Who is Him?

99 26 4
                                    

Sohyun berdiri dihadapan Youngmin di atap rumah sakit, sore itu. Sohyun menatap pria yang ia ketahui sebagai kakak kembar Kwangmin, sosok yang ada disampingnya.

"Jangan buang-buang waktu, aku punya banyak pekerjaan." ujar Youngmin, sedikit kesal.

Sohyun menghela nafas, lalu menatap Youngmin. "Apa kau benar-benar ingin bertemu dengan Kwangmin?"

"Kalau bisa, kenapa tidak." jawab Youngmin, datar. Ia penasaran pada gadis itu, bagaimana caranya agar dia bisa mempertemukannya dengan saudara kembarnya yang jelas telah meninggal lima tahun yang lalu?

"Tapi ada syaratnya, karna kami benar-benar berbeda." ujar Sohyun, pelan.

"Apa maksudmu?"

"Kalau kau ingin bertemu dengan Kwangmin, aku harus mengeluarkan banyak energi. Jadi waktu yang bisa kuatur sangat terbatas, mungkin tidak lebih dari 10mnt."

"Kalau lebih dari itu, apa yang terjadi?"

"Tentu saja aku akan banyak kehilangan energi, aku bisa mati."

"Baiklah, aku setuju." ujar Youngmin, antara percaya dan tidak.

Sohyun menatap gelangnya, ia mengusap gelang itu. "Kalau waktunya sudah habis, tolong pakaikan kembali gelang ini ke tanganku."

"Gelang apa itu?"

"Dia banyak bertanya untuk ukuran seorang pria dingin, bukankah begitu Kwangmin?" tanya Sohyun, membuat Youngmin terdiam.

"Dia benar-benar ada disini?" tanya Youngmin, kaget.

Sohyun membuka perlahan gelang itu, lalu ia menyerahkan gelang itu pada Youngmin. "Ingat ini, pakaikan kembali kalau waktunya habis. Mungkin ini sedikit menyakiti Kwangmin, tapi kita tak punya pilihan."

Youngmin menatap gelang itu, lalu mengangguk pelan. Tiba-tiba Sohyun memekik, membuat Youngmin kaget. "Sohyun-ssi, kau tak papa?" tanyanya, khawatir.

Sohyun terdiam, lalu menatap Youngmin. "Hyung..."

***

Yeri dan Haechan berdiri di samping Saeron yang tengah makan disuapi ibunya, Saeron memang sedikit manja jika sakit, tak peduli dihadapan siapapun. Haechan dan Yeri hanya menggelengkan kepala, kala Saeron bertingkah manja.

"Kapan kamu kembali sekolah?" tanya Yeri, membuat Saeron menatapnya.

"Entah, mungkin besok, aku juga sudah mau pulang. Aku udah gak papa kan, Eomma?" tanya Saeron, pelan.

"Nanti dokter akan datang untuk pemeriksaan terakhir, kita akan pulang nanti sore." ujar Ny. Kim, membuat Saeron bersorak seperti anak kecil.

"Kalau anak yang lain liat kamu kayak gini, pasti mereka gak bakal takut sama kamu." ujar Haechan, membuat Saeron menatapnya tajam.

"Aku gak gigit kali, kenapa mesti takut?" tanya Saeron, kesal.

"Tuh liat, matanya aja mau keluar." ujar Haechan, sedikit bergidik.

"Echan, ishhh." ujar Saeron, sebal.

"Gimana mereka gak takut? Kamu galak begini, jadilah seorang gadis manis sedikit." ujar Ny. Kim sambil mencubit pipi Saeron, gemas.

"Eomma, jangan ikut-ikutan." ujar Saeron, merajuk.

"Akhir-akhir ini dia manis kok, Ahjumma, hanya saja ketika didepan seseorang." ujar Haechan, membuat Saeron melotot kearahnya.

"Dihadapan siapa?" tanya Ny.Kim, antusias.

"Eomma, jangan dengerin Echan, dia itu suka mengarang cerita dan bergosip." ujar Saeron, membuat Haechan menatapnya tak terima.

Tiba-tiba Mark masuk, membuat Haechan yang tadinya ingin bicara segera menutup mulutnya. "Haechan, sejak kapan disini?" tanya Mark kaget, karna Haechan tak memberitahukan akan kemari.

"Hmmm, yaaa, sambil nganterin Yeri, sekalian aja sih." ujar Haechan, tersenyum.

"Ehh, Ahjumma." ujar Mark sambil membungkukkan badannya, saat menyadari keberadaan Ny. Kim.

Wanita itu hanya tersenyum, membuat Haechan tersenyum geli. "Hmm, Sae, makananmu sudah habis, minumlah obat, Eomma ada pekerjaan." ujarnya, membuat Saeron menghela nafas berat. Ia sangat jarang bersama ibunya, kesempatan ini tak disia-siakannya, tapi tetap saja ibunya harus bekerja. Wanita itu mengambil makanan Saeron, lalu berjalan pergi.

Mark segera menghampiri Saeron, membuat Saeron menghela nafas.

Haechan melihat itu, ia tersenyum. "Heh, mana peje?" tagihnya tiba-tiba.

"Eh, peje apaan?" tanya Saeron, kaget.

"Hei, aku gak sebodoh itu. Aku tau, kalian udah jadian. Peje mana?" tagihnya, membuat Yeri kaget.

"Ehhh, sejak kapan?" tanya Yeri, membuat Mark menghela nafas.

"Dari dulu bukannya kalian selalu gosipin kami pacaran, ya gak ada peje." ujar Mark, membuat Saeron tersenyum.

"Iya, bener, kalian selalu bergosip yang tidak-tidak." ujar Saeron, membuat Yeri menatapnya kesal.

"Apanya yang tidak-tidak? Buktinya kalian jadian juga sekarang, pokoknya mau peje. Titik." ujar Haechan, tanpa bisa dibantah.

"Iya, besok saya traktir makan di kantin." ujar Mark mengalah, bisa panjang urusan kalo Haechan sudah tak mau dibantah.

"Yes, kutunggu besok."

Tanpa mereka sadari, seorang pria tampak menatap Saeron dari balik pintu, ia menghela nafas berat. Tatapan itu terlihat sendu, lalu tatapannya beralih pada Mark yang sedang tertawa didalam. "Aku akan menyelesaikannya dengan cepat, jadi tunggulah aku." gumamnya berhoddie hitam itu menatap tajam Mark, lalu berjalan pergi.

Kwangmin yang akan kembali ke ruangan Saeron membeku, perasaannya tak enak menyelimutinya sedari tadi. Ia membeku, saat melihat pria bertopi hitam itu berdiri didepan ruangan Saeron. Ia menghampiri pria itu, tapi pria itu segera pergi menjauh darinya.

Siapa dia? Dia terlihat mencurigakan, apa yang akan dia lakukan? Apa dia orang jahat? Apa aku mengikutinya saja?

Hai, aku balik lghi, hhe, apa ya, maaf kemarin aku mau up, taunya datanya ilang, meskipun itu cmnd dua chapter, termasuk yng ini dan chapter selanjutnya, tapi aku bener-bener lupa sama keduanya, takut gk nyambung.

Masih ada yng nungguin, maaf, aku akhir-akhir ini sibuk, bisa dibilang sok sibuk sih, hhe, adehhh, maaf yaaa, makasih yng mau baca sampai part ini, makasih bnyk.

Minji

PROMISE (ft. Sherly Diah) (END) Where stories live. Discover now