02. Senyumanmu

481 35 6
                                    

"Senyumanmu membuatku ingin membekukan waktu detik itu juga."

♡♡♡

"Yah, mampus."

Aku berkali-kali merutuk dalam hati. Mau bagaimana lagi, aku tidak sengaja tertidur tadi di rumah hingga melewatkan jam masuk ekstrakurikuler pramuka yang wajib diikuti oleh siswa di sekolahku.

Sekarang, sudah lewat 15 menit sejak pramuka dimulai.

Uh, menyebalkan.

Ikut ke dalam barisan sama saja dengan mencari masalah.

Aku termangu, terus bagaimana? Aku harus kemana? Habis ini aku juga harus mengikuti ekstrakurikuler yang lain. Tidak mungkin aku pulang ke rumah lagi.

Dan akhirnya aku berakhir di depan kelas 12 IPA 2.

Posisinya cukup strategis, keberadaanku tidak terlihat oleh kakak pramuka yang lain. Jadi setidaknya aku bisa bersembunyi sampai jam ekstrakurikuler pramuka habis.

Tapi...

Bosan banget.

Berdiam diri seperti orang linglung.

Aku memutar kedua bola mataku jengah sampai sedetik kemudian tersenyum lebar saat mendapati seseorang yang cukup ku kenal. "Eh, kakak!" Sapaku tanpa tahu malunya pada seorang perempuan yang baru keluar dari kelas yang berada di sebelah kelas yang ku diami sekarang ini.

"Loh, kok di sini? Gak pramuka?"

Aku menggeleng. "Telat," sahutku sambil cengengesan.

Perempuan itu tersenyum, kakak Fatimah namanya. Aku mengenalnya karena sering bertemu di musholla pada saat shalat dzuhur.

"Ke kelas kakak aja," ajaknya yang langsung kukabulkan.

Aku mengikutinya dari belakang, sampai aku mendapati kakak kelas yang sering kuperhatikan diam-diam itu juga ada di sana.

Aku mengulum senyum.

Dia sedang main biola.

Sejak datang ke sekolah tadi, aku sudah tahu dia ada di sini. Tapi aku tidak berani mendekatinya.

Aku hanya bisa menatap dari jauh.

Mendengarkan ia berlatih bermain biola di samping kelasnya. Hanya itu yang kubisa.

Aku tidak punya alasan untuk datang.

Dan sepertinya kali ini aku mendapat kesempatan. Satu kesempatan untuk mengenalnya. Hal yang sedari dulu selalu ku tunggu.

Ayolah diriku, jangan malu. Kamu tidak akan bisa dikenal olehnya kalau terus jadi penggemar rahasia seperti ini.

Sebentar lagi ia akan lulus. Waktumu untuk menunjukkan diri di depannya hanya sedikit.

Aku menarik napas gugup.

Tahu tidak? Ternyata dia belajar biola secara otodidak. Dan sebenarnya lucu sih, permainannya masih berantakan. Tapi aku tahu, dia belajar dengan baik. Dia hanya sedang menikmati prosesnya.

"Kak, itu mainnya salah."

Ia berhenti bermain lalu menatapku.

Ah, berhasil.

Mudahan aku tidak memalukan di matanya.

Aku beranjak mendekatinya, mengulurkan tangan untuk meminjam biolanya sebentar.

Aku tidak pernah lagi memainkan biola sejak aku lulus SMP. Alat musik satu itu mematahkan hatiku, memberikan kenangan buruk, membuatku terus merasa bahwa aku sangat payah. Memalukan.

"Kaya gini," ucapku sambil mencontohkan bagaimana caraku bermain padanya.

Tidak kok, aku tidak begitu mahir.

Tapi cuma itu alasan agar aku bisa berbicara dengannya.

Dia tersenyum.

Untuk biola, terimakasih. Meski pernah membuatku menangis, ternyata kamu bisa membuatku melihat senyuman seseorang yang kusuka.

Aku akan menyimpan senyumnya baik-baik dalam ingatanku.

Sekali lagi, terimakasih.

♡♡♡

asharumi

52 Reasons Why I Love You Where stories live. Discover now