XXIV. Closure

12.5K 1.8K 409
                                    

Akan aku berikan kejutan untuk kamu pada akhir part ini. 

+++

Suasana di lokasi syuting hari ini kacau balau. Ada perubahan besar-besaran pada jadwal karena Jungkook tidak datang sementara Taeri sang penulis yang dapat mengubah naskah, tidak dapat dihubungi. Pun jikalau menghubungi kedua orang itu percuma saja mengingat skandal besar yang baru saja terjadi. Belum lagi reaksi khayalak luas yang beragam. Dominan yang terlihat saat ini adalah caci maki. tidak sedikit yang demo untuk memboikot drama yang sedang tayang sementara hanya sisa beberapa episode lagi. Rating tinggi yang sebelumnya dibanggakan jatuh merosot sangat rendah. Bahkan beberapa sponsor sudah menarik diri hingga berpengaruh pada jalannya syuting jika berbicara perkara dana. Mungkin terlihat sepele karena hanya satu orang yang mendapatkan skandal, tetapi orang ini adalah Kim Jungkook yang namanya sedang naik. Belum lagi penonton yang menyaksikan dominan sekali ingin melihat akting mengagumkan dari sosok idola Jungkook yang begitu teladan dan patut dijadikan contoh—sebelumnya. Sekarang semua itu seakan hancur lebur. Masalah utamanya adalah video berciuman di termpat karaoke dan latar belakang Taeri yang sangat rumit. Di Korea hal-hal seperti ini--masa lalu dan latar belakang--begitu tabu dan sensitif. Masa lalu Taeri menimbulkan presepsi buruk yang membuat Jungkook ikut tertarik ke dalamnya. Apalagi Taeri sendiri adalah penulis naskah yang bisa dibilang sebagai akar dari drama yang mengagumkan itu. Maka dua permasalahan ada di sana saat ini.

Terdengar teriakan dari sang sutradara—penuh amarah. Menunjuk-nunjuk wajah pria yang diketahui adalah Manager dari Jungkook. "Bagaimana bisa Jungkook membuat masalah seperti ini ketika karirnya sedang berada di atas!" Jelas apa yang dikatakan bukanlah pertanyaan karena retorik. Tak perlu jawaban karena tak ada jawabannya. Jikalau ada, percuma. Tak akan merubah apapun yang sudah terjadi. Dia hanya ingin mengeluarkan amarahnya.

Sang Manager sendiri tak bisa mengatakan apapun karena dia mengerti alasan kenapa sang sutradara sampai naik pitam. Jelas dia juga pusing dengan kerugian yang begitu besar. Jangankan untuk menikmati keuntungan, kemungkinan dia akan merogoh kocek untuk banyak hal. Dan yang terpenting adalah bagaimana karirnya akan kelam setelah ini. Pasti akan mendapatkan banyak label buruk. Tapi sang Manager sendiri tak bisa melakukan apa-apa karena dirinya pun sama—juga terancam.

Ponsel sang Manager berbunyi, dia segera merogoh kantungnya dengan tergesa-gesa ketika menemukan nama Jungkook di sana. "Halo," sapanya langsung mengabaikan sang sutradara yang juga sedang memijit pangkal hidung sambil memegang gertas yang digulung.

"Manager-nim, aku sebentar lagi sampai agency," ujar Jungkook di sebrang sana. Kebetulan lokasi kantor dan tempat syuting saat ini tidak begitu jauh.

"Baik Jungkookie, aku akan segera menuju ke sana." Bisa dibilang hubungan Jungkook dan managernya cukup dekat. Jungkook itu adalah tipikal anak baik yang ramah dan pekerja keras. Sifat dan perilakunya mudah sekali menarik perhatian dan simpati orang. Maka banyak yang menyukainya. Dalam hal ini sang manager sendiri tidak pernah membayangkan akan terjadi. Pun dia sendiri bingung harus bersikap seperti apa. Marah pada Jungkook adalah hal mustahil mengingat bagaimana baiknya sikap anak itu.

"Apa itu Jungkook? Katakan padanya selesaikan masalah ini! Dia mengacaukan semuanya! Banyak yang akan dirugikan karena hal ini!" ujar sang sutradara pada manager yang ada di depannya. Jungkook dapat mendengar itu dengan jelas. Sejujurnya dia tahu ini akan terjadi. Dia benar-benar merasa bersalah pada orang-orang yang terkena imbasnya.

Ponsel segera dimatikan dan sang manager bergegas menuju kantor. Di sebrang sana, Jungkook terdiam menatap layar. Dia sama sekali tak ingin menyakiti siapapun. Sama sekali tidak ingin merugikan siapapun. Tanpa sadar dirinya sudah menyakiti banyak orang. Rasanya begitu pening hanya dengan memikirkan itu. Harusnya jika terjadi sesuatu, dialah satu-satunya yang perlu menanggung. Hal itu membuat Jungkook berpikir beberapa hal. Tentang apa yang harus dia lakukan agar tak ada lagi yang ikut menderita karenanya. 

LIMERENCE ✓Where stories live. Discover now