Seisi kelas mendadak tertawa.

Bety langsung diam menahan malunya.

Sementara Rei malah mesem-mesem sendiri menatap tingkah sahabatnya itu.

Riki melirik kearah mereka. Pria itu hanya tersenyum. Bety memang lucu di saat yang begini-begini.

Bel pulang berbunyi.

Riki, Bety dan Rei melangkah kearah parkiran mobil barengan.

Perbedaan yang jelas dari Bety yang sekarang, kalau pulang gadis itu udah jarang minta jemputan. Riki akan selalu ada untuk jadi supir taxinya Bety pas pulang sekolah.

"Double date lagi yuk," ajak Riki tiba-tiba.

Rei segera menggeleng.

"Gak mau ah, kemarin gue abis jalan sama Dafa. Sekarang gue mau istirahat aja di rumah," jawab Rei segera.

"Tenang aja Rei, lo bisa pulang dulu kok. Ntar, sekitar jam tujuh-an. Kita berangkat date," ujar Riki.

"Emangnya kita mau date ke mana sih?" Bety mulai penasaran.

"Paman gue buat restoran baru. Babi panggang di sana rasanya enak banget loh, gue deh yang traktir," ungkap Riki.

Rei melotot marah.

"Terus lo nyuruh gue ngeliatin kalian makan gitu?" judes Rei.

Gadis itu segera masuk ke dalam mobilnya.

"Ih, Riki. Salah omong deh," Bety mengingatkan.

"Bukan gitu sih maksudnya," timpal Riki. Ia kemudian mengejar ke mobil Rei. Mengetuk kaca mobil berharap Rei mau menurunkan kacanya.

"Di sana juga ada makanan halal kok Rei. Beneran deh, dijamin halal kok!" seru Riki.

Rei akhirnya menurunkan kaca mobilnya.

Melirik Riki sinis.

"Kalau kalian mau makan, ya udah makan aja. Gue emang lagi gak mood mau ikutan," ujar Rei, kemudian menancap gas mobilnya.

Riki dan Bety masih tertinggal di parkiran sekolah.

"Lo harus tau, kalau Rei itu masih kayak dulu. Meski mama, pacar, dan temennya beda agama semua, tapi Rei tetep Rei. Dia masih sensitive kalau lo singgung sedikit soal perbedaannya," ungkap Bety.

"Iya deh, gue salah," timpal Riki bersalah.

@

Mobil Rei sampai di garasi rumahnya. Meski udah ngumpat-ngumpat di jalanan, tapi emosinya belum selesai bahkan ketika gadis itu menginjakkan kakinya di lantai rumah.

Rei menyelidik ke segala penjuru.

Harusnya mamanya sedang menunggu Rei di ruang tamu atau teras depan sekarang sambil menikmati teh. Atau mungkin mamanya akan dengan senang hati menyambut kedatangan Rei.

Gadis itu tiba-tiba terhunyung ke belakang.

Ada bayangan masa lalu yang tiba-tiba menyerubungi tubuhnya. Rei merasa seolah dirinya masih berada di rumah sendiri. Kesepian setelah papanya meninggalkan Rei. Tanpa ada seorang mama. Rumahnya yang selalu sepi dan Rei yang sering berdiam diri di kamar.

Rei mendadak kehilangan keseimbangan. Kemudian jatuh di sebelah sofanya.

Ia mencoba menarik kemudian membuang napasnya perlahan, namun gagal karena jantungnya berdegub lebih kencang. Napasnya dibuat tergesa-gesa. Rasanya mendadak sesak.

Tiga Belas [COMPLETED]Onde histórias criam vida. Descubra agora