Confession

110 30 8
                                    

Mark menatap ponselnya yang tergeletak diatas nakas, sedari tadi ponsel itu tak berhenti berdering. Ia mengambil ponselnya, lalu menjawab panggilan itu. "Ada apa, Chan?"

"Mark, lama banget sih?" ujar Haechan, hampir histeris.

"Ya! Pelan-pelan ngomongnya, aishhh." ujar Mark, kesal.

"Cepetan kesini, kamu harus kesini." ujar Haechan, nadanya panik.

"Ada apaan sih? Jangan bikin orang panik, napa Chan?" ujar Mark, kesal.

"Saeron, Saeron..."

Deg!!!

Mark membeku, saat mendengar nama itu. "Ada apa sama dia?"

"Kamy harus kesini, dia ada di rumah sakit."

"Hah? Dia sakit apa? Perasaan dia tadi sehat, loe jangan bercanda."

"Aku beneran, Mark. Loe harus kesini secepatnya, sebelum Saeron..."

"Ok, saya kesana. Rumah sakit mana?" tanya Mark sambil bergegas mengambil kunci motornya dan jaketnya, lalu berjalan pergi.

Di rumah sakit, Mark segera berlari menuju ruangan yang ditunjuk Haechan seperti orang gila. Sampai disana, Mark terdiam menatap Yeri yang duduk disana. "Dimana Saeron?" tanya Mark, panik.

"Kamu kenapa, Mark?" tanya Yeri, bingung.

"Haechan bilang, Saeron ada disini." ujar Mark, bingung.

Tiba-tiba Saeron keluar dari ruangan itu bersama seseorang, membuat Mark menatapnya. "Kamu ngapain disini, Mark?" tanyanya, pelan.

Mark menatap Saeron, tak ada yang aneh dengan gadis itu. Mark mendesah, Haechan pasti mengerjainya.

"Siapa dia, Sae?" tanya seorang wanita bersnelli yang merupakan ibu Saeron, membuat Mark menatapnya.

"Ah, dia Mark, te-"

"Hallo, Ahjumma. Saya teman Saeron, maaf mengagetkan anda." ujar Mark, sopan.

"Teman? Pria? Saeron punya teman pria, sejak kapan?" tanya Ny.Kim, penasaran.

"Eomma, Taeyong Oppa kan pria, dia temanku, gak usah berlebihan."

"Taeyong teman Eunbi, kamu jarang punya temen cowok, tampan pula."

"Eomma..."

"Taeyong... Siapa?"

"Sepertinya kalian perlu mengobrol, Eomma pergi dulu ya? Ayo, Yeri." ujar Ny.Kim sambil menarik tangan Yeri yang masih penasaran akan maksud kedatangan Mark yang sepertinya panik tadi.

"Eomma, jangan salah paham. Eomma, ishhh." ujar Saeron, sebal. "Mau ngapain kamu kesini?" tanyanya, sinis.

Mark terdiam, lalu menggaruk kepalanya. "Hmmm, saya mau tengok temen saya yang lagi sakit." jawabnya, terpaksa berbohong. Sebenarnya Mark ingin mengatakan hal sebenarnya, tapi ia terlalu gengsi untuk mengakui bahwa ia benar-benar panik tadi.

"Sakit? Siapa?"

"Ah, saya udah tengok kok." ujar Mark, datar. "Tadi kebetulan saya ketemu Yeri, jadinya..."

Saeron mendekati Mark, membuat Mark berjalan mundur. "Kamu lagi bohong, kan?" ujarnya, membuat Mark menatapnya.

"Saya gak bohong, buat apa saya bohong?" ujar Mark, mencoba menyembunyikan kegugupannya.

"Yaudah, gak ada yang mau kamu omongin lagi kan?" ujar Saeron sambil berjalan melewati Mark, membuat Mark menatapnya.

"Yang tadi itu ibu kamu?" tanya Mark, membuat Saeron terdiam.

"Iya, kenapa?" tanya Saeron, berbalik menatap Mark.

"Gak, kok." ujar Mark, tersenyum.

