XXVIII. Bliss

13K 1.7K 2K
                                    

Malam ini Taeri menginap di rumah Jungkook. Bermalam di sana. Alasannya sederhana, sudah terlalu larut. Jungkook tak akan membiarkan kekasihnya sendiri. Tetapi Taeri juga tahu bahwa Jungkook pastinya lelah. Sama-sama banyak pikiran. Tak tega membiarkan Jungkook mengantar dan kembali lagi ke rumah. Bahkan hari ini selain mengantar Taeri, Jungkook juga menjemput ibunya. Begitu melelahkan. Pun tak mungkin menginap di rumah Taeri ketika Sang Ibu baru saja kembali. Apa yang akan dikatakan Nyonya Kim? Taeri tak mau dicap buruk karena anak laki-laki semata wayangnya lebih memilih kekasih padahal Sang Ibu baru saja kembali. Dan juga alasan lainnya yang Jungkook tegaskan adalah Taeri harus bertemu Ibunya. Kembalinya Sang Ibu selain karena masalah yang terdengar, dia juga mau bertemu dengan kekasih anaknya. Malu sekali rasanya karena sekarang Taeri bertemu bukan lagi sebagai sahabat Eunbyul tetapi kekasih Jungkook.

Udara begitu dingin, Jungkook buru-buru mengajak Taeri masuk. Mereka di luar tidak sebentar, ketika kembali lampu sudah dimatikan. Nampaknya memang orang-orang rumah sudah tidur. Langkah dibuat sepelan mungkin dengan telunjuk di depan bibir mengisyaratkan agar tidak berisik. Perlahan berjalan ke lantai dua. Masuk ke salah satu kamar yang Taeri tahu jelas itu adalah milik Kim Jungkook. Pertama kali Taeri masuk ke kamar Jungkook dengan status berbeda. Dulu mungkin pernah sesekali masuk, tetapi hanya sebentar—memanggil atau sambil menunggu Eunbyul—sementara Jungkook sibuk bermain game. Tak ada hal penting mengingat dulu mereka belum sedewasa sekarang.

"A-aku tidur di kamar Eunbyul saja seperti biasa," ujar Taeri berusaha tenang tapi sebenarnya canggung bukan main. Dadanya berdebar tak karuan. Langsung berbalik menuju pintu keluar. Pergi dari kamar yang seluruh ruangannya terhirup harum khas Jungkook yang membuat kepalanya pusing dan tubuhnya seperti terbang.

"Jangan," cegah Jungkook buru-buru menggenggam pergelangan Taeri. Terdengar begitu aneh. Dia sama canggungnya. Ketika kedua mata mereka bersirobok dan terlihat jelas bahwa Taeri terkejut, dia menjadi salah-tingkah sendiri. Tetapi bagaimanapun dia tak akan membiarkan Taeri keluar dari kamarnya. Malam ini dia hanya ingin bersama Taeri. Hanya itu.

"E-eunbyul noona sudah tidur. Itu akan mengganggunya. Tolong mengertilah keadaan kakakku. Aku tak mau membuat dia terganggu. Aku sangat menyayanginya," jelas Jungkook dengan wajah yang dibuat sedih secara berlebihan.

Taeri sukses melongo. Jungkook itu aktor dan jago berakting. Tapi saat ini benar-benar terlalu berlebihan. Bahkan bagaimana Jungkook mengatakan itu kelihatan kalau dia sebenarnya enggan seperti itu. Pertama kalinya Jungkook menunjukan kepedulian pada sang kakak yang kentara sekali tak benar-benar seperti itu.

"Kau—terlihat sekali bohongnya," ujar Taeri dengan kening menggerut dan bibir mengatup masam.

"Benarkah? Apa sebegitu kelihatannya kalau aku tak peduli pada si Kim Eunbyul?" tanya Jungkook balik tanpa rasa bersalah.

Taeri langsung memelototi Jungkook dan dibalas cengiran lebar yang menunjukan gigi kelincinya dan eye crinckle. Ingin marah tapi melihat itu sulit rasanya. Yang ada semakin gemas. Mungkin itu yang Eunbyul rasakan ketika memiliki adik semena-mena seperti Jungkook ini.

"Jangan berkata seperti itu, Jung. Eunbyul itu sangat menyayangi kita. Dia begitu baik bahkan di kehidupan manapun. Dan dia adalah kakakmu," ujar Taeri menasihati. Jungkook hanya mengangguk-angguk saja. Pokoknya apapun dia lakukan asal Taeri bersamanya.

"Tapi noona tidur di kamarku kan? Bersamaku?"

Wajah Taeri memerah hanya karena pertanyaan itu. Satu anggukan singkat dilayangkan. "Ya." Jungkook tersenyum penuh kemenangan. "Tapi kalau Ibumu tahu, kita bagaimana?"

"Mungkin kita akan dinikahkan. Lebih cepat, lebih baik. Aku sudah siap menjadi suamimu dan juga ayah dari anak-anak kita nanti," jawab Jungkook sambil mengangguk-angguk sok dewasa. Persis seperti siang tadi ketika dia memanggil dirinya sendiri dengan oppa.

LIMERENCE ✓Where stories live. Discover now