Vingt et un

14K 1.2K 46
                                    

"Mengapa sepertinya Jane mempunyai tempat istimewa sendiri di hatimu?" tanya Blue datar. Dia benar-benar hanya ingin bertanya tanpa membutuhkan jawaban dari Harry. Dia hanya ingin memecah keheningan di dalam mobil ini. "Aku hanya bertanya. Jika kau tak ingin menjawab atau kau tidak memilki jawaban, kau tak perlu menjawabnya lagipula."

Harry tersenyum miring.

"Dia adalah satu-satunya gadis bodoh dari semua gadis yang pernah kupacari."

Apa maksudnya kali ini? Blue menjadi sedikit penasaran sekarang dengan kalimat yang barusan diucapkan Harry.

"Dia begitu mencintaiku hingga biarkan dirinya terluka. Aku tahu jika dia tahu bahwa aku berselingkuh. Tapi, dia hanya diam saja pura-pura semuanya baik-baik saja." Blue benar-benar tak habis pikir dengan semua ini. Ia bahkan sangat tak percaya akan hal tersebut. Mengapa dia bisa memperlakukan gadis seperti itu? Walaupun itu tak ada hubungannya dengan dia, namun tetap saja, Blue seorang perempuan yang bisa merasakan sakitnya.

Mata Blue dimemincing, "Mengapa kau lakukan itu?! Kau pikir dia apa?!" sentak Blue dengan amarah yang berapi-api. "Tak ada satu pun gadis di dunia ini yang ingin diperlakukan seperti itu, Harry! Dia benar menyayangimu, sedangkan kau hanya bermain-main dengannya."

Dengan cekatan, Harry menutup mulut Blue dengan tangan kirinya. Telinganya panas akibat kata-kata yang baru saja dikatakan oleh Blue. "Kau mengerti apa, huh? Kau pikir kau ini siapa?"

...

Setelah kejadian di mobil tadi, Harry membanting pintu kamarnya keras-keras saat tiba di rumah. Harry bahkan tak berbicara dengan Blue setelah itu. Gadis itu terlihat kesal namun juga merasa bersalah. Mungkin, kata-katanya barusan memang membuat perasaan Harry sakit.

"Blue! Blue!" Kemudian seorang wanita datang memasuki kamarnya dengan pakaian rapi. "Anne, kau mau kemana?" tanya Blue yang menghampiri Anne dipintu. Tangan Anne sudah penuh dengan tas-tas besar yang dijinjingnya.

"Aku akan ke rumah sakit menjaga Edward dengan Ayahmu. Bisakah aku titipkan Harry padamu? Setidaknya ingatkan dia makan dan mandi, dia bisa lupa melakukan dua hal itu biasanya." Blue menelan ludahnya. "Ada makanan di meja. Marcel akan pulang bersama kami nanti"

"Baiklah. Aku akan melakukannya. Apakah kau akan lama?" Blue mengingat kembali kata-kata Harry saat menelpon Jane. "Kupikir Harry akan ada kencan malam ini. Aku tidak terlalu suka sendirian."

Anne tersenyum tipis, tangannya itu meraih pipi kanan Blue dengan lembut. Dia jadi ingat Ibunya sekarang. "Keponakanku akan datang sore ini. Mungkin aku bisa berteman dengannya. Dia pria yang menyenangkan." Apa Anne tadi berkata pria? "Baiklah, aku harus pergi. Sampaikan pamitku untuknya," tunjuk Anne ke arah pintu kamar Harry yang tertutup itu. "Sepertinya anak itu ada masalah."

...

Jack masih gelisah menantikan kabar dari Sang Pujaan Hati. Apakah dia harus pulang atau tinggal disini sampai Ellena keluar dari kamar itu. Dia memang tak menyangka Ellena akan meninggalkannya sendirian demi laki-laki yang hanya teman SMA nya itu. Jack sesekali menatap layar ponselnya, berharap Ellena akan menelponnya atau mengiriminya pesan, tapi nyatanya tidak.

Jack mendengus kesal. "Baiklah, ini demi Ellena," ucapnya dengan yakin.

Jack kembali duduk pada bangku besi itu, kakinya dilipat serta tangannya didada sembari melihat lihat orang berlalu lalang. "Permisi" Suara seorang gadis dari belakang mengagetkannya. Gadis itu berambut coklat, berpostur tinggi, serta bermata indah.

"Apakah kau melihat seseorang masuk ke dalam kamar 343 tadi?"

"Pacarku ada didalam. Dia menunggui pria malang itu." Gadis itu tersedak. Ya! Gadis itu tidak lain adalah Sienna. Dia tahu bahwa Ellena pasti akan ada disini. Cepat atau lambat.

Oh sungguh Sienna berharap Ellena tidak mengetahui hal ini. Dia selalu berharap Ellena tak selalu tahu tentang keadaan Edward. "Lalu ada siapa lagi?"

"Kurasa ada saudara kembarnya dan orang tuanya didalam." Pastilah itu Marcel serta Mr.Shine dan Mrs. Shine.

"Apakah kau akan pergi ke dalam?" Jack menatap wajah Sienna yang terlihat kecewa itu. "Kau temannya?" Sienna hanya memberikan gelengan saja.

"Mau duduk bersamaku?" tawar Jack melihat tempat disebelahnya yang kosong, Terlihat juga tangan Sienna yang sudah gemetaran membawa parsel buah itu. "Tentu."

Sienna mengambil tempat kosong disebelah Jack kemudian menaruh parsel buahnya disebelah kanannya. "Jadi siapa namamu?"

"Sienna Marcus."

"Oh, senang berkenalan denganmu."

...

Sudah hampir siang ketika Blue turun ke bawah untuk melihat makanan yang tersedia. Dia sudah beberapa kali mengetuk pintu kamar Harry, namun dia bahkan tak menjawab ketukan itu dengan erangan atau sentakkan yang biasa Ia lakukan.

Matanya menjelajah pada meja makan yang sudah terisi penuh dengan makanan diatas piring-piring cantik. "Kira-kira Harry lebih suka yang mana? Yang satu ini?" Blue berpikir sembari menunjuk sup daging domba. "Atau dia lebih suka masakan yang ini?" Ada piring dengan hiasan bunga kecoklatan disampingnya, piring itu nampung ikan salmon dengan saus jeruk. Blue tak habis pikir, mengapa orang-orang disini lebih suka memasak ketimbang beli makanan cepat saji seperti pizza?

Dengan lekas, Blue akhirnya mengambil kentang goreng, roti, dan beberapa helai selada serta saus cabai. "Aku tahu pasti kalau dia pastu menyukai roti isi"

Blue berjalan ke arah lemari pendingin untuk menemukan daging ayam atau sapi yang mungkin bisa dipanaskan.

"Sebenarnya, Harry paling benci makanan itu." Blue mendapati seorang laki-laki dengan rambut kecoklatan--sama seperti yang Harry miliki. Tubuhnya tinggi. Blue heran, apakah setiap keluarga Anne memiliki wajah yang rupawan? Tunggu! Ya mungkin dia orangnya.

"Siapa kau?"

Dia berdeham. "Apakah Bibi Anne tak menceritakan sesuatu tentangku? Namaku Ansel McCarity. Aku keponakan Bibi Anne. Bukan keponakan langsung sebenarnya, namun kami sangat dekat seperti keluarga," jawabnya dengan sedikit bersemangat.

"Dan kau gadis manis?"

'Apakah semua keluarga Harry seperti ini? Selalu berkata-kata manis diawal? Kupikir ini agak menjijikkan,' batin Blue geram menatapi pria itu.

"Blue Shine"

Bukan respon yang baik saat kau berkenalan dengan orang lain dan kau tertawa terbahak-bahak saat dia mengenalkan namamu.

Dan itulah yang Ansel lakukan.

"Sedang apa kau disini?" tanya Harry mengejutkan mereka dari arah lain. "Kau tak bilang akan kemari."

"Hey, Harry! Lama tak bertemu! Aku merindukanmu, Man!" Ansel berusaha memeluk Harry namun Harry menolaknya. Memberi tatapan sinis pada saudaranya itu.

Blue jadi tak paham dengan situasi ini sehingga dia putuskan untuk mengambil beberapa makanan dan pergi meninggalkan mereka berdua.

Mata Harry masih memincing. Wajahnya benar-benar tak biasa saja. Ia serasa ingin meledakkan Ansel berkeping-keping sekarang juga. "Kau tahu? Aku sangat ingin membunuhmu, Ansel," aku Harry dengan terang-terangan.

"Ayolah Harry! Itu hanya masa lalu. Mengapa kau tak coba lupakan saja. Bukankah gadis cantik itu sudah menjadi milikmu?" ucap Ansel ringan. "Dengar-dengar malah kau mulai melukai hatinya?"

"Ini semua karna kau, brengsek! Kau yang membuatnya melakukan hal itu. Dan dia yang memancingku melakukan hal itu," kata Harry kesal.

-----------------------------------------------------------------------------

Heyyo, this is short like always. Well there is a new boy named Ansel hahahah. ga tau kenapa masukin dia. Oh iya, i give you Ansel Elgort to play Ansel McCarity. Vote and komen yaaaa. tysm

The Triplets // harry stylesWhere stories live. Discover now