.

Alice yang mendengar itu hanya tersenyum mendapati suaminya berdiri di pintu masuk pantry dengan wajah memelas. Suaminya kerap kali merengek tanpa sadar ketika hal yang ia mau tidak dituruti.

"Sebentar lagi sayang. Lebih baik kau duduk dulu sambil menunggu anak-anak datang," ujar Alice lalu kembali berkutat dengan masakannya yang belum siap.

Mungkin bagi Alice, merengeknya Stefan itu terkesan biasa atau malah lucu. Tapi, untuk para pelayan yang berada di dapur itu malah merasa ketakutan karena melihat masamnya wajah sang majikan. Sebenarnya mereka sudah ribuan kali melarang Alice untuk ikut memasak, tapi wanita itu sendiri yang bersikeras ingin membantu.

"N-nyonya."

"Hm?"

"Lebih baik masakan ini biar kami yang menyelesaikannya, Nyonya." Ucapan si kepala koki itu diangguki serempak oleh pelayan yang lainnya.

Namun, Alice yang kini memakai apron dan tengah mencicipi masakannya itu memilih abai. Membuat para pelayan itu meneguk ludahnya kasar ketika Stefan menggulung lengan kemejanya dan melangkah mendekat dengan aura dinginnya.

"Kau benar-benar keras kepala," bisik Stefan pada telinga Alice yang malah berdecak risih.

Pasalnya, sang suami tengah memeluknya dari belakang. Pergerakannya yang tengah menumis di wajan itu jadi kesusahan.

"Stefan! Jangan ganggu aku!" Alice kesal sehingga menyikut sang suami. Stefan terkekeh dibuatnya. Hanya Alice lah satu-satunya wanita yang menarik di matanya. Tidak ada ketakutan pada diri Alice ketika sedang berhadapan dengannya, justru ia akan dengan lantang memarahinya tanpa ragu.

Itulah alasan kecil dimana Stefan telak jatuh cinta pada wanitanya.

"Katakan padaku, apa alasanmu bersikeras ingin memasak hm?" tanya Stefan lembut.

"Ini kewajibanku sebagai seorang istri dan ibu, Stefan. Seharusnya kau tahu itu, lagi pula aku ingin anak-anak makan makanan yang dibuat oleh tanganku sendiri," jawab Alice tanpa ragu.

Mendengarnya membuat Stefan menyerah dan mencuri ciuman di pipi Alice, "Kau sudah jadi istri dan ibu yang baik sayang," pujinya.

KIM FAMILY [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang