Onze

17.4K 1.5K 110
                                    

Edward sedang bersantai pagi ini. Duduk dikursi berjemur menikmati sinar matahari yang hangat sampai mendengar debat hebat antara Blue dan Harry. Sedari tadi Blue berusaha untuk menolak ajakan Harry untuk pergi berbelanja bersamanya. Edward pun jadi terpikir lagi oleh undangan pesta itu. Undangan itu masih tergeletak disampingnya. Haruskah dia datang? Bagaimana jika nantinya dia patah hati menyaksikan Ellena yang akan bergandengan dengan laki-laki lain?

"Jangan paksa aku! Pergilah bersama gadis lain!" Blue berjalan cepat menuju kolam renang, tak mau jatuh untuk yang kedua kalinya, Ia lebih berhati-hati sekarang."Pergilah bersama Jane! Atau Mary!" teriaknya. Sungguh itu sudah cukup mengusik telinga Edward. Tak pernah seribut ini sebelumnya. Padahal ini hanya pesta penyambutan Ellena.

Harry yang terus-terusan mengejar Blue membalas, "Ayolah! Mereka semua sibuk," Ed yang berada dibelakang Harry dengan sengaja langsung mendorong saudara kembarnya itu masuk ke dalam kolam renang. Alhasil basah kuyub tubunya sekarang. "Hahaha" Blue mulai tertawa terbahak-bahak dan tak menyadari bahwa Ed berjalan ke arahnya. "Ayo ikut aku" Sebelum Blue menyangkal, tubuhnya sudah tertarik oleh tangan kuat milik Edward.

Harry yang masih terapung dikolam renang pun mendengus kesal sekarang. "Sialan!" Gagal sudah Harry mengajak Blue pergi ke pesta.

...

Kelsey meminta Marcel agar datang ke kamarnya untuk membantunya menghias dinding. Cat-cat yang berwarna-warni sudah tersedia. Seperti biasa, Kelsey adalah gadis yang selalu bersemangat melakukan hal-hal yang menyenangkan. "Aku ingin ada peri-peri disini, Marcel!" Kelsey menunjuk sisi kosong dindingnya. "Bisakah kau membuatnya tak terlalu besar? Aku ingin mereka terlihat kecil," pintanya pada Marcel.

Marcel memang sudah ahli dalam bidang menggambar, sedangkan Kelsey sangat ahli dalam mewarnai gambar. Mereka sangat serasi bukan? "Tentu, akan kubuat disana," Kelsey bertepuk semangat.

"Aku baru saja melihat film Tangled kemarin. Wah, kau takkan menyangka bahwa sekarang aku ingin menjadi Rapunzel nya," cerita Kelsey yang membuat Marcel jadi tertawa. "Bagaimana caranya membuat rambut menjadi pirang, ya?" Kelsey menatap cermin riasnya. Melihat dirinya yang jelita disana. Sambil menyisir pelan rambutnya yang mulai tipis. Marcel sedang menatapnya bercermin sekarang. Dan bagaimana dia tak terkejut melihat jari-jari Kelsey itu penuh dengan rambutnya yang berwarna coklat itu.

"Kels, rambutmu?" Marcel kemudian dengan cepat menjatuhkan pensil gambarnya dan berlari kecil menuju Kelsey. "Kau kenapa?" Kelsey menggeleng sambil tertawa seakan ada hal yang sangat lucu. "Pasti gara-gara aku pakai sampo itu. Tak kusangka separah ini dampak buruknya" Tawanya kembali. Marcel hanya terdiam melihat sahabatnya itu tertawa.

"Sudahlah. Ayo lanjutkan. Aku akan ke salon sore ini" Katanya yang sedikit membuat Marcel menjadi lega.

...

Di sebuah butik yang cukup terkenal di Sydney, Blue menghabiskan sepanjang siangnya bersama laki-laki berparas garang ini. Ya, siapa lagi kalau bukan Edward. Akhirnya Edward memutuskan mengajak Blue ketimbang Sienna yang bisa saja merusak suasana acara itu. Beruntung Blue hanya menerimanya pasrah karna merasa utang budi pada Ed. Kau masih mengingatnya, kan?

Blue disana berjalan berkeliling menggeser-geser gaun yang tergantung pada rak gantungan. Semua gaun disini terlihat begitu cantik. Dia jadi bingung harus memilih yang mana.

"Sudah mendapatkan gaun yang pantas untukmu?" tanya Ed yang mulai merasa bosan menunggu Blue yang tak kunjung menemukan gaun, ditambah lagi Sienna menelponnya berulang-ulang karna ingin bertemu. Membuat Edward tambah pusing saja. "Bisakah kau cepat sedikit? Aku ada janji dengan seseorang."

Blue langsung melirik ke arah Ed. Seseorang? Pastilah orang yang baru saja ditutup telponya itu. "Aku benar-benar bingung harus memilih yang mana. Semuanya bagus" Sebenarnya Blue sudah jatuh hati pada gaun yang dipajang pada menekin itu. Gaunnya berwarna hitam dengan payet-payet yang membuatnya tampak sangat mewah dan.... mahal. Panjangnya hanya selututnya, tapi dia yakin, dia yakin itu akan tampak sangat cantik untuknya. Namun masalahnya adalah harganya yang selangit.

Edward yang memperhatikan tatapan Blue pada gaun itu kemudian cepat bertindak untuk membelinya. "Jangan, jangan. Itu mahal!" tegas Blue sambil menggelengkan kepalanya. Namun Ed hanya terdiam dan berjalan menjauhinya lalu membayar gaun itu dengan berlembar-lembar dollar.

"Bawa ini. Kau naik taksi saja. Aku buru-buru," Ed menyerahkan bungkusan itu pada Blue. Sekarang Ia merasa jatuh dari ketinggian. Bagaimana bisa Ia melayang tinggi ke angkasa disaat Edward mengajaknya pergi lalu menyuruhnya untuk pulang naik taksi? Apakah dia terlalu berharap? Dia tahu betul perasaan kagum itu mulai tumbuh, Ia sadar bahwa ada sesuatu disana yang membuat dirinya tertarik walau hanya dengan melihatnya marah-marah atau membentaknya.

Blue hanya mengangguk kemudian.

...

Gadis berambut pirang itu berjalan dengan percaya diri dengan koper yang ditariknya. Dia tampak sangat cantik seperti biasanya. Wajahnya tampak segar dengan mata berbinar serta bibir merah muda yang mengembang. "Edward, kita akan berjumpa sebentar lagi."

Ellena kembali melangkahkan kakinya hingga taksi jemputannya tiba. Kali ini Ellena tak akan langsung pulang ke rumah, dia lebih memilih bertemu Edward. Dia memilih bertemu sang kekasih. Selama perjalanan, dia hanya tersenyum memandangi Kota Sydney nan cantik itu. Dia tak percaya akhirnya dia pulang juga ke Sydney. Perjalanan hanya sekitar 10 menit untuk tiba ditepi dermaga. Baiklah, sepertinya ada perubahan rencana. Ellena memilih pergi ke tempat pertama dia bertemu Edward. Tipe yang suka nostalgia bukan?

Langit sore tengah menyapanya ketika dia melangkah keluar dari taksi. Angin laut tak henti menerpa rambut pirangnya. Ellena berjalan menuju dermaga sekarang. Mengingati kisah cinta mereka disini. Tempat pertama Edward bertemu dengannya. Tempat Edward menyatakan perasaannya pada Ellena. Tempat terakhir yang mereka kunjungi bersama.

Matahari sudah akan terlelap diufuk barat ketika Ellena sampai di dermaga. Burung-burung camar mulai kembali pulang ke rumahnya. Hembusan angin pun sudah mulai mendingin. Ellena menggosokkan tangannya pada bahunya. Namun apa? Dingin itu hilang seketika sekarang. Lengan seseorang yang tak asing tengah memeluknya sekarang. Membagi hangat tubuhnya bersama Ellena. Menyandarkan dagunya pada pundak gadis itu. Edward.

"Aku merindukanmu Ellena..." bisiknya yang membuat Ellena terkejut saat itu juga. "Bagaimana selama ini kau bertahan tak merindukanku sedangkan aku diantara kematian dan kehidupan merindukanmu?" Tahukah kalian? Ellena menitihkan air mata sekarang. Ia hanya benar-benar sangat merindukan kata-kata puitis dari Edward.

Ellena berbalik untuk memeluk Edward. Didekapnya. Dirasakan detak jantungnya yang dahulu obat penenangnya--Obat biusnya. "Aku bahkan sudah mati karna merindukanmu, Ed" Aku Ellena sambil tersedu dalam pelukan Ed. Romantis sekali mereka! Kalian selalu membuat iri!

Edward kali ini tersenyum. Akhirnya dia bisa bersama Ellena lagi.

"Akhirnya aku dapat menggenggam tanganmu lagi setelah lama aku hanya menggenggam hatimu yang berbatas jarak" Ellena ingat akan diary nya yang dia tulis beberapa hari yang lalu.

"Hatiku memang kau genggam. Bahkan kau belenggu" Kalian tahu bahwa Edward tak pernah mencintai Sienna bukan?

-----------------------------------

A.n Heyyo, late update hahah. Ini romantis parah kan Ed sama El nya haduhh... akhirnya mereka ketemu. Next chapter partyyy! Jangan lupa leave vote also comment. Yang komen pertama gue kasih dedikasi serius. Banyak komen = cepet update. oke sekian.

The Triplets // harry stylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang