My Day

4.9K 658 80
                                    

Gue terhuyung ke sudut ruangan ke sebuah sofa setelah kelelahan yang luar biasa terjadi sepanjang hari. Persiapan pernikahan, acara makan malam dengan orang-orang penting termasuk keluarga Ken yang bahkan baru kali ini gue dengar namanya dan gue lihat wajahnya. Semua orang senang, semua tampak bahagia termasuk Ken, tapi gue melihat sorot mata yang berbeda dari nyokap. Bahkan beliau sempat menangis ketika masuk ke ruangan tempat gue berganti gaun pengantin dan berdandan untuk acara pesta setelah pernikahan.

"Ma . . . mama nggak bahagia?" Tanya gue, dan yokap nggak menjawab, dia hanya tersenyum meski air matanya terus berderai-derai.

"Enggak, mama nangis karena bahagia." Meski bibirnya mengucapkan hal itu, tapi sorot matanya tetap membuat gue kepikiran sepanjang makan malam.

Kami pulang kerumah Ken setelah acara makan malam dengan keluarga, kerabat serta kolega dari keluarga Ken dan tentu saja keluarga gue. Ken tampak menuju ke ruang kerjanya sementara dia meminta gue untuk ke kamar lebih dulu. "Apa dengan cara seperti ini malam pertama gue akan berlalu? Ken dengan pekerjaannya dan gue akan meringkuk di ranjang besar itu sendiri?"

Gue berjalan dengan perasaan yang berat menuju ke meja rias, melepas jepitan demi jepitan rambut yang mengekang setiap helaian rambut gue dan membiarkannya tergerai bebas. Penata rias memang sengaja tidak membuat rambut gue menjadi sangat dramatis karena dia ingin mengesankan kesederhanaan yang elegan. Riasan gue juga tidak terlalu mencolok, dan sekali hapus, wajah gue sudah bersih tanpa banyak menyisakan riasan. Gue berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri gue dan mengganti pakaian gue, karena ternyata ibu mertua gue seudah menyiapkan lebih dari dua lusin pakaian tidur, satu lusin gaun, satu lusin sepatu, tas dan lainnya, semua barang yang tidak pernah gue inginkan, semua sudah tersedia dan ukurannya begitu pas dengan gue.

Gue menarik nafas dalam, menutup pintu kamar mandi dan menatap wajah gue di kaca, dengan rambut yang sudah tergerai dan sisa-sisa riasan. Gue mencoba tersenyum untuk memberikan semangat ke diri gue, meyakinkan diri gue bahwa setelah hari ini, yang akan tersisa hanya hari-hari indah penuh dengan kebahagiaan.

Tiba-tiba gue mendengar pintu kamar mandi di ketuk dan pintunya bergeser, kemudian pantulan wajah Ken terlihat di cermin. Dia berjalan mendekat dengan senyumannya yang mempesona kemudian memeluk gue dari belakang.

"Wife. . ." Bisiknya di telinga gue dan gue tersipu malu, tapi kemudian Ken menghujamkan hidungnya ke leher gue dan sekujur tubuh gue meremang.

"We can take a shower before go to bed." Dia berbisik dan gue memejamkan mata.

"Mungkin kita bisa memulainya pelan-pelan." Gue mendesis pelan.

"Sepelan apa?" Tanyanya di telinga gue, dan gue mengkerut geli. Sementara itu tangannya mulai membuka kancing gaun gue yang berjajar sepanjang tulang belakang gue. Gue merasa jari-jarinya dengan telaten membuka satu demi satu kaitan kancing itu disertai dengan hembusan nafas yang terdengar cukup dominan diruangan hening tempat kami berdiri saat ini.

Gue pengen banget bilang bahwa gue bisa melakukannya sendiri, dan gue belum siap menjadi miliknya malam ini. Gue butuh beberapa hari untuk mempersiapkan diri. Tapi jika gue katakana, mungkin suasana hati Ken akan rusak seketika. Gue bahkan sudah merasa telanjang setelah kancing terakhir terlepas. Ken menarik sebelah kiri gaun dan sebelah kanan menjauh dari masing-masing sisi dan gue merasa seluruh punggung gue terekspose, meski gue masih mempertahankan bagian depan gaun dengan kedua tangan gue. Semua janji suci yang gue ucapkan dan Ken ucapkan seolah terlulang di kepala gue saat gue memejamkan mata dan Ken menghujani gue dengan ciuman.

"Mr. Tanaka." Gue merasa tidak tahan lagi, dan harus menghentikan aksinya. Dia tampak terkejut dan menatap wajah gue dari pantulan kaca di hadapan kami.

My New Boss #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang