Prolog

10.7K 667 6
                                    

Hari ini hectic banget, perasaan gue campur aduk nggak karuan. Setelah sepanjang hari gue sibuk dengan segudang kerjaan, dikejar deadline, meeting sama klien, dan hari ini dua klien sekaligus dengan tender di atas satu miliar, lengkap dengan preasure dari bos super galak gue bahwa tender ini harus deal.

Gue di kabarin kalau nyokap kepleset dan engkelnya kena sampai di bawa kerumah sakit. Itu bikin gue super panik karena bokap lagi tugas ke Bandung, abang gue juga lagi di Manado, kakak perempuan gue hamil gede, kakak ipar gue di Cikarang, cuman gue bedua sama nyokap. Wajar lah kalagu gue buru-buru ke rumahsakit buat memastikan kondisi nyokap. Tapi emang dasar bos gue, nggak bisa apa tunggu sampai gue ngabarin, harus ya semua yang pengen dia tahu harus dia tahu detik itu juga. Apa nggak bisa sedikit aja dia berempati sementara gue lagi di atas motor ojek online dengan cuaca mendung bahkan gerimis menembus kemacetan Jakarta tetep aja dia nyusahin hidup gue.

Brttt Brttt

"Ya bu." Jawab gue cepat, begitu ponsel gue bergetar.

"Kamu udah siapin berkas untuk kita meeting dengan vendor pameran belum?" Tanyanya dengan intonasi yang bikin kuping gue berdiri dan setiap kata yang keluar dari mulutnya seolah tanpa jeda.

"Sudah bu, ada di meja saya, di map warna kuning." Jawab gue cepat, sambil terus mengusap air mata gue yang berjatuhan.

"Lain kali saya nggak akan kasih kamu ijin kalau mendadak begini ya."

"Iya bu, maaf, ini mama saya masuk rumah sakit barusan. Kalau nggak emergency saya nggak mungkin ijin mendadak bu."

Dan dengan sangat tidak sopan, dia mematikan sambungan teleponnya.

"Dasar perawan tua, gitu tuh kalau kelamaan nggak laku!" umpat gue. Dan seperti meludah di wajah sendiri, gue juga jomblo by the way.

Bertttt berttt

Ponsel gue kembali bergetar, dan begitu gue buka itu adalah si nenek sihir tak berbelas kasihan lagi.

"Udah saya ambil di meja kamu. Sekarang kirim email draft perjanjian dengan IDPoI yang ada paraf pak Ong"

"Ya bu." Gue balas cepat.

Arghhhh

Sialan banget!

Gue minta si abang ojek minggir dan gue sempetin kirim email dari laptop gue demi apah? Demi bos super rese gue yang kalau mau ini detik ini juga dia harus dapet, kalau nggak gue bakalan kena omelan panjang setelahnya.

Dan sampai di rumahsakit gue udah lihat mama gue dengan kaki di balut, katanya sudah mendapat pertolongan.

"Ma maaf." Gue jelas nggak enak sama nyokap, di saat seperti ini dia harus sendiri.

"Nggak papa, udah di benerin tadi sama perawat. Udah bisa jalan cuman masih ngilu aja." Kata nyokap menenangkan. Ah nyokap gue mah selalu begitu, mungkin semua ibu sama. Walaupun mereka merasakan sakit setengah mati, tapi kalau di hadapan anak-anaknya dia bakalan bilang "nggak papa."

Setelah antar nyokap pulang, terpaksa gue jemput tante Susi dari Jatinegara buat temenin nyokap dan kakak gue yang lagi hamil sementara kakak ipar gue balik dari kantornya di Cikiarang, dan gue langsung balik ke kantor, karen gue udah di telepon sama bos gue kalau kontraknya salah total "For me, this is junk." Hasil kerja gue berhari-hari di bilang sampah sama doi, udah biasa.

"I'm on my way back to the office mam."

Sebelum denger jawaban itu dia pasti akan menteror gue terus. Dan sekarang gue bawa mobil kakak gue buat ke kantor.

My New Boss #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang