Being a Stalker

7K 636 20
                                    

Jam Sembilan malem dan gue baru kelar meeting dengan dua klien. Meeting pertama gue jam dua siang. Setelah bos gue yang super annoying itu pergi, gue ketemu klien kedua gue dan baru aja kelar. Gue terhuyung ke meja gue dan saat ini udah pukul sembilan malam. Semua energi gue udah hampir habis saat tiba-tiba gue mendengar suara tik tok tik tok, ketukan stiletto yang menhentak-hentak menuju ke arah gue.

"Kelar meeting-nya?" Tanya bos gue sambil melintas di hadapan gue dengan kecepatan ngalahin kecepatan Sinkansen.

"Yes mam" Jawab gue singkat, entah dia masih mendengar atau tidak. Dan sesaat setelah gue menjatuhkan kepala gue ke meja, gue mendengar suaranya lagi.

"Report-nya saya tunggu di ruangan saya, sekarang!" Dia selalu dating satu paket dengan perintah, dan itu sudah semacam satu tambah satu sama dengan dua, which is hukumnya adalah mutlak.

"Yes mam." Gue segera meraih map biru di hadapan gue dan membawanya masuk ke ruangan si bos.

"Ini report-nya mam, mereka masih minta revisi di beberapa bagian kontrak yang saya warnai merah." jelas gue.

"Ok." Katanya tanpa menatap ke arah gue, dia masih sibuk dengan smartphone di tanganya dan dalam hitungan detik dia menerima panggilan telepon dengan bahasa Prancis, dan memberikan isyarat agar gue keluar dari ruangannya. Entah jam berapa dia akan melepaskan gue dari cengkeramannya.

***

Gue termangu menunggu dia memberikan aba-aba agar gue bisa pulang, tapi sebelum itu seorang pria muda yang tampan tampak menghampiri meja gue.

"Hi." Sapanya ramah, gue melongo antara yakin nggak yakin apakah pria itu nyata atau justru halusinasi gue, mengingat jam segini tingkat kesadaran gue semakin perlu dipertanyakan. Gue menurunkan tangan dan mencubit paha gue sendiri, "auw . . ." sakit sih, berarti ini beneran.

"Hai." Sapa gue balik. Pria ini begitu tinggi, mungkin tinggi badannya sekitar 185 cm, berwajah oriental, dan gaya berpakaiannya smart casual, sangat kekinian.

"Saya mau bertemu Mss. Chatala." Katanya masih dengan wajah ramah.

"Oh, sebentar." Gue segera menekan tombol untuk membuat panggilan ke bos gue.

"Ya." Jawabnya cepat.

"Seorang pria ingin menemui anda mam."

"Suruh dia masuk." Perintahnya.

"Baik."

Gue meletakan gagang telepon di meja gue dan bangkit dari tempat duduk gue.

"Mari ikut saya." Gue berjalan mendahului pria itu dan membuka pintu ruangan bos gue untuknya.

"Thanks." Katanya sambil tersenyum kemudian masuk, baru setelahnya pintu gue tutup.

"Gila juga ni bos gue, bisa banget cari brondong ganteng." Batin gue.

Sementara itu gue terhuyung kembali ke meja gue, mungkin cowo itu bakalan lama di dalam ruangan bos gue, dan itu berarti gue punya waktu yang cukup untuk sekedar merebahkan diri gue di kursi yang sebenernya cukup nyaman ini. Gue membanting badan gue ke atas kursi dan menikmati leher gue disangga oleh penyangga kursi yang empuk.

"Ah . . ." Sedikit menggeliat, memberikan sensasi pergeseran tulang-tulang gue, juga otot-otot gue yang tadinya tegang menjadi sedikit lebih rileks.

***

"Bangun!" Gue terlonjak ketika mendengar seseorang mengetuk-ngetuk meja gue, shit itu bos gue, dan dia udah menenteng tas di tangannya, sementara pria itu berdiri di belakangnya, tersenyum ke arah gue yang sedang sibuk merapikan rambut gue, dan memastikan bahwa gue nggak sempet ngiler pas ketiduran tadi.

My New Boss #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang