BAB 18

3.8K 609 53
                                    

Hari ini update 2 bab ya. Jangan kelewatan bab sebelumnya 😁

-----

“Seringkali kehadiran seseorang itu terasa tak ada artinya sampai akhirnya kita mendapatinya hadir pada saat kita mengalami kesusahan.”

^*^


Pada hari ulang tahun Bio kali ini, Floriska mengadakan perayaan kecil di rumah. Namun, Bio tidak ingin mengundang siapa pun. Padahal Floriska memperbolehkan anak itu untuk mengundang beberapa temannya ke rumah.

Floriska dan Marco menghias meja makan dengan balon-balon dan pernak-pernik berkilau yang menjulur dari langit-langit dan lampu gantung di atas meja makan. Dia pun memasang taplak berenda warna merah muda bermotif bunga-bunga dan menambahkan lilin-lilin kecil di tengah meja. Dekorasi itu tidak terlalu bagus dan bahkan terlalu cewek untuk Bio.

“Em… Kak Flo, kenapa meja makan kita seperti meja makan Barbie?” komentar Bio sambil mengernyit dan membuat Marco terbahak. Sehingga Floriska menyingkarkan lilin-lilin itu dan mengganti taplak meja dengan yang biasanya. Tanpa bunga-bunga dan tidak berwarna merah muda.

Maklum saja, selama ini Floriska tidak pernah mengadakan perayaan ulang tahun di rumah. Selama ini, dia lebih sering berada di restoran siap saji untuk merayakan ulang tahun Bio. Karena lebih praktis, dan dia sudah terlalu kecewa untuk memasak sesuatu. Toh, dia selalu gagal membujuk Mama-nya agar pulang ke rumah.

“Boleh aku buka sekarang?” Bio antusias ketika menerima kado dari Marco setelah meniup lilin kue tart-nya yang berbentuk kumbang. Marco yang memesan kue itu sendiri. (“Woaa… ini bentuk kumbang Hercules!” jerit Bio.)

“Boleh dong,” Marco menyahuti.
Segera, anak itu menyobek pembungkus kertas kadonya. Seketika sepasang matanya yang persis seperti mata Floriska membulat. Dipandangnya Marco kemudian toples kaca. Tak percaya.

“Hercules? Kak Marco ngasih aku kumbang Hercules?” Marco mengangguk mengiakan, lalu Bio berpaling pada Floriska. “Lihat Kak Flo, Kak Marco ngasih aku kumbang Hercules,” ditunjukkannya toples kaca berbentuk kotak yang berisi kumbang bertanduk panjang itu pada Kakak-nya.

“Keren banget,” Floriska tersenyum untuk adiknya. “Bilang terima kasih dong ke Kak Marco,” pintanya.
“Terima kasih, Kak Marco, kumbang Hercules-nya. Aku pasti bakalan rawat dia baik-baik. Siapa namanya?”

Marco menjulurkan tangannya, memutar bagian tolples kaca yang ditempeli label ke hadapan Bio.

Dynastes Hercules. Namanya Three,” Marco membacanya. “Pasti tahu dia kan?”

Bio mengangguk cepat. “Pasti dong," jawab Bio kemudian pandangan beralih ke hewan itu. "Hei, Three, sekarang aku yang bakal merawat kamu. Oke?”

Floriska menjulurkan tubuhnya untuk mengamati hewan itu dan tersenyum lebar bersama Bio.

Marco diam-diam mengamati mereka. Betapa menyenangkan melihat dua orang di hadapannya ini tampak bahagia. Dan dia pun mulai menjelaskan pada Bio bagaimana cara merawat kumbang itu untuk Bio, sementara Floriska menyiapkan piring dan peralatan makan lainnya.

Sesekali cewek itu melirik mereka berdua. Mengamati dalam diam bagaimana interaksi di antaranya dua orang terdekatnya itu. Wajah Bio berseri-seri dan Marco tampak sama seperti itu. Betapa kehadiran Marco memberinya kebahagian tersendiri untuknya dan adiknya. Betapa perasaan ini membuatnya merasa utuh. Bahkan ketika telepon rumah tergantung senyap tak kunjung berdering sampai detik ini. Mama belum menelepon dan mungkin kado Bio akan datang terlambat seperti biasanya.

Tidak apa-apa. Tidak apa-apa. Sudah ada Marco. Dan dia berharap selamanya akan seperti ini.

“Buka kado dari Kak Flo dong,” celutuk Marco membuyarkan lamunan Floriska.

“Aku udah tahu kadonya apa,” kekeh Bio. “Itu buku Harry Potter yang ketiga.”

Mulai ulangtahun Bio yang kedelapan, Floriska memberinya seri pertama buku Harry Potter, kemudian seri kedua buku itu ketika Bio berulang tahun ke sembilan dan seterusnya.

“Wah nggak asik banget dong, Kak Flo,” tanggap Marco, Floriska mencibir dan Bio terkekeh.

“Aku suka buku itu loh. Kakaknya Atara katanya mau minjemin aku kalau mau. Dia punya lengkap serinya. Tapi aku nggak mau. Aku suka baca setiap tahun kayak gini,” terangnya polos. Membuat Floriska terkekeh menang.

"Cuma itu aja kadonya?" Marco masih penasaran karena kapan hati Floriska bilang ingin mencari kado lain selain buku.

"Aku pengin punya drum. Tapi mahal. Kata Kak Flo, harus nabung dulu. Nggak masalah buat aku," terang Bio.

Nice little brother,” puji Floriska.
“Nah, Bio, mau potong kuenya nggak?” lanjutnya. Bio mengangguk dan mereka mulai makan kue dan melanjutkan dengan makan malam.

***

“Hoi, kenapa senyum-senyum sendiri gitu?” komentar Marco heran ketika dia mencuci piring setelah makan malam selesai. Di sebelahnya Floriska sedang mencuci serbet.

“Nggak ada, I’m just… happy,” jawab Floriska ringan dengan senyum yang terpeta jelas di wajahnya.

I know,” balas Marco disusul senyuman lebar. Lalu dia pun menyentuh pipi Floriska dengan tangannya yang bersabun.

“Woi itu sabun!” pekik Floriska sementara Marco tergelak.

------
------

Nah itu dia keseruan Marco dan Floriska minggu ini.

Hubungan mereka lagi anget banget ya kan?

Jangan seneng dulu, ada bom menanti di chapter selanjutnya...

See you next week! Caoo... 🤗

KAIROSWhere stories live. Discover now