Lubang Buaya

6K 676 42
                                    

Meeting dimulai jam tujuh tepat, dan Berna vendor sudah siap sejak setengah tujuh dan kami sedikit terlambat. Semua mata tertuju pada kami ketika kami berdua masuk ke dalam ruangan secara bersamaan.

"Sorry, telat." Katanya dan segera mengambil posisi, sementara gue duduk di sebelah Bertha dan tepat di hadapan Edwin. Pembicaraan dibuka oleh si bos dan kemudian memberi kesempatan pada masing-masing vendor untuk mempresentasikan bagiannya. Kurang lebih satu stengah jam dan rapat ini berakhir, tapi pada penutup, bos gue mengatakan kalimat yang gue sendiri nggak habis piker.

"Untuk kamu, Arimbi, kamu akan twist sama Bertha." Katanya seolah tak acuh dan ketika mata kami saling bertaut dia bahkan tidak menunjukan ekspresi apapun. Dia bahkan segera mengikuti kalimat itu dengan kalimat lain "Ok, kita off, seilahkan menikmati malam terakhir di Bali, besok kita check out pagi dan semua langsung ke bandara dengan travel yang akan stand by jam tujuh limabelas. Be on time, please."

Setelah bos meninggalkan ruang rapat, beberapa dari kami segera meninggalkan ruangan itu juga dengan agenda masing-masing. Menyisakan gue dan Edwin, tapi karena tinggal kami berdua, gue juga bergegas pergi dari tempat itu.

"Bi." Dia mengejar gue sampai keluar dari ruangan yang kami gunakan untuk rapat, gue berusaha tidak mendengarkan dan terus berjalan, no where.

"Arimbi." Gue mendengar suara lain dari sisi yang berlawanan, dan ketika gue menoleh gue melihat bos gue berdiri menatap ke arah gue.

"Jadi kan ke vila?" Tanyanya dan gue nggak punya opsi lain selain mengangguk.

"Yuk." Katanya dan gue segera mengikuti langkahnya dan ketika gue melirik sedikit ke arah Edwin, dia masih menatap ke arah kami.

***

Kita bener-bener akan ke vila?

Serius?

Dan bener, bos gue nggak main-main, kami benar-benar menuju lobi dan nggak lama mobil yang tadi kami tumpangi tadi tiba-tiba datang dan seseorang dengan seragam hotel keluar dari dalam mobil dan memberikan kuncinya ke si bos.

"Get in the car." Dia berbisik di telinga gue dan ketika gue menoleh ke belakang ternyata Ed berada tak jauh dari tempat kami berdiri, dia membuntuti kami? Sialan banget tuh orang.

"Pakai seat belt kamu." Perintahnya dan gue menurut.

Kami berkendara melewati jalanan yang pernah kami lewati sore tadi, tapi semua menjadi semakin tidak jelas karena hari semakin gelap. Dan gue nggak tahu kenapa harus benar-benar ke vila?

"Kita . . . mau beneran ke vila?" Tanya gue ragu.

"Kalau kamu mau bisa tidur ya itu solusi satu-satunya." Jawabnya tak acuh.

"Sepertinya nggak perlu beneran ke vila sih, kalau menurut saya." Gue menimpali ragu.

"Kamu mungkin nggak akan bisa tidur karena mantan kamu bisa melakukan banyak hal termasuk datang ke kamar kamu, karena saya baru tahu kalau ada connecting door antara kamar yang kamu tempati dan yang Edwin tempati. Tadi saya sempet nanya sama orang hotel, karena Edwin yang minta itu." Jelasnya.

"Maksudnya?"

"Edwin datang lebih dulu dari kita, dia datang sehari sebelum kita, karena kebetulan kita lagi ada project juga di Denpasar, nah saya minta Ed arrange untuk dua hari acara kita di hotel. Saya nggak tahu kalau Ed setting semua sedemikian rupa." Jelasnya dan gue melongo. Gue bahkan nggak habis pikir juga soal connecting door.

"Buat apa coba dia ngelakuin semua itu." Desis gue.

"Kamu tanya ke diri kamu sendiri, apa yang belum selesai di antara kalian?"

My New Boss #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang