Bab 9 - ILY to The Moon and Back

187 31 0
                                    

Jangan mau jatuh,untuk seseorang yang tidak bersedia menangkapmu

💫💫

"Rahel," Alma mengguncang lengan Rahel yang sedang sibuk menyalin catatan dari papan tulis.

Lima menit lalu, Guru matematika yang seharusnya mengajar mendapat panggilan dari Kepala Sekolah. Ini bagaikan angin segar yang berhembus ke kelas Sebelas Bahasa 1, setelah hampir satu setengah jam mereka berada dalam ruangan menyesakkan yang berisi pembicaraan tentang bagaimana cara menemukan x dan y.

Kelas yang sebelumnya begitu tenang, kini tampak---tak terdefinisikan.

Alma masih memasang muka melas, meskipun Rahel tak menghadap kearahnya. Cewek itu kembali mengguncang lengan sahabatnya itu. Kali ini lebih keras. Sampai pada akhirnya Alma mendapat tatapan tajam dari Rahel yang tulisannya berantakan karena ulah Alma. Sedangkan si pelaku hanya nyengir tanpa dosa.

"Ih sejak kapan sih Rahel jadi pundungan," gerutu Alma yang dibalas tatapan sinis oleh Rahel.

"Rahel beneran ngambek nih?"

Rahel mengangguk.

"Gak mau maafin gue?"

Rahel mengendikkan bahu.

Alma mendengus. Rahel yang cerewet masih mending daripada Rahel yang hanya mengangguk, menggeleng, atau mengendik saja. Rasanya Alma ingin memukul kepala Rahel, supaya sahabatnya itu lupa dengan semua rasa marahnya.

Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, saat ini Rahel pantas marah padanya yang sudah pergi tanpa kabar selama beberapa hari. Lagipula Alma senang Rahel marah karena alasan itu. Karena itu tandanya masih ada yang peduli padanya.

"Mau shopping gak Hel? Gue bayarin deh." Alma masih belum berhenti membujuk.

Dan Rahel hanya kembali menggeleng.

"Hel Hel, udah kayak orang bisu aja. Dari tadi ditanyain, cuma ngangguk sama geleng doang," celetuk Martin yang merasa aneh dengan tingkah Rahel yang biasanya paling cerewet di kelas jadi anteng begitu.

"Nah, bener tuh Hel kata Martin. Nanti kalo lo bisu beneran, lo gak bisa dong teriak waktu liat roti sobeknya Shawn Mendes."

Rahel mendelik mendengar perkataan Alma.

"Gini deh sebagai permintaan maaf gue, gue bakal traktir lo di kantin. Mau apa? Soto? Nasi goreng? Batagor? Mie Ayam?"

Rahel masih tampak tak tertarik.

"Bakso?"

Yes, Berhasil! Rahel menoleh. Alma tersenyum lebar, sampai dia merasa bibirnya akan sobek jika dia tersenyum satu cm lebih lebar lagi.

"Oke gue traktir bakso seminggu," cetus Alma masih dengan nada girang. Tapi tiba-tiba Rahel membuang muka lagi.

"Gue traktir sebulan," tawar Alma lagi.

"Deal!" dengan gerakan tiba-tiba Rahel menjabat tangan Alma.

Alma bersorak girang, kemudian memeluk Rahel sambil mengguncangkan tubuh ke kanan dan ke kiri.

Astrophile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang