You vs Me

196 28 31
                                    

Saeron membuka matanya yang terasa lengket, ia menatap sekelilingnya. Alarm yang sedari tadi mengganggu tidurnya membuat Saeron terbangun, ia melihat ponselnya, hari masih pagi. Tapi ia terpaksa bangun untuk mandi, karena tugas semalam belum selesai.

Saeron tersenyum, tubuhnya terasa segar, sesaat setelah mandi. Ia kembali duduk di meja belajarnya untuk mengerjakan tugas semalam, ia sangat bersemangat hari ini.

Sosok yang tengah memperhatikannya sedari tadi hanya tersenyum, lalu ia mendekati Saeron yang tengah penuh semangat mengerjakan soal-soal itu.

Saeron memutar matanya, punggungnya terasa hangat. "Jangan ganggu aku, aku sedang sibuk." ujarnya, sedikit kesal. Tapi rasa hangat itu tak pergi, malah beralih kebahunya. Meskipun Saeron tak bisa melihat sosok itu, tapi ia bisa tau bahwa bahunya itu tengah disandari sosok yang tengah tersenyum manis itu. "Yasudahlah, terserah padamu."

"Sae, waktunya sarapan. Kamu udah bangun, kan?"

Saeron terperanjat, saat mendengar suara lantang ibunya. Ia sedikit menahan kantuk tadi, membuat sosok itu terkikik geli. "Aishhh, apa aku akan ketiduran dikelas nanti? Untung saja tugasnya berhasil kukerjakan, aku harus bergegas." ujarnya sambil beranjak dari duduknya, lalu berjalan keluar diikuti sosok itu.

***

"Saeron... Kemarilah, kita sedang membicarakan Mark." teriak Yeri, saat Saeron masuk kedalam kelasnya.

Saeron memutar matanya, lagi-lagi pria menyebalkan itu jadi bahan perbincangan. Beberapa hari sejak kedatangannya, pria itu selalu jadi topik pembicaraan di seluruh sudut sekolah. Menyebalkan sekali tiap hari dikasih sarapan tentang dia itu, Saeron rasanya ingin mual setiap kali mendengar beberapa pujian dari beberapa fans pria itu.

"Ishhh, Ri, diem." bisik Yoojung, membuat Yeri dan Dahyun terdiam.

Saeron yang masih berdiri didepan pintu hanya menatap mereka, bingung. Kenapa jadi menyeramkan begini, ya? Apa ada yang salah?

"Ya! Bisa minggir, tidak?"

Suara dingin dan datar itu tentu saja membuat Saeron terperanjat kaget, gadis itu segera membalikkan badannya. Saeron hampir saja jatuh karna kaget, Mark berdiri begitu dekat dengannya.

"Minggir, Bodoh!! Kau tak mengerti bahasa manusia, ya?" ujar Mark, dingin.

Saeron menjauh sedikit, membuat Mark mendesah. "Aku mau masuk, kenapa sih kau mencegatku disini? Biar kuperjelas, aku tak tertarik padamu. Jadi minggir, jangan mencari perhatianku dengan cara kekanakan begini." ujar Mark sambil menoyor kepala Saeron, lalu berjalan dengan menabrak bahunya.

"Eh, apa Saeron baru saja ditolak?" tanya Dahyun, si biang gosip dikelas.

"Wah, Mark sangat keren." ujar Yeri, pelan. Gadis itu bahkan melupakan fakta bahwa Saeron adalah sahabatnya, hanya karna seorang Mark.

Saeron mengepalkan tangannya, kesal. Dua kali, dua kali pria itu membuatnya kesal. Dan apa? Aku mencari perhatian padanya? Siapa juga yang mau dengan makhluk menyebalkan sepertinya? Masih banyak pria lain yang mau denganku, tentu saja tidak hanya dirimu.

Saeron menghela nafas, lalu berjalan menuju kursinya yang kebetulan bersebelahan dengan pria itu. Saeron hanya membuang muka, sedangkan Mark hanya membaca bukunya, entah buku apa, Saeron juga tak peduli.

"Mark, ajarin ini dong." ujar Nancy, saat ada dihadapan Mark, tepatnya disamping Saeron. Mark melirik Saeron yang berdecak, membuatnya diam-diam tersenyum sinis.

"Oh, iya, yang mana?" tanya Mark, ramah. Hal itu tentu saja membuat Saeron kaget, ada apa dengan pria ini? Tadi dia jutek padanya, sedangkan pada Nancy?

"Mark, ajarin aku juga dong."

"Iya dong, ajarin juga."

"Oke, oke, mana? Mana?"

Mulut Saeron hampir saja menganga mendengar nada ramah dari mulut Mark, pria itu tak sok cool seperti biasanya. Lagipula, ada apa sih? Kenapa mereka mendadak pada caper sama Mark begitu? Aishhh, Saeron, itu bukan urusanmu. Sudahlah, lupakan Mark, pikirkan hal lain. Oke?

