Night

5.2K 647 21
                                    

Gala dinner berakhir dengan meriah setelah ada beberapa penampilan dari artis ibukota yang ikut diundang. Satu orang diundang karena dia adalah salah satu brand ambassador salah satu prodak yang diluncurkan perusahaan. Dan dua orang lainnya murni karena permintaan Amie. Ternyata pengaruh wanita ini sungguh luar biasa di perusahaan tempat gue bernaung.

"Kamu nggak usah ikut." Kata Mr. Ken ketika beberapa orang bawahan Mr. Mashimoto memanggilnya.

"Tapi . . ." Entah kenapa gue nggak tega melihat dia menghadapi pak tua itu sendiri.

"Nggak akan ada efeknya kalaupun kamu ikut, trust me, everything's gonna be ok." Katanya menenangkan dan akhirnya gue melepaskan tangannya. Ih sok berhak banget lagian gue, kenapa harus ikut, siapa gue coba?

***

Gue baru saja masuk kedalam kamar saat seseorang yang tadi gue lihat menjemput Mr. Ken berdiri di depan pintu kamar tempat gue dan oliv menginap. Mereka mengatakan kalau gue harus ikut mereka dan ini gue anggap sebagai kesempatan besar untuk tahu kondisi Mr. Ken.

Tapi you know what? Gue di bawa ke sebuah suite room dengan hanya ada pak tua itu dan puterinya, Amie, juga sebuah koper terbuka berisi uang dalam bentuk dollar dan rupiah. Ada seorang wanita muda lain yang berpakaian formal, blazer warna pastel dan rok pendek selutut, dan gue tahu kemudian namanya Maita, dia penterjemah.

"Langsung saja" Kata Maita sesaat setelah pak tua bicara dalam Bahasa Jepang kepadanya.

"Ini ada uang senilai satu miliar, saya minta kamu meninggalkan Ken." Imbuh Maita.

Oh my gosh, it's going serious. Gue bahkan nggak punya hubungan apa-apa dengan Mr. Ken. Tapi kalau gue bilang bahwa kami nggak punya hubungan apa-apa, apa efeknya untuk Mr. Ken? Apakah semua usahanya akan sia-sia? Untuk sejenak gue berpikir, apa yang harus gue katakana ke pak tua ini.

"Apa keuntungan untuk Ken jika aku meninggalkannya?" Tanyaku dan Maita menterjemahkannya, sampai pak tua itu menatap gue dengan sinis, kemudian berbisik panjang lebar pada Maita dan memuat wanita itu bahkan harus membuat beberapa catatan sebelum mengungkapkan semuanya ke gue.

"Ken Tanaka adalah anak sahabatnya. Keluarga Ken sudah banyak berhutang budi pada keluarga Mashimoto. Bahkan keluarga Mashimoto yang membantu sekolah Ken sampai meraih gelar doktoralnya. Kemudian memasukan Ken ke posisi penting di perusahaan sampai dia bias membeli saham perusahaan dan menjadi salah satu pemegang saham dengan prosentase lebih dari dua puluh persen. Orang tua Ken sudah setuju untuk menikahkan Ken dengan Amie, dan sekarang Amie sudah siap, mengapa Ken mundur?" Terang Maita panjang lebar.

"Mengapa baru sekarang Amie siap, kemana saja dia selama ini?" Tanya gue spekulatif, gue nggak tahu apa-apa dan hanya menganalisa maksud dari kalimat terakhir Maita. Setelah berbisik pada pak tua, Amie justru mengangkat tangannya.

"Saya akan bicara sama kamu privatly" Katanya berbicara dalam bahasa Indonesia kental dengan aksen Jepang.

Amie mengangguk dan dua orang pria segera membantu pak tua itu pergi meninggalkan ruangan ini, menyisakan gue dan Amie.

"Have a sit." Katanya. Amie memang lebih fasih berbicara dalam Bahasa Inggris, mengingat wajahya juga tidak serratus persen Asia, dia bahkan terlihat seperti orang bule dengan mata sipit, itu saja.

"Saya dan Ken adalah teman masa kecil." Tutur Amie.

"Saya mengejar mimpi saya untuk jadi designer di New York selama bertahun-tahun. Salah saya karena meninggalkan Ken selama itu." Amie menatap gue.

"Tapi sekarang setelah saya siap, dan kembali untuk dia, saya nggak ngerti kenapa dia justru milih kamu."

"You know what? Saya belajar Bahasa Indonesia demi bias berkomunikasi dengan ibunya."

My New Boss #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang