Love or murdered

48 3 0
                                    

Seorang pria berusia 6thn tampak berlari kearah kamarnya malam itu, ia menangis sambil menutup mulutnya. Ia menutup pintu kamarnya, lalu bersembunyi dibalik lemari kamarnya. Pria kecil itu menangis tersedu, ia memeluk kedua lututnya. Eomma, Eomma, hanya kata itu yang terulang dari mulutnya.

Pintu kamarnya terdengar dibuka, seorang pria masuk. Pria kecil itu menutup mulutnya, pria itu tampak celingukan kesana-kemari. "Dimana ya Tn. Mark bersembunyi? Haruskah saya mencarinya?" Tanya pria itu, terkekeh pelan.

Mark yang mengenali suara itu, kontan saja segera keluar dari tempat persembunyiannya. Ia memeluk kedua kaki pria itu, membuat pria itu kaget. "Tn.Mark kenapa?" Tanyanya, kaget.

Mark menggelengkan kepalanya, hanya tangisan yang ia tunjukkan. Ia tak sanggup bicara, hanya isakan yang keluar dari mulutnya.

"Apa Tuan mimpi buruk? Kenapa Tuan seperti ini?" Tanya pria yang ternyata Kim itu, tapi Mark tetap mengunci mulutnya rapat-rapat. "Baiklah, Tuan kembali tidur ya." Ujarnya, tersenyum.

Mark menggelengkan kepalanya kuat-kuat, ia tak bisa tidur, kejadian tadi masih membayanginya.

"Mau saya ceritakan sesuatu agar Tuan lupa mimpi buruk tadi, Tuan harus tidur karna besok sekolah." Ujar pria itu, lembut.

Mark terdiam, lalu mengangguk. Kim tersenyum, lalu menepuk ranjang kecil milik Mark. "Tidurlah, saya akan mulai cerita."

Dengan cepat, Mark menuju dipannya. Tapi ia masih menggenggam jas yang digunakan Kim, tanda ia masih takut.

Kim tersenyum, hal ini mengingatkannya pada putrinya yang telah ia tinggalkan lama sekali. "Saya mulai cerita, ya..."

Lee duduk disebuah tempat gelap, dihadapannya ada seorang penyidik yang tengah menatapnya tajam. Lee yang menyadari semua akan terjadi hanya diam, menatap kosong kearah depan. "Katakan semua yang ingin kau ketahui, kau membuang waktu." Ujarnya, tanpa rasa takut sedikitpun.

"Baiklah, saya takkan segan." Ujar pria itu, tersenyum sinis. "Ternyata banyak kasus yang melibatkan anda, tapi anda selalu berhasil lolos." Ujarnya, tanpa ragu. "Saya hanya ingin menanyakan satu hal pada anda, di semua kasus ini, apa anda terlibat?" Ujar sang penyidik, membuat Lee tertawa.

"Kau tak memiliki bukti kuat, tapi berani menahanku disini?" Ujar Lee, keangkuhan pria itu membuat sang penyidik gerah.

"Kami memiliki bukti keterlibatan anda dengan pembunuhan Tn. Hwang dan Tn. Jo, bahkan anak anda sendiri juga terlibat."

Lee terdiam, lalu menatap tajam sang penyidik. "Jangan pernah menyentuh anakku dan melibatkannya, dia tak tau apa-apa." Ujarnya, marah.

"Sayangnya dia telah mengakui perbuatannya, meskipun memang dia masih dibawah umur, dia akan mendapat hukumannya."

"Tidak, Mark tidak bersalah, dia hanya korban. Kim, Kim yang bersalah."

"Mark yang menyetir mobilnya malam itu, tentu dia bersalah." Ujar sang penyidik, umpannya benar-benar berhasil kali ini. "Lalu, apa tujuanmu membunuh Kwangmin?" Tanya sang penyidik, kembali tenang.

"Aku tak membunuhnya, Hwang yang membunuhnya." Ujar Lee, nadanya kembali tenang.

"Jangan membawa nama orang yang sudah mati, Lee. Apa kau tengah mempermainkan kepolisian?"

"Dia memang berniat membunuh Kwangmin atau siapalah itu, tanyakan saja padanya apa tujuannya, aku tak tahu."

"Aku tau apa yang bisa membuatmu bicara, video pembunuhan istrimu." Ujar sang penyidik, membuat Lee terdiam. "Apa ini yang kau cari di rumah Kwangmin?"

"Aku sangat mencintai istriku, aku tak mungkin membunuhnya." Ujar Lee, keras.

"Aku tak bicara kau membunuhnya, Lee, aku hanya berniat menunjukkan video itu padamu. Tapi karna kau sudah mengaku, aku akan berhenti menanyaimu sekarang." Ujar sang penyidik, senyuman miring ia tunjukkan sambil berjalan pergi.

Sialan, kenapa meskipun pria itu sudah mati, dia masih menyusahkanku.

***

"Aku menabraknya, aku membunuhnya, tapi itu tak sengaja, Tuan." Ujar Mark, pria itu kini menangis pelan.

Sang penyidik terdiam, lalu menghela nafas. "Kau ini sangat amatiran, Nak, menyelidikimu ternyata sangat membosankan." Ujarnya sambil menguap, membuat Mark semakin menunduk.

"Saya ingin minta maaf pada keluarga Tn. Jo, selama ini saya diam karna takut." Ujar Mark, pelan. "Saya takut semua orang meninggalkan saya, semua orang mengejek saya, semua orang tak menginginkan saya."

"Memangnya dengan menangis, semuanya bisa selesai, Nak." Ujar sang penyidik, pelan. "Kalau kau laki-laki, kau harus mengakui kesalahanmu, bukannya menyimpannya selama bertahun-tahun. Meskipun kau masih dibawah umur, pihak kepolisian pasti akan menghukummu karna selama ini bungkam atas tindakan kriminalitasmu."

"Maafkan saya, Pak, saya benar-benar minta maaf." Ujar Mark, pelan.

"Berhenti minta maaf, Nak, ayolah, kau ini seorang pria, masa menangis hanya karna takut menerima hukuman atas perbuatanmu sendiri? Kau harus jadi kuat, bertanggungjawab, berhentilah menangis." Ujar sang penyidik, pelan. "Kau beruntung memilikiku sebagai penyidikmu, kalau yang lain, mungkin kau takkan bisa memiliki wajah tampan itu lagi." Ujarnya, setengah bercanda. "Baiklah, cukup disini saja." Ujarnya, tersenyum. "Makan yang banyak, jadilah pria kuat, ok??" Ujarnya sambil menepuk pundak Mark, lalu ia berjalan pergi. Tapi dia terdiam, saat melihat seseorang masuk kedalam ruangan penyidik itu. "Pak, ada apa?"

"Dia dibebaskan, kecelakaan itu atas kesengajaan seseorang, lagipula hasil autopsi Tn. Jo yang sebenarnya telah keluar, dia meninggal karna luka tembakan."

"Apa??"

TBC

Aku tau ini mulai gk masuk akal, wkwkwk, maksain diri bngt, karna jujur aku gk tau proses hukuman tuh kayak gimana, nyari dimana2 jgha gk nemu☹️☹️ maafkan aku kalo ini gk sesuai realita, mudah ketebak jgha, belum lghi aku selalu cuap2, gk sengaja spoiler mungkin😂😂 makasih yng mau baca sampai part sejauh ini, kalo ada yng salah, aku minta maaf, tegur aja lewat komen, oke?

See you soon

Sam Lee

PROMISE (ft. Sherly Diah) (END) Where stories live. Discover now