18. Seharian Bersamanya

1K 116 7
                                    

ADA YANG KANGEN GAK SAMA CERITA INI? GA ADA YA:( JANGAN LUPA KOMEN DAN VOTE YAH KALAU BACA:)

FOLLOW IG KUU: dzahabiyyahh_
Selamat membaca!

🌹🌹

Sabrina memasuki area kantin yang sangat ramai oleh murid-murid yang sedang kelaparan termasuk Angel dan Sabrina. Sabrina hanya mengaduk-ngaduk nasi goreng yang dibelinya. Angel melihat ke arah Sabrina, ia berhenti mengunyah karena melihat Sabrina yang kelihatan tidak baik-baik saja semenjak ditinggalkan oleh sahabatnya.

Angel memegang tangan Sabrina, mengusapnya agar Sabrina bisa tenang dan kembali seperti Sabrina yang semula. "Della pasti nggak mau liat lo kayak gini Sab, Della pasti udah bahagia di sana. Della sedih kalau liat lo kayak gini terus, sekarang lo makan dulu ya?"

Sabrina tersenyum lalu ia memakan nasi goreng yang sudah mulai dingin.

Diam-diam mata Sabrina mencari keberadaan Arzan. Sebelum istirahat tadi, Arzan meminta izin untuk ke toilet namun sampai bel istirahat, Arzan belum kembali lagi ke kelas. Sabrina teringat sesuatu, Arzan kadang suka menyendiri di halaman belakang sekolah.

Sabrina segera berdiri yang membuat Angel bingung. "Mau kemana?"

"Ke halaman belakang sekolah."

Saat sampai di sana, benar saja dugaannya. Arzan sedang asik mendengarkan lagu menggunakan headset dan memejamkan matanya. Sabrina duduk di samping Arzan, Arzan masih belum mengetahui bahwa ada Sabrina yang duduk di samping dirinya.

Sabrina menarik headset Arzan. Arzan langsung menoleh untuk mengetahui siapa yang mengganggunya.

Seorang gadis dengan poni yang menutupi keningnya membuat Arzan tersenyum, rasanya ia ingin menangis seperti bayi sekarang. Arzan memeluk Sabrina, sedangkan Sabrina mematung di tempat, sekujur tubuhnya kaku seperti ada sengatan listrik saat tubuh Arzan tiba-tiba memeluknya.

"Boleh kan gue peluk lo?" Arzan meminta izin, leher Sabrina merasa geli ketika Arzan berbicara.

"Ngapain minta izin? Bahkan lo udah meluk gue duluan,"

"Tapi boleh kan? Lo nggak keberatan?"

Sabrina hanya diam, semakin banyak Arzan bicara, ia merasa geli di bagian lehernya. Sabrina hanya membalas pelukan Arzan yang menandakan Sabrina mengizinkan Arzan untuk memeluk dirinya.

Rasa sakit dan kehilangan, mereka salurkan dari sebuah pelukan. Entah sudah berapa lama hubungan mereka sedikit renggang untuk menjaga perasaan Della. Arzan sudah kehilangan Della, ia tidak mau kehilangan Sabrina juga, meskipun Arzan tau, Sabrina menyimpan perasaan kepadanya. Ia selalu bersifat pura-pura 'tidak tahu' perasaan Sabrina, ia selalu membuat Sabrina menangis, ia tidak mau gadis sebaik Sabrina menyukai laki-laki kurang ajar seperti dirinya.

Angin bertiup kencang disaat mata hazel milik Arzan menatap mata Sabrina. Arzan menangis, sepertinya ia sangat rapuh, Sabrina berusaha agar air matanya tidak jatuh.

"Habis pulang sekolah, kita jalan yuk? Mungkin nanti kesedihan kita bakal hilang."

Sabrina menggeleng, "nggak bisa, gue ada janji sama-"

"Damar?" tanya Arzan dengan raut wajah yang Sabrina tidak mengerti.

Sabrina hanya mengangguk. Sedangkan Arzan menghela napasnya.

Dear Heartbeat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang