"Masakan belom jadi, udah ngajak jalan aja. Tadi siapa yang ngajak masak?"

Jisoo cuma cengar-cengir, "Bosen gue di rumah. Kayak kambing ompong," Jisoo ngeliat-ngeliat kaleng sarden yang di beliin Mbak Sri di pasar tadi pagi, "Sarden ya..."

"Kenapa? Lo gak suka?"

Jisoo menggeleng, "Kasian ikannya. Udah di bunuh, di masukin kaleng lagi,"

Serius, gue bener-bener gak ngerti omongan Jisoo. Kadang dia absurd banget.

"Kak,"

"Apa lagi, ya Allah, Jis, bisa masak dengan tenang gak?"

Jisoo ketawa kecil, "Udah tau gue gak bisa diem. Maklumin dong, elah," ujarnya sedikit sinis.

Gue letakkin pisaunya, karena udah gak mood masak, "Apa?" Jisoo mengernyit menatap gue, "Lo mau ngomong apa tadi? Si kampret satu ini,"

"Gue sama Lisa mau nonton konser Sheila On7 di alun-alun selatan. Lo mau ikut gak?"

Gue mendengus kesal, "Gak! Kalau Adam Levine, baru gue ikut,"

"Dia bilang, kau harus bisa seperti aku. Yang sudah biarlah sudah. Mudah saja bagimu.. Mudah saja untukmu.. Andai saja, cintamu seperti cinta kuw.."

Gue ngelirik Jisoo dengan sinis. Gue tau itu lagu buat nyentil gue, "Bangke lo ya," sedangkan Jisoo yang gue umpat, dia cuma senyum-senyum jail.

"Udah move on, Kak?"

Gue lanjut motongin bawang, "Udah! Dari kemaren!"

"Apaan! Kemaren malem gue liat lo lagi nangis di kamar."

Mau mukul, cuma gue lagi pegang pisau, "Lo ngintip?"

Jisoo mengangguk, "Sebagai adik yang baik, gue cuma mastiin kalau kakak gue gak bunuh diri,"

"Gue sumpahin mata lo jereng,"

"Berarti gue orang yang punya mata jereng paling syantik,"

Eneg banget rasanya ngomong sama Jisoo. Dia selalu bisa bales omongan gue. Dia cuma takut sama Kak Tata. Soalnya umurnya lumayan terpaut jauh. Sekitar 4tahun lah. Sedangkan gue sama kak Tata cuma terpaut 3 tahun.

"Gimana kuliah lo?" gue ngalihin pembicaraan. Sebelum sifat narcism dia makin parah.

"Selaw lah. Jurusan gue paling gampang. Lo sendiri gimana? Gue heran, padahal lo lagi sedih, tapi kuis lo nilainya bagus-bagus. Beda ya kalau dari DNA udah pinter," tumben-tumbenan upil anoa muji gue.

"Tau dari mana nilai kuis gue? Lo ganti profesi dari pelajar jadi cenayang?"

Jisoo menghedikkan bahunya, "Kemaren gue masuk kamar lo, pas lo ngampus. Mau minjem komik, eh kertas kuis lo jatuh. Tanggalnya juga baru kemaren. Ciee dapet 100 mamen kuisnya. Lo kasih apa dosen lo? Eh, dosen lo ada yang mirip Pak Toto? Mendadak gue kangen sama dia,"

"Gak ada! Adanya cleaning service yang mirip Pak Toto. Botaknya yang sama,"

Jisoo menghadap gue, "Besok fotoin ya. Gue pengen liat!"

Gue menggeleng, "Gak. Malu-maluin aja. Ntar di kira gue penggemar rahasianya dia,"

Gue ngambil ayam yang ada di kulkas, "Jis, bersihin ayamnya,"

"Mana bisa gue, Kak. Amis. Ogah, gue gak mau. Lo aja,"

Gue menatap Jisoo tajem, "Ya udah, lo yang numis bumbunya,"

"Gak mau! Nanti kecipratan minyak!" Jisoo menjauh dari gue.

"Ya udah, gak usah masak lah ya. Males gue,"

something new ✔Where stories live. Discover now