BAB 15

4.7K 629 92
                                    

“Mengapa seharusnya tidak ‘jatuh cinta’? karena ketika ‘cinta’ itu menghilang, yang tersisa hanyalah ‘jatuh’. Dan ‘jatuh’ itu menyakitkan.”

^*^

“Sekarang apa?” tanya Galang sembari menyedot Thai Tea di stan kecil minuman tak jauh dari toko buku.

“Nunggu,” jawab Marco. Cowok itu duduk tegang di salah satu kursi plastik. Tangannya memegang minuman dan mata tetap menerawang ke toko buku. Setelah terpergok Bio, Marco terpaksa memutuskan segera ke luar dari toko buku karena takut kepergok salah satu dari mereka lagi.

“Sebenarnya rencana lo apaan sih, Ko?”

“Rencana gue bakalan berjalan pada waktunya,” balas Marco percaya diri. “Lo ikut gue aja, entar lo bakalan tahu.”

Tak lama kemudian, Marco melihat ketiga obyek mata-matanya keluar dari toko buku. Tampak Floriska berjalan bersisihan dan bercanda dengan Arga. Sementara Bio mengekor di belakang mereka.
Kenapa mereka berdua terlihat begitu akrab? Floriska tak pernah seperti itu ketika bersama dengan cowok lain selain dirinya. Bahkan bersama Ibram pun Floriska sering kehilangan selera humornya.

Senyum dan tawa Floriska adalah sesuatu yang mahal bagi Marco dan sekarang, betapa mudahnya Arga mendapatkan hal itu dari sahabatnya. Tiba-tiba dia merasa ada balok es batu yang tiba-tiba muncul di dalam dadanya.

Marco terus mengikuti Arga dan Floriska turun sampai ke lantai dua, dan di sana mereka berjalan menuju restoran cepat saji yang ditunjuk Bio. Semua sepertinya berjalan seperti yang Marco pikirkan. Floriska pasti makan malam bersama Arga. Kata Ibram, biasanya cewek itu jatuh cinta pas diajak makan bareng. Itu lah yang membuat Marco ketar-ketir.

“Gue juga lapar,” celetuk Galang tiba-tiba.

“Gue tahu, entar lagi gue traktir makan,” sahut Marco.

“Lo mau masuk ke sana?” ulang Galang. “Jangan bilang rencana lo itu mau ngerecokin mereka?”

Marco membalas hanya dengan cengirian licik. Dia berdiri tak jauh dari restoran, mengamati Floriska mengambil tempat duduk dan Arga memesan makanan. Begitu Arga dan makanan datang, Marco mengajak Galang masuk ke restoran itu.

Awalnya Marco memilih meja yang tak jauh dari Floriska dan Arga berada. Galang pun mengikutinya dengan santai seakan-akan tidak tahu mengenai keberadaan Floriska.

Meski berlagak santai, Marco dengan berisik menarik kursi yang kakinya terbuat dari besi sampai menggesek lantai dan menimbulkan bunyi memekakkan telinga. Sehingga beberapa pengunjung restoran banyak yang menatap ke arahnya. Termasuk Floriska, Arga dan Bio.

“Marco!” seru Floriska terkejut.

Marco menoleh dengan lagak kaget, “oh, kamu Flo, di sini juga?”

Floriska tampak tercengang kemudian mengangguk perlahan. Matanya bergantian menatap Marco dan Galang. Di depannya, Arga menatap Marco sama kagetnya dengan Floriska dan Bio diam-diam nyengir sembari mengangkat ketika jarinya.

“Oh, ini aku lagi jalan sama Galang,” terang Marco lagi dan Galang langsung mengangguk meyakinkan. Sungguh Marco tak keliru mencari partner mata-mata “Gue gabung ya? Nggak enak nih, masa satu sekolah duduknya beda meja,” kata Marco kali ini kepada Arga dan tanpa menunggu persetujuan, dia menyeret kursi dan bergabung di meja mereka.

KAIROSWhere stories live. Discover now