[1] PINDAH

5.1K 207 7
                                    

Judul: Kisah Sang Penghafal Al-Qur'an - KISPA
Penulis: Adlfb_
Start: Mei 2019
End : Desember 2019
Genre: Rohani, Romantis, Comedy, Islami
Ket. : Novel Pertama

Happy reading ❣️


Mentari telah bangun sekitar tiga jam yang lalu. Tanah mulai menghangat, dan embun pun berkilauan dengan cantik terkena sinar matahari pagi. Burung-burung tak kalah ingin menyemarakkan pagi hari. Kicauan yang terdengar berisik namun harmoni itu selalu menjadi ciri khas tersendiri di fajar yang penuh rahmat Ilahi.

Namun, suasana yang sedemikian itu nampaknya tak berpengaruh terhadap seorang perempuan yang tengah pulas tidur. Bukannya bangun untuk melongok nikmat Tuhan, tapi ia malah kian merekatkan selimut tebalnya.

"Hoammmm ...." perempuan bermuka manis itu merasa terusik dengan kehadiran orang-orang yang berdiri di samping ranjangnya. Perempuan itu Marsya.

"Cepet bangun Marsya!" kesal kakak perempuannya, Meisya.

"Addadadadadaww...!! Duh, sakit tau, Kak!" Marsya mengaduh saat tangan Meisya tiba-tiba menggapai telinganya. Langsung saja telinga Marsya memerah bak tomat karena jeweran kakak perempuannya.

"Cepet bangun sana terus siap-siap. Kamu gak inget ini tadi hari apa?" imbuh seorang lelaki tanpa nada yang menggebu-gebu. Lelaki itu adalah anak sulung, Irsya.

"Hah! Emang hari apa? Bukannya libur sekolah, ya? Udah deh, ngantuk gue. Hush hush hush, pergi kalian, gue m-"

Byuurr ....

"Shit! Woi dek, lo bisa ga sopan dikit sama kakak sendiri!?" teriak Marsya. Siapa sangka Marsya yang hendak kembali tidur malah disiram air segayung.

"Makanya cepet bangun!" geram si pembawa air, yang tak lain adalah si bungsu, Melisya.

"Ealah lu adek laknat! Untung adek. Kalo bukan, udah gue ceburin lo ke samudra!" kesal Marsya sembari menyibak selimutnya yang basah.

"Udah deh, cepetan bangun! Kita udah nungguin lo dari tau! Ntar mama dateng gimana coba?! Dipendem idup-idup tau rasa lo!" sergah Meisya tak terkendali.

"Mei, gak usah keras-keras dong ngomongnya." ucap Irsya menasihati Meisya.

"Gakpapa lah, Bang. Toh d-"

"Ada apaan ini pagi-pagi udah rame? Mau diundangin warga? Iya mau? Gak tau malu ya sama tetangga!" seorang wanita paruh baya yang sedari tadi ditakutkan keempat anak itu akhirnya datang juga. Ya, ibu mereka, Elisa. Tak berapa lama kemudian, muncul juga kepala keluarga di rumah itu, Ahmad.

"Siapa yang teriak-teriak tadi? Kalian lupa tetangga kita baru keluar dari RS?" tanya Ahmad tanpa suara yang keras.

"DIA!" jawab Marsya dan Meisya bersamaan.

"Marsya, Pa!" Meisya menunjuk Marsya dengan telunjuknya.

"Ealah, enak aja lo nuduh gue! Lo juga kali! Lagian siapa yang gangguin gue—"

"Sudah-sudah! Kalian ini pagi-pagi sudah mau kiamat saja," lerai Ahmad.

"Ya elah, Pah. Siput aja masih santuy jalannya, dibilang kiamat. Kalo—"

Kisah Sang Penghafal Al-Qur'an [Selesai]Where stories live. Discover now