39. Tenggelam

71 13 0
                                    

Rasanya seperti tenggelam dan tak bisa mencapai permukaan.

♡♡♡

"Sya jadi murung terus akhir-akhir ini."

Aku tersenyum kecil menanggapi. Nadia, salah satu teman terdekatku itu memang sudah mengetahui apa yang terjadi dengan kami berdua.

Tentang jarak yang tiba-tiba membentang. Tentang rasa yang tak bisa bersuara.

Ia menyentil pelan dahiku, membuatku meringis kecil.

"Kalian sama sekali gak ada bicara?"

Aku menggeleng. Kembali fokus dengan novel yang ada di tangan, walau sebenarnya aku tak benar-benar masuk ke dalam kisah yang penulisnya tulis. Berusaha tidak peduli dengan topik obrolan yang ia ambil untuk kami bahas.

Entahlah, aku hanya merasa perlu pelarian. Walaupun tak cukup berhasil. Aku malah semakin galau, sial.

"Coba cerita sini. Kamu tuh gak cocok tau galau gitu, biasanya juga galakin orang."

Aku menoleh, menatap Nadia lama. Sedikit enggan untuk bercerita walaupun ia termasuk teman dekatku.

Karena sebenarnya ini sesuatu yang konyol, hanya karena patah hati kenapa aku harus seterpuruk ini?

Aku takut orang lain akan menertawakanku saat aku bercerita.

Selama ini yang mampu membuatku lebih terbuka dan leluasa bercerita apa saja hanya dia.

Aku tidak pernah sepercaya itu dengan orang lain selain dia.

Orang yang kini malah mematahkan hatiku dengan begitu hebat.

"Tatapan mata kamu tuh kaya bilang kamu pingin cerita, tapi mulut kamu tetap kukuh buat bisu." Nadia berdecak sebal.

Aku hanya tidak ingin merepotkan orang lain lagi.

Aku merasa baik-baik saja, sungguh.

Aku tidak ingin menjadi beban.

Dengan menahan air mata yang hampir jatuh, aku menyahut ucapannya dengan suara bergetar, "nggak-"

Namun sedetik kemudian aku membelalakkan mata ketika Nadia langsung menarikku ke dalam pelukannya.

"Gak apa kalo gak mau cerita, kamu punya aku kok, Sya. Aku gak bakal biarin kamu disakitin lagi."

Lama aku mematung sampai pada akhirnya aku membalas pelukan Nadia. Menangis kencang saat air mata yang sudah lama ku tahan akhirnya melesak keluar.

"Sudah kuduga, sahabatku satu ini bakal patah hati hanya karena seorang cowok."

Maaf.

Maaf merepotkanmu, Nad.

Aku hanya kehilangan pegangan dan arah.

Aku yang terbiasa diterpa gerimis, kini tumbang diterjang badai.

Rasanya seperti tenggelam dan tak bisa mencapai permukaan.

Efeknya memang sebesar itu untukku. Kenapa?

♡♡♡

52 Reasons Why I Love You Where stories live. Discover now