34. Berubah

728 67 5
                                    


NUNGGU CERITA INI GAKK? KOMEN KOMEN HEHE.

jangan lupa follow instagram aku: @dzahabiyyahh_

Selamat membaca mwa.

¤¤¤¤¤

Sabrina menggenggam kalung pemberian terakhir dari Mamanya, lalu melanjutkan perjalanannya untuk ke halte yang berada beberapa langkah dari sekolahnya. Jujur saja, ia menunggu Damar untuk mengajaknya pulang bersama, namun sedari tadi ada perubahan sikap yang tidak biasa Damar tunjukkan pada Sabrina.

Tatapan Damar begitu dingin dan tajam, selalu mengarahkan pandangan ke arah lain ketika tidak sengaja mata mereka bertemu. Sabrina mengembuskan napasnya berat lalu ia berdiri di pinggir halte, menunggu bus datang.

Seseorang yang menaiki motor-yang Sabrina yakini adalah Damar- menancap gas dengan sangat kencang dan mengenai genangan air. Sabrina memejamkan matanya karena cipratan dari genangan air tersebut mengenai wajah dan seragamnya.

Sabrina mengusap wajahnya lalu melihat ke arah motor itu yang sudah menjauh. Apa Sabrina salah lihat? Motor seperti Damar pasti banyak yang menggunakan selain Damar.

Tapi tunggu, Sabrina kenal betul siapa pemilik jaket dan helm itu, itu benar-benar adalah milik Damar. Apa Damar tidak melihat ada orang? Tidak mungkin kan?

Sabrina langsung naik ke dalam bus, anak sekolah seperti Sabrina memperhatikan Sabrina dari atas sampai bawah karena melihat seragam Sabrina yang kotor, terutama wajahnya yang kotor. 

Sabrina duduk dan wajahnya menatap ke arah jendela, menetralkan rasa sesak yang ada di dadanya. Mengapa tiba-tiba Damar berperilaku seperti ini? Apa Sabrina pernah berbuat salah dengan Damar?

"Emm... Reini gimana kondisinya ya? Apa gue harus ke rumah sakit? Ah, gue ganti baju dulu," ujar Sabrina pada dirinya sendiri.

Beberapa menit kemudian Sabrina turun dari bus lalu berjalan untuk sampai dirumahnya yang tidak jauh dari tempat ia turun. Saat sampai di rumah, Sabrina menyipitkan matanya, motor ini seperti milik Arzan. Sedang apa dia disini? Bukannya Reini masih di rumah sakit?

"Jadi gitu Tan, aku siap kok nemenin Reini."

Sabrina tersenyum lalu ikut duduk di sofa bersama Arzan. Katherine mengusap perutnya.

"Kalian makan dulu sana, Mama udah siapin makanan. Oh ya, nanti bawain ke Reini juga yah."

Sabrina mengangguk lalu melepas sepatunya dan berjalan ke arah meja makan diikuti dengan Arzan.

"Gimana kondisi Reini? Masih suka ngamuk-ngamuk nggak jelas?"

"Kadang. Lo tau? Setiap dia tidur selalu nyebut nama Damar. Apa sebegitunya dia suka Damar?"

Sabrina mengangkat bahunya tanda tak tahu. "Tapi yang jelas, dia udah bener-bener sayang sama Damar."

"Yaudah lo lepasin Damar, biar Reini cepet sembuh dan nggak ngelakuin hal gila kayak kemarin-kemarin."

Sabrina berhenti mengunyah lalu mendekat ke arah Arzan. Mata Sabrina memincing, Arzan yang dilihatnya seperti itu langsung mencubit pipi Sabrina.

Dear Heartbeat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang