It's Hurt

134 25 10
                                    

Saeron mengetuk pulpennya diatas meja dengan bosan, kini ia ada di perpustakaan. Sebenarnya niatnya kesini hanya ingin melihat Mark, karna akhir-akhir ini Mark jarang sekali berbicara dengannya. Pikirnya kalau mereka sedang berdua, mungkin Mark akan mengajaknya mengobrol lagi.

Lagi-lagi Saeron menghela nafas, Mark belum datang juga. Padahal harusnya ia datang dari 30menit yang lalu, tapi kali ini pria itu tak kunjung muncul. Saeron menghela nafas, gosip mengenai dirinya dan Mark juga sudah mulai mereda. Tapi itu tak membuatnya senang, malah dia merasa hampa.

"Sae, ngapain diem disini?"

Teguran itu membuat Saeron menatap Haechan yang tengah berdiri dihadapannya, bahkan gadis itu tak menyadari Haechan yang sudah berdiri didepannya.

"Hm, lagi ngerjain tugas." ujar Saeron, tersenyum. Memang dia tak berbohong, tapi ada keinginan untuk menemui Mark juga.

"Ngerjain tugas apa?" tanya Haechan, sedikit mengintip.

"Eh, bukan apa-apa." ujar Saeron sambil menutup bukunya dengan kasar, membuat Haechan mengerucutkan bibirnya.

"Mikirin Mark, ya?" tanya Haechan, membuat Saeron kaget. "kaget kan, aku tau?"

"Gak sih, kamu kan emang sok tau." ujar Saeron, acuh.

"Tapi bener, kan?" ujar Haechan, sedikit menggoda Saeron. Kapan lagi bisa menggoda gadis yang dikenal sebagai gadis preman ini saking galaknya, Haechan tertawa melihat pipi Saeron memerah.

"Apa sih, Chan? Sana pergi, lagi pengen sendiri." ujar Saeron, kesal.

"Nungguin Mark? Haha, tebakanku bener lagi." ujar Haechan, tertawa semakin puas.

"Haechan, kamu nyebelin banget sih." ujar Saeron, sebal.

"Lebih nyebelin mana? Aku atau Mark? Atau lebih tepatnya, lebih membekas mana?"

"Apa sih Chan? Kalo kamu kesini cuman buat godain aku, mending pergi sana!!" ujar Saeron, kesal.

"Aku tau kok, kamu jatuh cinta sama cowok terngeselin itu."

"Haechan, jangan sok tau deh." ujar Saeron, hampir memukul Haechan.

"Aku gak sok tau, Sae. Aku bisa liat semuanya, dari awal kamu ketemu dia, kamu udah mulai tertarik sama dia." ujar Haechan sambil memegang kedua tangan Saeron, membuat Saeron terdiam.

"Gak ya, aku gak pernah tertarik sama dia." ujar Saeron, penuh penekanan.

"Lha, terus ngapain sekarang nyariin?" tanya Haechan, membuat Saeron terdiam. "Hayoloh, kenapa nyariin sekarang?"

Saeron menghela nafas, lalu menunduk. Ia baru menyadari itu, kenapa ia mencari Mark sekarang? Apa karna ia memang sudah menyukai Mark? Apa ia sudah jatuh hati pada pria kutub itu?

"Sae, kamu kenapa sih?" tanya Haechan, pelan.

"Apa sih, Chan? Aku mau--"

Mark tiba-tiba lewat didepan mereka, Mark melewati keduanya dengan headset ditelinganya. Saeron melepaskan kedua tangannya dari genggaman Haechan, membuat Haechan menatapnya dan Mark.

"Hm, Mark, belum pulang?" tanya Haechan sambil menatap Mark yang duduk dibelakang mereka, membuat Mark melepas headset ditelinganya.

"Kenapa? Saya ganggu?" tanya Mark, datar.

Haechan menatap Mark, bingung. "Maksud kamu?" ujarnya, membuat Mark menatap Saeron yang tak mau melihatnya.

"Saya pergi aja, kalo ganggu." ujar Mark sambil beranjak dari kursinya, tapi Saeron beranjak dari duduknya.

" Aku mau ngomong sama kamu, Mark."

"Oh, ok, aku pergi aja." ujar Haechan, saat melihat Mark menghentikan jalannya. Ia segera beranjak, lalu berjalan pergi.

"Mau ngomong apa? Kalo gak penting, saya pergi." ujar Mark, dingin.

"Kamu kenapa sih? Kemarin deketin aku, senyum-senyum gak jelas, kita ngobrol,..."

"Kamu gak berubah, ya? Dari awal ketemu selalu saja mencari perhatian saya. Apa sih mau kamu?" ujar Mark, kesal.

"Men-mencari perhatian? Ya! Kamu tuh yang caper, tiap hari selalu saja mencari masalah, juga beberapa kali menciumku. Apa maksudmu? Memangnya aku gadis seperti apa dimatamu? Apa aku seperti gadis murahan?"

Mark menoleh, senyumannya membuat Saeron sedikit bergidik. "Kamu pikir ciuman itu begitu berarti? Kau tak lupa kan, aku ini pindahan Amerika, aku pernah tinggal disana. Kau tau, ciuman itu bukan lagi hal aneh yang dilakukan sesama teman, bahkan lebih dari ciuman juga bukan hal yang sulit ditemui di jalan-jalan sana."

"Tapi disini..."

"Jangan GR dulu, aku melakukannya karna menganggapmu temanku. Tapi sekarang sepertinya tidak, karna kau sudah berharap lebih padaku."

"A-apa?"

"Ya, tentu saja, kau sama seperti gadis lainnya. Kau ingin mendekatiku, karna ayahku adalah seorang yang kaya, kan? Aku mengerti, harta ayahku memang menarik semua gadis sepertimu. Tapi maaf, aku tak berminat padamu." ujar Mark, sinis. Ia menatap kembali kedepan, lalu berjalan pergi.

Saeron terdiam, ia terduduk kembali di kursinya. Ia tak percaya, Mark tega mengatakan itu. Pria menyebalkan itu membuat dada Saeron sesak, padahal Saeron tak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Untuk pertama kalinya, Saeron meneteskan air matanya hanya untuk seorang pria seperti Mark.

Sosok yang berdiri tak jauh dari mereka menatap Saeron yang masih belum beranjak dari kursinya, ia menghampiri gadis itu. Sosok itu jongkok disamping gadis itu, menatap gadis itu yang masih diam dalam tangisnya. Sosok itu menghela nafas, lalu menaruh kepalanya di pangkuan Saeron sambil memeluk gadis itu.

Setidaknya aku tak mengkhawatirkanmu lagi, Sae. Benar, jauhi pria itu, jangan dekat-dekat dengannya. Aku gak suka, aku gak suka kau dan dia dekat. Aku gak mau kehilanganmu, sama seperti aku kehilangan cinta pertamaku.

Hai, masih penasarankah? Aduhhh, aku gak bisa bikin teka-teki, jadi makin kesini malah makin bingung. Yaudahlah, semoga bisa memuaskan semuanya. MakaRoni aku ini sudah mulai gaje, tapi yaudahlah, selamat menikmati.

Makasih atas dukungannya sampai part ini, maaf juga kalo ceritanya gak bikin kalian penasaran (puas), see you soon

Minji

PROMISE (ft. Sherly Diah) (END) Where stories live. Discover now