43. Kacau

379 25 2
                                    

Nggak tau sebenernya mazih ada yang nunggu atau engga:")

¤¤¤¤

Sabrina mengusap air matanya, hari ini ia akan minum-minum, masa bodo dengan efek yang akan membuat nya mabuk.

Ia hanya ingin bebas, melepaskan semua kebingungannya. Sudah lima bulan Damar tak kunjung memberinya kabar. Ponsel Damar selalu tidak aktif atau bisa Sabrina tebak, laki-laki itu mengganti nomor ponselnya. Sabrina meminta lagi minuman ke bartender sambil memegang kepalanya yang mulai berputar-putar.

"Sabrina, kan?" tanya seorang laki-laki di samping Sabrina sambil menepuk pundak Sabrina. Sabrina mengangkat kepalanya berusaha menatap laki-laki yang ada di hadapannya dengan pandangan yang mulai kabur.

Sabrina merasakan tangannya di pegang lalu di tuntun mengikuti arah kemana laki-laki itu akan membawanya pergi. Tubuh Sabrina di dorong ke tembok, membuat Sabrina mengerang kesakitan.

"Masih inget gue?"

Sabrina tak bisa melihat wajah laki-laki itu dengan jelas, pandangannya kabur karena efek yang ditimbulkan dari minuman tadi, kepalanya sangat pusing, rasanya ia ingin muntah. Sabrina berusaha mendorong tubuh laki-laki itu untuk menjauh karena mulai mendekati wajahnya. Rambut Sabrina di tarik ketika Sabrina berusaha lari namun kepalanya masih terasa berputar-putar, alhasil laki-laki itu berhasil menarik rambut Sabrina.

"Ampun..." lirih Sabrina yang sebentar lagi akan mengeluarkan air matanya.

Laki-laki itu tampak memanggil temannya lalu menyuruh mereka memegangi lengan Sabrina. Sabrina terduduk di lantai dengan rambut yang sudah berantakan. Tak seorangpun peduli dan melihat ke arahnya yang sedang di ganggu oleh laki-laki. Ya, dan tak akan mungkin di tolong di tempat seperti itu.

Sabrina memuntahkan isi perutnya dan teman laki-laki tersebut langsung merasa jijik dan Sabrina langsung masuk ke dalam toilet. Sabrina memegang ponselnya dengan gemetar, satu-satunya harapan yang bisa menolongnya adalah Arzan, ia segera mengirimkan pesan karena Arzan tak kunjung menjawab panggilan telepon darinya.

Suara perempuan berteriak, menggebrak pintu toilet dan langsung menarik paksa Sabrina. Perempuan tadi adalah teman laki-laki tadi.

"Selamat menikmati malam ini, bos!"

Sayup-sayup hanya itu yang hanya dapat Sabrina dengar. Sabrina merasa ia sudah di gendong oleh laki-laki tersebut ke dalam sebuah ruangan. Sabrina masih mengernyitkan keningnya agar penglihatannya kembali seperti semula, ini akibat ia sudah terlalu banyak minum tadi.

"Jadi, gue pikir lo itu anak yang alim, yang nggak tau tempat dan minuman kayak gini,"

Laki-laki itu mendekat lalu mengelus pipi Sabrina. "Dan ternyata, lo itu jago banget minumnya, lo terlalu banyak minum sayang..."

Rambut Sabrina di rapihkan oleh laki-laki yang berada di hadapannya. Sabrina memalingkan wajah ketika wajah laki-laki itu mengembuskan napasnya di wajahnya.

"Lo di sini aja, gue mau pesen sesuatu buat lo lagi."

Pintu ruangan itu terkunci lagi dan menyisakan Sabrina yang menidurkan diri di lantai yang dingin. Napasnya terengah-engah, kejadian yang dulu akan menghampirinya kembali.

Dear Heartbeat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang