MITCHELL SEBASTIAN CAMPBELL

47.8K 2K 134
                                    

Elena tersenyum bahagia melihat seorang bocah laki-laki berumur dua tahun sedang berlarian di sekitar kebun anggur. Sedangkan dirinya sendiri sibuk memetik buah anggur yang sudah masak. Bocah laki-laki yang mempunyai nama Mitchell Sebastian Campbell itu terlihat begitu senang berada di kebun anggur. Ah, nama yang dipilih oleh Jefferson setelah Elena memberikan kesempatan laki-laki itu untuk mencari nama terbaik  untuk bayi mereka. Sesekali Elena melirik Mitchell sambil terus melakukan pekerjaannya, memastikan bocah yang baru belajar berlari itu tidak terjatuh.

"Daddy...!"

Elena berbalik ketika mendengar teriakan Mitchell. Matanya melihat Mitchell sudah berlari dengan kakinya yang kecil menuju laki-laki yang dipanggilnya Daddy tersebut. Bibir Elena pun tersenyum saat melihat dua laki-laki yang sama-sama memiliki mata biru itu kini sedang berpelukan. Dia tidak pernah menyembunyikan identitas laki-laki yang telah memberikan pangeran kecil bernama Mitchell padanya. Ya, laki-laki yang pernah tidak mengakui darah dagingnya itu, kini tengah menggendong Mitchell sambil berjalan ke arahnya.

"Hai, bagaimana kabarmu?" tanya Jefferson ketika sudah berdiri di hadapan Elena sambil menyunggingkan sebuah senyuman. Entah sejak kapan Jefferson menjadi pribadi yang hangat dan murah senyum. Mungkin sejak kehadiran Mitchell.

"Seperti yang kau lihat, sedang sibuk." Elena menunjukkan gunting yang dia pegang. Saat ini sedang musim panen anggur, jadi Elena tentu saja sangat sibuk.

"Daddy, i miss you so much."  Mitchell berkata dengan nada suara anak kecil yang menggemaskan. Sudah hampir tiga bulan Jefferson tidak berkunjung ke Virginia untuk menemui Mitchell, tentu saja bocah laki-laki itu sangat merindukannya.

"Daddy, too. Miss you, my prince... and you, my lady."  Jefferson mengulurkan tangannya untuk mengusap peluh di dahi Elena. Laki-laki itu tidak ragu lagi untuk menunjukkan perasaannya di hadapan Elena. Yah, walaupun ibu dari anaknya tersebut masih belum mau membuka hati untuknya.

Elena menatap Jefferson sekilas. Dia tidak menyangkal jika dalam hatinya juga ada setitik rasa rindu. Namun, dia tidak mau menunjukkan dengan jelas di depan Jeff saat ini. Mungkin suatu saat nanti.

" Daddy, main," ajak Mitchell yang masih bergelayut manja di gendongan Jefferson.

"Baiklah. Daddy akan mengajakmu bermain."

" Apa kau akan menginap?" tanya Elena. Ini bukan kali pertama Jefferson menginap di rumah keluarga Elena, tapi biasanya laki-laki itu lebih memilih bermalam di hotelnya sendiri. Maka lebih bijak jika Elena bertanya lebih dahulu agar bisa menyiapkan kamar.

"Ya, kalau kau tidak keberatan karena aku sangat merindukan Mitchell."

"Tentu tidak. Aku akan memberitahu Teresa  untuk memasak makan malam dan membantunya menyiapkan kamar untukmu."

"Trims," ucap Jefferson tulus tanpa mengalihkan tatapannya pada wajah Elena yang semakin hari semakin cantik saja. 

Elena tidak membalas dan hanya tersenyum, membereskan peralatan memetiknya kemudian beranjak pergi untuk mencari ibunya. Wanita itu juga pasti sedang sibuk memetik anggur. Tidak ada yang tidak sibuk pada musim panen seperti sekarang ini. Semua keluarganya pasti sedang berada di kebun.

"Jeff, aku senang kau datang. Mitchel terus saja bertanya kapan kau akan ke sini dan menemaninya bermain." Suara Teresa terdengar sangat lembut dan ceria. Mereka kini sedang makan malam bersama. Saat Elena memberitahu jika Jefferson datang, Teresa langsung bergegas meninggalkan kebun dan menyiapkan makan malam.

Di ruangan tersebut juga terdapat anggota keluarga yang lainnya. Ada Elena, Mitchell, Sebastian dan juga Barry, kakak kedua Elena yang sedang asik makan sendiri.

Baby, Pull Me Closer- E-BOOK DI PSWhere stories live. Discover now