IV. Between Actor and Writer

19.8K 2.6K 380
                                    

Lama-kelamaan Taeri bisa mengalami serangan jantung mendadak rasanya. Pagi tadi disajikan pemandangan begitu tiba-tiba di mana bocah kecil yang dulu selalu mengikuti dia dan Eunbyul ke sana ke mari, sekarang telah memiliki proporsi tubuh di atas kata ideal. Sekalipun wajahnya masih tetap menggemaskan layaknya kelinci, namun bagaimana otot-otot itu terbentuk hingga perut rata yang memiliki beberapa pak—kalau tidak salah jumlahnya delapan, lebih di atas rata-rata seharusnya—bukan, bukan itu yang harus Kim Taeri pikirkan saat ini. Tapi sungguh Jungkook membuatnya sesak napas, terutama bagaimana bisa tubuh seatletis itu memiliki pinggang yang begitu kecil. Taeri menggelengkan kepalanya menyingkirkan semua pikiran itu.

Kembali lagi pada kejadian yang membuatnya nyaris kena serangan jantung. Yang kedua lebih parah dan membuat pusing rasanya. Bukan terkejut yang membuat berdebar, tetapi membahayakan untuk jantungnya dalam arti membuat stress. Editor kesayangannya menelpon saat dia baru saja sampai di hotel sekitar sepuluh menit—terlalu dini bahkan belum sempat beristirahat. Dan yang dirinya dapatkan adalah teriakan menggelegar perihal tulisannya yang sangat buruk. Taeri tahu itu. Alasan dia pergi mengasingkan diripun karena tulisannya. Tapi rasanya kali ini kemarahan sang editor telah sampai di puncak mengingat proyek yang mereka lakukan akan berlangsung sebentar lagi.

"Kenapa tulisanmu belum ada kemajuan juga? Sebentar lagi dramanya akan memasuki episode pertama! Bagaimana bisa mereka melanjutkan jika pertengahan naskahnya seperti ini!" teriak sang editor di sebrang sana.

Taeri memejamkan mata menggerutu dalam hati. Dia benci sekali diteriaki seperti itu. Egonya membuat ia merasa direndahkan. Tapi Kim Taeri itu logis, dia tahu diri dan mengerti bahwa tulisannya masih sangat buruk. Kalau saja dia merasa benar, dia pasti akan melawan dengan argument-argumen valid. Maka dia hanya memilih untuk menghela napas berat.

"Kau sedang ada di Seoul kan? Ke kantor sekarang. Kita perlu berbicara," perintah sang editor dari sebrang sana.

"B-baik," jawab Taeri teramat berhati-hati agar tidak semakin memacu amarah. Setidaknya jika dia ingin melawan, dia harus membuktikan pencapaiannya sendiri.

Taeri memang tinggal di Jeju karena menurutnya kota itu tempat yang tepat untuk hidup. Menarik diri dari hiruk-pikuk kota yang sejujurnya bukan tipikal Kim Taeri sekali. Dia menyadari itu ketika kembali ke Seoul di mana kenyamanan dia temukan di sini. Sementara kantor agency penerbitannya ada di pusat kota, jadi beberapa kali dia masih perlu ke Seoul sekalipun menghindari tempat di mana dulu dia tumbuh.

"Kim Taeri... Sebenarnya apa yang kau lakukan? Ini proyek besar. Kau tentu tahu kita bekerja sama dengan aktor Kim Jungkook, kan?" masih dengan suara tinggi beberapa oktaf yang membuat telinga pengang.

Namun kali ini yang membuat Taeri bungkam bukan perkara nada suara memekakan telinga itu namun satu nama yang ada di dalamnya. Dia melongo—hening seketika. "J-jungkook?"

"Iya. Jangan bilang kau bahkan tidak membaca email perihal kerja sama ini?"

Taeri menelan salivanya sendiri. Dia memang tahu kalau tulisannya akan dibuat drama, tapi tidak tahu siapa yang memerankan. Saat itu dia sedang diserang writer block, maka satu-satunya yang dia pikirkan adalah segala hal yang membuatnya merasa tercekik. Kalau perlu rasanya ingin menyingkirkan segala hal yang menyangkut tulisan. Pantas saja tadi pagi Jungkook mengatakan perihal drama barunya.

"Aku akan ke sana! Sekarang!" jawab Taeri buru-buru segera mematikan ponselnya.

===

Teriakan terdengar di aula tempat konferensi pers drama terbaru Kim Jungkook. Beberapa pemain memasuki ruangan dengan suara histeris penggemar yang mengelu-elukan. Artis senior yang berjalan memberikan senyuman ramah dengan begitu profesional. Mereka telah terbiasa dengan hal semacam ini, tahu bagaimana harus bersikap. Sementara Jungkook nyaris kaget ketika dia melewati kerumunan orang, namanya dipanggil begitu keras bahkan lebih dari para aktris dan aktor sebelumnya. Tidak sedikit dari mereka yang berusaha mendekat, menjangkau atau memeluk. Beruntung keamanan membantu menjaga Jungkook diikuti salah satu seniornya di drama yang memang sudah dekat karena sebelumnya pernah bermain drama bersama juga—namanya adalah Park Haejin. Semua orang yang suka menonton drama pasti mengenal pria itu. Bahkan namanya sudah melegenda di dunia drama dan film Korea. Namun Haejin benar-benar ramah dibalik kedewasaan dan tipe wajah yang terkesan dingin. Pria itu banyak membantu Jungkook da bahkan memuji kalau posisinya pasti akan tergantikan oleh Jungkook cepat atau lambat. Saat itu Jungkook hanya tertawa karena menganggap itu gurauan. Tapi siapa sangka perannya yang tidak sepenting tokoh utama atau kedua, dapat menyita perhatian. Alhasil sekarang namanya banyak digaungkan orang-orang.

LIMERENCE ✓Where stories live. Discover now