Bab 26

4.1K 592 138
                                    

“Mengapa cinta  begitu rumit? Karena meskipun cinta membuat bahagia, cinta juga  membawa kecemasan. Kecemasan akan kehilangan, akan perpisahan, akan pengkhianatan dan segala hal yang akan membawamu dalam kubangan kesedihan pada akhirnya.”

^*^


“Gue nitip Floriska, titip doang dan jangan diapa-apain! Awas kalau lo macem-macem!”

Floriska menyodok rusuk Marco.
“Nggak usah gitu deh, Ko,” protesnya lirih. Arga memperhatikan mereka berdua.

Kabar tentang berbaikannya Marco dan Floriska sudah terdengar di telinga Arga. Ketika dia bertemu dengan Floriska, cewek itu mengiakannya. Membuatnya sedikit merasa kecewa.

Tapi tidak apa-apa, toh Floriska memenuhi janjinya untuk menonton pertandingan futsalnya. Sebuah hal yang membuatnya luar biasa bersemangat.

“Gue ngajak Floriska nonton pertandingan gue, bukan ngajak dia ke hotel cinta, plis deh Bung,” balas Arga tegas lalu beralih kepada Floriska. “Yuk Flo, kita berangkat.”

Floriska mengiyakan ajakan Arga, lalu berpaling pada Marco, “Ko, nitip Bio ya?” pintanya lirih. Merasa tidak enak.

Marco mengangguk, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Floriska. Sengaja karena Arga memperhatikannya. “Nanti, kalau kamu bosen nonton pertandingan dia, pikir aja ke mana kita akan pergi, oke?”

Floriska tak menjawab. Hanya memandang Marco dalam diam.

“Ya udah jalan, hati-hati,” lanjut Marco. Floriska pun beranjak, masuk ke dalam mobil Arga, Marco menutup pintunya. “lo ngebalikan dia jangan malam-malam!” peringat Marco tegas dari kaca jendela mobil yang terbuka. Melewati Floriska.

“Gue tahu, berisik banget deh!” sahut Arga ketus. “Dah, minggir lo kalau nggak mau gue lindes pakai ban. Gue mau jalan nih.”

Mobil pun mulai melaju, dari kaca spion Floriska menatap pantulan bayangan tubuh Marco yang mulai mengecil dan menjauh.

“Jadi, siap nonton pertandingan nggak?” Celutuk Arga membuat Floriska berpaling. “Nanti rame loh, tapi jangan khawatir, ada banyak teman dari sekolah kita kok yang nonton,” Arga memastikan.

Floriska menggeleng, lalu tersenyum. “Nggak kok, nggak apa-apa.”

Pertandingan itu digelar di salah satu kampus di Jakarta Pusat. Suporter dari SMA lain membanjiri gedung olahraga. Arga mengantar Floriska terlebih dulu ke sisi tribun khusus suporter dari sekolahnya sebelum dia bergabung dengan timnya. Ada beberapa teman sekolahnya yang sudah datang dan mereka memandangi Arga dan Floriska dengan ingin tahu.

“Nih, buat jaga-jaga kalau lo nanti bosen,” ujarnya Arga sambil menyerahkan sebuah buku kecil seukuran tiga jari berisi macam-macam ringkasan materi miliknya kepada Floriska. Cewek itu terkejut sedikit lalu terkekeh pelan menerimanya.

“Makasih, tapi aku nggak bisa nonton pertandingan sambil baca flash card.”

Arga mengedikkan bahunya. “Ya siapa tahu, oh ya, sama ini,” Arga mengeluarkan tas kertas kecil dari tasnya sendiri. “Cuma minuman sama camilan,” jelasnya menjawab pandangan bertanya Floriska.

“Nggak usah repot-repot. Serius deh Ga,” Floriska menyahut sungkan.

“Nggak apa, gini aja kok. Ya udah gue gabung sama tim dulu ya?” pamitnya lalu pergi. Setelah beberapa langkah cowok itu berbalik kembali. “Flo, makasih banget udah mau dateng. I’m happy,” ujarnya sambil tersenyum girang.

Mendengar Arga berujar seperti itu, membuat Floriska mengingat dirinya sendiri ketika perayaan ulang tahun Bio. Dia juga merasa seperti itu ketika menikmati kebersamaannya dengan Marco juga Bio. Akhirnya dia pun balik tersenyum dan menyemangatinya, “good luck, Ga!”

KAIROSWo Geschichten leben. Entdecke jetzt