***

Lagi-lagi Saeron menahan kantuk dikelas, gadis itu hampir saja tertidur kalau tidak ada Yeri yang mendorong kursinya ke meja Saeron. Saeron yang suruh sih, karna kali ini yang mengajar adalah Park Ssaem yang berwajah malaikat, tapi setiap berhadapan dengan murid yang bermasalah, wajah malaikatnya itu bagai topeng yang menutupi wajah aslinya.

Saeron membuka matanya, lalu mencoba fokus pada pelajaran Kimia yang tengah dijelaskan Park Ssaem didepan. Tapi Saeron semakin mengantuk, apalagi ada kehangatan yang membalut tubuhnya. Sosok yang berdiri dibelakang Saeron hanya tersenyum, geli.

Mark menatap gadis itu, lalu memutar matanya. Pria itu tak memedulikan gadis itu, tapi ada sesuatu yang aneh saat ini. Kenapa gadis ini gampang sekali tertidur? Kalaupun dia selalu begadang, tapi tak mungkin dia bisa tidur setiap saat seperti ini. Apa yang terjadi padanya? Apa dia punya semacam penyakit?

Mark menggelengkan kepalanya, lalu mencoba berkonsentrasi dengan bacaannya. Mikir apa sih, Mark? Itu kan urusan dia, kenapa kamu repot mikirin dia? Mau dia tidur kek, mau dia ngapain kek, itu bukan urusan kamu, Mark.

Tuk!

Mark menoleh, saat mendengar suara pensil terjatuh. Saeron membuka matanya, ia tampak kaget dengan suara pensilnya sendiri. "Aishhh..." gumamnya sambil menatap pensil yang terjatuh di kursi Mark, membuatnya menatap Mark yang pura-pura tak melihat pensil itu.

"Mark..." bisik Saeron, serak.

Mark terdiam, menunggu panggilan berikutnya.

"Mark, ihhh, aku tau kamu denger." bisik Saeron, kesal.

Mark menatap Saeron, datar. "Apa?" tanyanya, setengah berbisik.

"Ambilin pensilku dong, disana." ujar Saeron sambil menunjuk pensilnya yang tergeletak tak jauh dari kaki pria itu.

Mark hanya melihatnya sekilas, lalu kembali menghadap kearah depan, memperhatikan guru yang sedang menjelaskan pelajaran kali ini.

"Mark, ihhh, bantuin bentar kek." ujar Saeron, mulai tak sabaran.

Mark berdecak, lalu menendang pensil itu lebih jauh lagi. "Minta bantuan yang lain, pensilnya jauh." ujarnya, cuek.

Saeron menggigit bibirnya, ia mencoba menahan emosinya. Tapi begitu melihat Mark yang tersenyum puas melihatnya kesal, membuatnya naik darah. "MARK!!" teriaknya, tanpa sadar.

Semua orang menatap Saeron yang berteriak itu, termasuk guru yang tengah menjelaskan. "Ada apa, Kim Saeron? Ada masalah?"

Saeron menatap guru itu, lalu mendengus kesal. "Maaf, Ssaem. Tak ada masalah, hanya salah paham." ujarnya, pelan.

"Saeron, sepertinya kamu akhir-akhir ini sering bermasalah. Apa kamu baik-baik saja?"

"Eoh, iya, Ssaem. Saya baik-baik saja." ujar Saeron, tersenyum.

"Yasudah, duduk kembali dan jangan berisik, mengerti?" ujar Park Ssaem, tersenyum. Saeron bergidik ngeri, senyuman Park Ssaem sangat menyeramkan, bagi yang tau maksudnya.

"I-iya, Ssaem. Maafkan saya." ujar Saeron sambil duduk kembali, membuat Mark diam-diam tersenyum geli.

Sosok yang memperhatikan mereka sedari tadi hanya tersenyum geli, ia menatap Mark yang tersenyum geli juga.

Saeronku terlalu polos, dan pria itu memanfaatkannya. Sepertinya tak ada niat jahat darinya, tapi entah kenapa perasaanku tak enak setiap melihatnya.

Haiiii, ini kok kayak garing bngt ya? Hhe, takut judulnya ketuker atau isinya. Tapi masih nyambung kan sama yang sebelumnya? Aduhhh, maaf ya, kalo tiba-tiba ceritanya jadi gaje banget.

Niatnya ngasih semacam teka-teki, tapi apalah daya, aku gak bisa bikin teka-teki, soalnya aku orang yang terlalu jujur, cieee 😂😅, biarlah mengalir kayak gini aja. Maaf kalo kurang menarik, hhe, aduhhh. Jangan lupa vomment nya lho, kalau bisa kasih saran. Oke, see you.

Minji

PROMISE (ft. Sherly Diah) (END) जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें