Stop it, Don't do that (again)

66 9 0
                                    

Seorang pria dengan mata tertutup dan wajah pucat terbujur kaku di tengah ruangan itu, beberapa orang yang melihatnya tampak terdiam. Seorang wanita bersnelli tampak masuk dengan tergopoh-gopoh ke ruangan itu, ia menatap tak percaya pria pucat itu. "Kim??" Ujarnya, pelan. "Inikah yang harus kudapatkan setelah sekian lama, Kim? Kau bahkan ingin membunuh anakmu sendiri? Apa kau tak pernah memikirkan aku? Se egois inikah kamu?"

"Eomma..."

Ucapan Saeron membuat wanita itu menoleh kearahnya, wanita itu menatap Saeron yang menggunakan kursi roda. Sohyun mendorongnya, Taeyong berdiri disampingnya.

"Kenapa kamu ada disini? Kembali ke kamarmu, disini gak ada siapa-siapa." Ujar Mrs. Kim, membuat Saeron menggelengkan kepalanya.

"Aku ingin bertemu Appa, aku ingin melihatnya lagi, aku merindukannya." Ujar Saeron, pelan.

"Tapi Appa sudah meninggalkan kita tanpa kabar, dia..."

"Appa..." Ujar Saeron, saat menyadari seseorang berwajah pucat yang diselimuti kain putih itu. "Eomma, Appa kenapa? Dia tak mungkin sudah... Siapa yang melakukan ini? Siapa yang membuat ayahku seperti ini?" Ujar Saeron, menangis. Gadis itu bahkan mendorong kursi rodanya sendiri untuk mendekati Kim yang sudah tak bernyawa, Saeron menangis lagi. "Appa, Appa masih hidup kan? Appa, Sae ingin bermain dengan Appa seperti dulu. Appa, buka mata Appa..."

"Maaf, pasien sudah harus dibawa pergi." Ujar seorang suster sambil menutup tubuh Kim dengan kain putih itu, lalu membawanya pergi.

"Sus, Appa mau dibawa kemana? Appa masih hidup, Sus, Appa..." Teriak Saeron membuat Sohyun segera menahan kursi roda Saeron yang ingin menyusul Kim,  Taeyong ikut membantu menenangkan Saeron dengan membisikkan kata-kata penyemangat untuk gadis itu.

"Maaf, Nyonya, Tuan Kim... Sebelum Tuan Kim meninggal, dia ingin saya menyampaikan ini pada kalian." Ujar seorang dokter perempuan pada Mrs.Kim, membuat wanita itu terdiam. Dokter itu pamit pergi, Mrs. Kim segera membuka surat itu. Sesaat kemudian, Mrs.Kim menutup mulutnya, perlahan butiran air mata itu jatuh ke pipinya.

"Kim..." Gumamnya, membuat Saeron melihat ibunya. "Kim, gak mungkin, ini gak mungkin, KIM!!"

Saeron menghampiri ibunya, lalu menarik surat dari ibunya itu. Ia membacanya dengan teliti, Saeron lagi-lagi meneteskan air matanya. Saeron memegang dadanya, meremasnya pelan.

Appa, kenapa Appa memilih jalan seperti ini? Appa gak kangen Sae? Appa gak mau bersama Sae lagi?

Tidak, Sae. Appa selalu bersamamu, bersama ibumu, sepanjang jantungmu berdetak, Appa akan disana, mendampingimu selalu.

Sohyun menatap kearah pintu, saat ia merasakan tatapan dingin seseorang. Tubuhnya menegang, saat melihat Kwangmin yang sekian lama tak muncul ada disana, menatap Saeron penuh rindu. Kwangmin menangkap tatapannya, tiba-tiba ia menghilang.

Sohyun yang kaget spontan segera berlari menyusul Kwangmin yang seolah ingin ia ikuti. Sepertinya pria itu tau sesuatu, Sohyun tak ingin tinggal diam. Dengan nafas memburu, gadis itu mengejar Kwangmin.

Apa kau tau sesuatu, Kwang? Kuharap kemunculanmu setelah sekian lama menghilang membawa kabar baik, setidaknya untuk Saeron.

***

Youngmin menatap sekelilingnya, semuanya tampak sama, berwarna putih. Youngmin melihat tangannya sendiri, lalu melihat sekelilingnya sekali lagi. Apa aku sudah mati? Tanpa membalas semua yang dilakukan Lee pada Kwangmin? Tidak, aku tak boleh mati dengan semudah ini.

PROMISE (ft. Sherly Diah) (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang