Huit

17.9K 1.6K 49
                                    

Marcel sudah hampir mendekati bandara ketika gadis berambut coklat itu melambai padanya. Gadis itu sekarang tersenyum menunggu Marcel keluar dari mobilnya.

"Hai!" sambut gadis itu, yang kemudian jatuh pada pelukan Marcel. Marcel begitu reflek untuk membalas pelukan sahabatnya itu. Hah, kau bisa rasakan bagaimana rasanya menyimpan perasaan selama bertahun-tahun tapi hanya bisa menyandang status sahabat.

"Mengapa kau selalu datang tepat waktu, huh?" tanya Kelsey heran dan melepaskan pelukannya. "Bukannya kau memang tak suka pria yang datangnya terlambat?" balas Marcel lagi sambil menyunggingkan senyuman dibibirnya. Dia selalu merasa bangga disaat seperti ini. Merasa menjadi seseorang yang dapat dicintai oleh Kelsey, walaupun itu hanya di pikirannya.

Kelsey tertawa. "Kau memang tahu semua tentangku. Bisakah kita pulang sekarang? Aku bawa banyak hadiah untukmu," ajak Kelsey. Kemudian Marcel membukakan pintu untuknya. layaknya Tuan Putri. "Silahkan, Yang Mulia," Kelsey tersenyum gemas pada Marcel.

Saat diperjalanan, Kelsey tak henti-hentinya bercerita dengan semangat pada Marcel. Menceritakan siapa saja yang Ia temui, yang Ia kenal, hampir semuanya Ia ceritakan. Kecuali satu hal yang takkan pernah Kelsey ceritakan pada Marcel. Sampai kapanpun.

...

Matahari bersinar redup menembus kaca mobil Harry. Sudah seperti malam pertama saja bagi Harry dan Blue. Harry masih dalam posisi memeluk Blue dan sebaliknya. Manis sekali bukan?

"Silau," bisik Blue pelan sekali seperti suara angin. Dan dia baru menyadari....

"Haaaa! Harry!" Jeritan sangat histeris Blue membangunkan Harry dengan terkaget-kaget. Mukanya panik walaupun masih terlihat mengantuk. "Ada apa?! Ada apa?!" teriak Harry panik.

"Mengapa kau memelukku?!" tanya Blue mengintimidasi. "Kenapa kau memelukku?! Itu tidak boleh. Jangan-jangan kau...."

"Apa-apaan kau ini?!" bentak Harry yang marah atas tindakkan Blue yang telah membangunkannya. "Kau yang memintaku memelukmu karena kau kedinginan! Bahkan kau minta aku bernyanyi untukmu!"

Blue hanya terdiam. Benarkah dia yang meminta Harry melakukannya? Bagaimana dia bisa berhutang lagi pada laki-laki menyebalkan ini?

"Benarkah?" tanya Blue dengan matanya yang melembut. "Benarkah aku yang memintamu? Bagaimana aku tak bisa berhenti merepotkanmu?" Harry mendengus kesal.

"Iya! Bisakah kau tak merepotkanku? Aku sudah lelah membantumu!" Tatapan Blue menyipit pada Harry. "Aku baru meminta pertolonganmu 2 kali, bodoh!"

"Tak bisakah kau menghitung?!" protes Harry dengan kesal. "Kau! Blue Shine telah memintaku membantumu sebanyak 3 kali," jelas Harry dengan nada tinggi. Beri tepuk tangan pada Harry. Ini kali pertamanya dia membentak pada seorang gadis. Blue akhirnya terdiam.

"Ayo kita pulang. Berjalan kaki saja sampai ada kendaraan yang akan menolong kita" ajak Harry yang menurunkan nadanya satu oktav.

Sementara itu, di lain negara, Ellena memegang foto Edward dan dia. Kau tahukan bahwa long distance relationship milik mereka tak berjalan baik? Seandainya saja Ellena punya keberanian untuk menelpon kekasihnya itu. Atau jangan-jangan Ellena sudah tak dianggap lagi sebagai kekasih oleh Edward?

"Ed..." panggilnya lembut pada foto itu. Foto itu hanya versi lama Ed, tanpa anting yang banyak menempel pada wajah tampannya. Edward dahulunya hanya suka merajah pada tangannya. Namun lambat laun dia mulai menato hampir seluruh tubuhnya kecuali punggungnya.

"Kira-kira, kau sedang apa, ya?" tanyanya sambil tersenyum samar. "Kau tahu tidak kalau aku sangat merindukanmu?"

"Aku ingin kita bersama lagi, seperti dahulu. Saat masa-masa SMA yang indah. Hanya tawa dan senyuman yang selalu menghiasi kau dan aku. Tak ada tangis ataupun kerinduan yang mendalam. Tak ada jarak yang kejam menghalangi kita. Kita dapat pergi ke taman untuk berpiknik dibawah sinar matahari Sydney. Kita dapat pergi ke pantai lalu berlarian di pasir putihnya, atau kau bisa berselancar sedangkan aku hanya duduk mengamatimu."

Sekali lagi gadis itu tersenyum. Namun kali ini lebih nyata. Ketika Ia benar-benar membayangkan Edward berselancar di lautan. Atau memainkan rambut Edward ketika Ia tidur dipangkuannya saat mereka pergi piknik ke taman.

Namun lamunan Ellena segera berakhir karna dering telponnya. Hanya nomor yang tak dikenal. Siapakah sang penelpon itu?

"Halo, Ellena Anderson disini"

"Halo, selamat malam"

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Halo Ellena..."  Dan ini ketiga kalinya dia tersenyum. Senyuman yang tak terkira kebahagiaannya.

----------------------------------------------

A/n Halo sorry ini singkat. Maagh gue lagi kambuh. Jadi kepala pusing banget kalo natap layar terus heheh. Btw, ceritanya udh ga menarik lagi ya? Kok di Sept yang vote sedikit banget ya. Apa pada liburan heheh. Okelah gapapa.

Next chapter insyaallah Senin ya

The Triplets // harry stylesWhere stories live. Discover now