42. Menghilang

374 28 0
                                    

Harap baca a/n dibawah, okeyy?

¤¤¤¤

Sabrina melihat potretnya dengan Damar saat acara kemarin malam. Jam menunjukkan pukul 6 pagi, hari ini hari minggu, Sabrina akan berlari pagi mengelilingi komplek nya. Ia mengikat tali sepatunya lalu mengikat rambutnya.

Angin berembus sangat kencang membuat wajahnya menjadi dingin. Telinganya mendengarkan lagu yang membuat suasana hatinya tenang sambil mengingat saat Damar menyatakan perasaanya dengan cara yang lucu. Lagi-lagi Sabrina menyunggingkan senyum, mengingat wajah Damar yang tanpa ekspresi itu ingin membuatnya mencubit wajah pria itu.

Napas Sabrina terengah-engah kemudian duduk di kursi taman sambil menenggak habis minumannya, kemudian Sabrina melihat ponselnya.

Damar: Mau sarapan bareng?

Sabrina mengetikkan sesuatu untuk membalas pesan Damar.

Sabrina: Nggak bisa, setelah lari pagi gue mau temenin Reini terapi.

Damar: Trus nggak makan?

Sabrina: Gampang lah.

Damar: Nanti sakit.

Sabrina: Sebentaran doang kok, habis anter Reini.

Damar: Makan sekarang, sayang.

Sabrina berhenti mengetik, ia tak dapat menahan senyumannya. Kemudian ada pesan masuk lagi.

Damar: Lo jiji ya bacanya?

Sabrina tertawa kecil, gemas sekali, rasanya ingin langsung melihat wajah Damar sekarang.

Sabrina: Nggak kok, gue suka, habis ini gue makan.

Damar: Bagus.

Sabrina menaruh ponselnya kembali lalu ia melanjutkan untuk berlari lagi dengan perasaan yang menggelitik ketika membaca pesan tadi.

¤¤¤¤

Sabrina mengelus puncak kepala Reini, Reini tertidur setelah selesai terapi. Sabrina harus extra menjaga Reini karena takut-takut akan berulah kembali.

Sabrina mengambil kunci mobil lagi untuk berkunjung ke rumah Damar. Sedari tadi ponsel Damar tidak bisa di hubungi, kemana laki-laki itu?

Saat sampai di rumah Damar, Sabrina melihat Damar yang masuk mobil bersama perempuan yang sebelumnya belum pernah Sabrina lihat. Perempuan itu terlihat dekat dengan Ana, Ana sedang di gendongnya dengan candaan kecil.

Mereka berdua masuk ke dalam mobil lalu mengeluarkan mobilnya dari halaman rumah Damar. Sabrina turun dari mobilnya lalu berniat bertanya pada Bibi yang sedang mengunci pagar rumah Damar.

"Permisi Bi."

"Eh, Non Sabrina ya? Den Damar nya lagi nggak ada Non, baru aja pergi."

"Damarnya pergi kemana ya?"

Bibi tampak bingung untuk menjawab lalu ia menggeleng cepat. "Kurang tau saya Non, saya permisi dulu ya."

Dear Heartbeat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang