Bab 15

41.2K 2K 27
                                    


Cuaca sudah semakin dingin saja memasuki pertengahan bulan Desember. Salju sudah mulai turun beberapa kali. Namun, cuaca tersebut tidak lantas membuat orang-orang berdiam diri di rumah saja.

Ini adalah bulan Desember. Ada hari yang spesial yaitu hari Natal. Sepanjang jalan pohon-pohon telah dihiasi oleh lampu kerlap-kerlip yang indah. Di depan gedung-gedung bertingkat ada pohon Natal raksasa yang sudah dihias dengan lampu dan berbagai pernak-pernik sangat cantik. Ada juga orang yang mengenakan kostum Sinterklas untuk menghibur anak-anak dan memberi mereka hadiah. Tempat perbelanjaan telah diubah menjadi tempat yang menyenangkan dengan dominasi warna merah dan putih. Benar-benar suasana yang meriah sekali.

Elena tersenyum sepanjang jalan saat menuju ke tempat kerjanya. Matanya tak berhenti menatap suasana yang disekitar. Sangat cantik dan indah. Dia tidak menyangka ataupun membayangkan bisa menyaksikan kemeriahan suasana Natal di kota asing ini.

Bibirnya tak berhenti tersenyum sesampainya di restoran bahkan ketika dia sedang menghias pohon Natal. Tangannya sedang sibuk menyilangkan kertas berwarna perak mengkilap ketika Robert datang untuk membantu.

"Apa ibuku yang menyuruhmu?" tanya Robert seraya mengambil hiasan berbentuk lonceng dan menggantungkan di salah satu dahan pohon.

"Iya, sepertinya Chaterine sangat sibuk, aku lihat dia sedang menelepon banyak orang," balas Elena singkat.

Ah, memang seperti itu setiap tahunnya. Orang tua Robert akan sibuk menghubungi teman-temannya untuk minum bersama. Kebiasaan tersebut seperti tradisi setiap malam Natal.

"Setelah ini selesai, ayo kita berangkat?" ajak Robert.

"Berangkat?"

"Iya. Bukankah kita akan jalan-jalan." Mata Robert menyipit. "Jangan bilang kalau kau lupa."

Elena tersenyum tipis. Dia tidak lupa, tapi bukankah ini terlalu dini untuk melihat pohon Natal raksasa yang menyala.

"Ini masih siang."

"Aku tahu," timpal Robert.

"Aku pikir kita akan pergi pada malam hari."

"Aku lapar."

"Apa?" tanya Elena menoleh seketika.

"Aku bilang aku lapar. Apa kau tidak lapar? Mau makan siang?"

Elena tersenyum kecil menanggapi perkataan Robert. Dia tahu maksud dari kata-kata laki-laki itu.

"Baiklah. Biarkan aku menyelesaikan pohon ini dulu. Apa kau puas."

Robert mengangguk sambil tersenyum. Dia segera membantu Elena untuk menghias pohon tersebut agar lebih cepat selesai.

****

"Apakah tidak apa-apa kalau kita meninggalkan mereka?" tanya Elena ketika mereka sudah selesai makan siang dan dilanjutkan dengan nonton di bioskop.

"Tidak," balas Robert yang tidak mengalihkan pandangannya dari layar raksasa di hadapan mereka.

Elena hanya bisa menghela napas panjang. Baru saja dia dipaksa memasuki bioskop dengan alasan masing siang jika pergi ke Rockefeller Center. Dia baru tahu kalau laki-laki yang sedang duduk di sampingnya ini memiliki sifat pemaksa.

Gadis berambut cokelat itu hanya bisa menurut. Duduk di salah kursi, memegang minuman dan menyaksikan adegan film romantis di depannya. Ah, dia juga baru tahu kalau Robert ternyata juga suka menonton film Romantis. Bahkan matanya tidak pernah berpaling saat film itu diputar hingga selesai. Elena sendiri sampai heran.

"Aku tidak tahu kalau kau menyukai film romantis," ucap Elena sesaat setelah mereka keluar dari gedung bioskop dua jam kemudian.

Setelah itu mereka berjalan menuju Rockefeller Center, sambil menikmati keindahan jalanan kota yang telah berubah menjadi sesuatu yang hidup dan cantik.

Baby, Pull Me Closer- E-BOOK DI PSWhere stories live. Discover now