Saeron mendengus, lalu berjalan kembali. Tapi Mark menahan tangannya, membuat Saeron terdiam.

"Saya mau bicara sama kamu, tapi bukan disini." ujar Mark sambil menarik tangan Saeron, membuat gadis itu mau tak mau mengikuti langkah panjangnya.

"Mau ngomong apa? Cepetan, aku gak punya waktu banyak." ujar Saeron, saat mereka ada di atap rumah sakit.

"Saya mau minta maaf soal beberapa hari ini, bikin kamu marah, bikin semua orang salah paham, bikin kamu digosipin dimana-mana."

"Aku udah biasa, tapi yang aneh adalah kenapa kamu minta maaf?" ujar Saeron, tajam.

"Saya pikir, kamu harus tau tentang semua yang terjadi." ujar Mark, membuat Saeron menatapnya serius.

"Semuanya? Apa maksud kamu?"

"Ada satu kesalahan fatal yang pernah saya lakuin dulu, tapi kesalahan itu dilempar ke orang yang saya sayang."

"Ngomong tuh yang jelas, gimana sih?"

"Dulu saya pernah ngelakuin kesalahan dan ayah saya ngelempar kesalahan itu ke orang lain, tepatnya ke mantan pengawal kesayangan saya hingga dia dipenjara."

Deg!!!

Saeron terdiam, lalu menatap Mark. "Papa kamu? Apa yang kamu lakuin, memangnya?" ujarnya, penasaran.

Mark menghela nafas, pelan. "Saya gak mau kamu kena masalah, jadinya saya jauhin kamu." ujarnya, membuat Saeron menatapnya.

"Apa maksud kamu? Jangan bikin aku penasaran, kalo kamu mau jelasin." ujar Saeron, kesal.

Mark menghela nafas, kasar. Ada keinginan untuk mengatakan semuanya pada gadis itu, tapi dia juga takut akan resiko kalau mengatakannya akan membuat Saeron semakin dalam memasuki kehidupannya.

"Mark, kamu itu nyebelin, tau gak? Kamu niat gak sih minta maaf sama aku, kamu itu..."

"Maaf, Sae. Saya cuman pengen minta maaf, saya gak bermaksud cerita hal-hal aneh kayak gini. Lupain aja yang tadi, dan jangan dekat-dekat saya lagi." ujar Mark sambil berjalan pergi, membuat Saeron mengambil sepatu yang dipakainya, lalu melemparnya ke punggung Mark.

"Apa maksud kamu?" teriak Saeron, kesal. "Sejak kamu jadi murid pindahan, kenapa kamu selalu bawa masalah kepadaku? Kamu selalu bilang aku caper sama kamu, padahal aku sama sekali gak pernah tertarik sama kutub kayak kamu. Terus kamu bilang jangan deket-deket kamu lagi, emang aku pernah deketin kamu? Hah?" teriaknya, gadis itu menangis. "Kamu pikir, kamu siapa? Kamu pikir, aku mau sama kamu? Kamu pikir, semua orang bisa kamu mainin? Aku bukan mainan, Mark, aku bukan mainan yang bisa kamu buang gitu aja."

"Terus saya harus ngapain, Sae?" teriak Mark, pria itu menatap Saeron dengan mata merahnya. "Saya harus ngapain? Saya cuman anak SHS yang gak bisa lindungin orang yang saya sayang, saya bukan anak yang mau buang-buang waktu buat mainin kamu, saya bukan anak yang bisa main-main sama perasaan orang."

"Maksud kamu?"

Mark menatap Saeron, tajam. Pria itu menghela nafas, pelan. "Udahlah, kamu juga gak bakal ngerti..."

"Mark..."

"Saya sayang sama kamu, Sae, makanya saya pengen kamu menjauh dari saya." ujar Mark, kesal. Tatapan mereka bertemu, membuat keduanya terdiam.

"A-apa?"

Haiii, hha, ada yng gemes sama Haechan disini, aku gemes sama dia. Pengen deh aku uyel2 dia, hha.

Jngn lupa vommentnya, hha

Minji

PROMISE (ft. Sherly Diah) (END) Where stories live. Discover now