Part 44

1.9K 217 10
                                    

"K-kamu mau apa, Ken?"

Aku membuka mata karena terkejut. Dia juga terkejut, tapi langsung senyum. Sinar matanya teduh dan lembut.

"Saya tidak akan memaksamu melakukan apa yang kamu tidak mau, kalau itu maksudmu."

Fiuh. Lega rasanya. Kukira tadi kami akan berakhir di tempat tidur, dan begitu-begitu. Maaf, aku masih memegang tinggi adat ketimuranku. No sex before marriage.

Ken membawaku ke kamar yang kutempati sebelum ini. Diturunkannya aku di tempat tidur, lalu kami sama-sama duduk bersila, berhadapan.

"Menginaplah di sini malam ini, Lissa," dia menatapku dengan banyak bintang di matanya. Jantung, tenang. Jangan berisik di dalam.

"Supaya apa?"

"Supaya saya bisa memelukmu sepanjang malam."

Ken...kenapa kamu seromantis itu? Kenapa kamu nggak bilang dulu perasaanmu? Apa yang menahan kamu, Ken?

Karena kalau kamu bilang mencintaiku sekarang, aku pasti akan menerimanya.

"Jangan curiga dulu, saya tidak akan mengajakmu berhubungan seks. Saya hanya ingin menikmati kamu ada di sini."

"Yakin kamu tahan?"

Dia tertawa. Ya ampun, manis banget ya Allah... Pengin rasanya dicium lagi.

"Yakin."

Entah kenapa aku percaya dia bisa melakukan itu. Maksudku, hanya bersama saja, nggak melakukan hal-hal yang dilarang agamaku sebelum menikah.

"Aku harus izin pada Ayah."

"Go ahead."

Agak alot juga minta izin sama Ayah. Beliau berkali-kali menanyakan apa aku yakin mau menginap berdua aja.

"Lissa udah tahu nilai-nilai keluarga kita kok, Yah. Bisa nggak Ayah percaya?"

Di seberang sana, Ayah menghela napas. Kupandangi Ken yang memandangiku dengan tangan di kedua pipi dan senyum lebar, dan sinar matanya yang iseng. Lucu banget. Pengin ketawa, tapi aku lagi sesi serius sama Ayah.

"Ayah akan coba percaya."

"Makasih, Yah." Suaraku hanya berupa bisikan.

"Hm. Kamu suka sama dia, ya?"

Suaranya bernada canda. Ah, Ayah. Dia betulan ayah yang pengertian.

"Jangan disebarluasin ya," sahutku sambil berbisik.

Ayah tertawa kecil. Lalu sebelum memutus sambungan, ia berkata, "Jaga dirimu, Lissa. Kadang-kadang cinta membutakan. Makanya, akal sehat harus tetap jalan."

Aku diam, terharu karena Ayah memilih memercayaiku walau ia sendiri tidak yakin aku bisa. Tapi aku nggak akan mengecewakannya, tentu. Aku nggak akan melanggar janji.

Selesai menelpon, Ken langsung meraih tanganku.

"Apa katanya?"

Aku maju dan mencium pipinya dengan lembut. "Promise me, we're only enjoying every moment before you go and no sex, okay?"

"I promise." Ken mengangkat dua jari dengan muka lucu. Lalu dia menarikku ke dalam pelukannya.

Nggak, dia nggak cium aku lagi. Kami cuma pelukan. Bisa kurasakan debar jantungnya, sama kencang dengan jantungku. Erat pelukannya sama erat dengan pelukanku. Kuhirup dalam-dalam aroma laut yang sudah menjadi ciri khasnya. Entah kapan aku bisa membaui ini lagi.

Malam itu kami memesan makanan lewat aplikasi. Ken nggak mau keluar rumah karena katanya dia lebih suka menghabiskan waktu berdua saja di sini. Jujurnya sih, aku juga malas keluar rumah.

Bilang Aja Napa [Completed]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora