Mark's Problem

149 23 16
                                    

"Mark?"

"Saeron? Kau sedang apa disini?" tanya Mark, kaget.

Suara tawa Tn. Lee membuat keduanya menatap pria itu, Mark menatap curiga ayahnya itu. "Kalian itu sama-sama kaget, ya? Sepertinya gadis ini tak tau apapun tentangmu ya, Mark?" ujarnya, membuat Mark menatapnya tajam.

Saeron tampak bingung dengan perubahan raut wajah Mark, membuatnya hanya berdiri di sana tanpa berniat menghampiri keduanya.

"Kim Saeron, duduklah." ujar Tn. Lee, membuat Mark kembali menatap tajam gadis itu.

Saeron berjalan perlahan menuju meja makan itu, sesekali ia melirik Mark yang tak melepaskan pandangan darinya. Saeron duduk dengan pelan di kursi makan itu, ia sedikit takut sebenarnya.

"Makanlah, jangan malu-malu. Nanti kita teruskan mengobrolnya, ya?" ujar Tn.Lee sambil mulai mengambil beberapa makanan dihadapannya, membuat Saeron menunduk.

Tatapan Mark membuat Saeron merasa tak enak, apalagi mereka berhadapan seperti ini.

"Mark, kenapa? Makanlah..." ujar Tn. Lee, tersenyum.

Mark membuka piringnya, lalu mulai mengambil makanannya. Saeron hanya diam, tak berani menatap Mark yang sedang makan. Ia sedikit menghela nafas lega, karna Mark tak lagi menatapnya tajam.

"Makanlah yang banyak, Sae." ujar Tn. Lee, membuat Mark terdiam. Sesekali ayahnya itu menaruh lauk pauk kedalam nasi Saeron yang dibalas senyuman canggung oleh gadis itu, Mark diam-diam mengepalkan tangan.

"Saya sangat senang, kamu telah menjadi teman dekat Mark. Selain cantik, kamu juga sopan. Mark telah menjadi dewasa, itu berkat kamu." ujar Tn. Lee, sesaat setelah mereka selesai makan.

"Hm, sepertinya ada kesalahpahaman. Saya bukanlah teman dekat Mark, saya itu..."

"Aku ingin bicara denganmu sebentar, kutunggu kau diluar." ujar Mark sambil beranjak dari duduknya, lalu berjalan pergi keluar.

"Pergilah, sepertinya anak itu ingin bicara hal serius denganmu." ujar Tn. Lee dengan senyuman ramahnya, membuat Saeron ikut tersenyum.

"Baiklah, Tuan, saya pergi dulu." ujar Saeron sambil membungkukkan badannya, lalu berjalan pergi.

Tn. Lee tersenyum melihat kepergian gadis itu, tapi senyumannya menghilang saat gadis itu pergi. Tn. Lee menatap tajam Saeron, lalu memanggil salah satu pelayannya dengan isyarat tangan.

"Ada apa, Tuan?" tanya pelayan itu, pelan.

"Awasi gadis itu, jangan sampai kau melewatkan satu hal pun darinya." ujar Tn. Lee, membuat pelayannya itu mengangguk. Tn. Lee tersenyum, lalu beranjak dari tempat duduknya. Ia merapikan jasnya, lalu berjalan pergi.

Tentu saja hal itu tak luput dari pengamatan sosok yang mengikuti Saeron kemanapun itu, ia mengerutkan keningnya. Apa yang mereka rencanakan untuk Saeron? Apa itu sesuatu yang berbahaya? Apa aku bisa melindungi Saeron kalau sesuatu terjadi padanya?

***

Saeron memasuki sebuah ruangan berbentuk rumah di taman rumah itu, ia menatap sekelilingnya takjub karna dipenuhi berbagai macam jenis bunga yang berwarna-warni.

"Untuk apa kau disini?"

Ucapan itu membuat Saeron mengalihkan perhatiannya dari bunga-bunga cantik itu, tatapannya kini tertuju pada pria yang tengah duduk di atas ayunan kayu yang cukup besar.

"Harusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kau membawaku kesini?" tanya Saeron, sebal. Mark kembali seperti biasanya, dingin dan datar. Hal itu tentu saja membuat Saeron kesal, karna tadi sikap Mark begitu berbeda padanya.

"Siapa juga yang membawamu kemari? GR, pake berdandan segala lagi." ujar Mark, tajam.

"Memangnya kau pikir aku mau berdandan seperti ini? Eoh?" ujar Saeron, kesal. Ia bahkan membuka hells yang sedari tadi membalut kakinya, lalu berjalan menghampiri Mark dengan wajah ditekuk.

"Jangan mendekat, siapa yang menyuruhmu mendekatiku?" ujar Mark, kesal.

"Aku tak berniat mendekatimu sama sekali, aku hanya ingin duduk." ujar Saeron, tak mau kalah. Dengan tanpa dosa, gadis itu duduk di samping Mark yang menatapnya kesal.

"Pulang sana, kau membuatku repot saja." ujar Mark, dingin.

"Repot? Ya!! Bukankah kau yang membuatku repot? Semua ini membuatku repot, tau!!" ujar Saeron, sewot.

"Lepas saja semuanya, apa susahnya?" ujar Mark, tak kalah sewot.

"Lepas semuanya? Ya! Kau selain menyebalkan, juga pervert. Memangnya kau pikir aku mau melepaskan semuanya di depanmu?" ujar Saeron, kesal.

Mark menatap tajam Saeron, tapi Saeron tak sekalipun gentar mendapat tatapan seperti itu. Mark mengalihkan perhatiannya, lalu menghela nafas. "Jangan seperti ini lagi, jangan mau kesini lagi."

"Aku juga tak mau, tapi orang-orang itu memaksaku. Mana ku tau ini rumahmu dan dia ayahmu, aku juga baru kesini." ujar Saeron, kesal.

Mark tiba-tiba berdiri, lalu menghela nafas. "Menjauhlah dariku, jangan mendekatiku lagi." ujarnya pelan, lalu ia melangkah pergi.

"Memangnya kau siapa? Memerintahku seenaknya, lalu pergi gitu aja. Dasar laki-laki gak bertanggungjawab, kau pikir selama ini aku mendekatimu?"

"Aku tak peduli apapun yang kau pikirkan tentang aku, yang jelas menjauh dariku mulai sekarang. Aku tak membutuhkan gadis preman sepertimu, juga aku tak mau kau dekati lagi karna kau sudah tau tentang ayahku."

"Memang ayahmu itu siapa?" ujar Saeron, kesal.

"Kau akan tau nanti, sekarang pulanglah." ujar Mark sambil berjalan menuju pintu, lalu membukanya.

Deg!!!

Mark menembus sosok yang berlari kearahnya, membuat Mark terdiam karna merasakan sesuatu yang aneh. Pria itu memegang dadanya, lalu melihat sekelilingnya. Apa itu tadi? Seperti ada yang kutembus, tapi apa?

Mark pun menggelengkan kepalanya, lalu melanjutkan langkahnya sambil berusaha melupakan kejadian aneh tadi.

Sedangkan sosok yang sebenarnya adalah sosok yang mengikuti Saeron itu memegang dadanya yang sedikit nyeri, ia terjatuh ke lantai sambil memekik kesakitan. Seluruh tubuhnya terasa sakit, tapi itu tak berlangsung lama. Sosok itu diam, lalu menatap Mark.

Aku ingat, pria itu...

Hha, aduhhh, gw ditagihin up cerita dah kayak ditagihin utang ma rentenir, serem bngt. Oke, gw mulai lebay. lagian gw takut ntar dia malah ngirim Mamas lghi, setidaknya si Mamas bisa bikin gw sakit. Piiisss, jngn bilang si Mamas ya, gw gk ngajak war si Mamas kok.

Hai, aku balik lghi dengan MakaRoni favoritku. Ada yng nungguin sama kayak yang punya, gk? Ada yng kangen si Mamas Kwa, ehhh, malah spoiler. Kalo peka, pasti tau deh, hhe. Udah ya, jangan lupa vomment, aku lghi baik lho, kalo nggak, aku sadis, hha, bercanda, bercanda. Oke, selamat menikmati MakaRoni kesayangan, bye, see you soon.

Minji

PROMISE (ft. Sherly Diah) (END) Where stories live. Discover now