19• Cerita

173 35 40
                                    

"Morning, Ma, Yah!!"

"Morning, sayang." sapa Fera dan Duxeiro bebarengan.

Mereka sudah pulang dari perjalanan bisnisnya di Surabaya sejak sehari yang lalu.

"Te, jauh-jauh dari Surabaya gak bawa apa-apa gitu buat Ken?" melas Ken kala itu.

Fera terkekeh dibuatnya, "Tante itu kesana buat ngurusin kerjaan, Ken, bukan mau liburan."

"Yah Tante, masa gak sempet beli oleh-oleh buat Ken?"

"Udahlah kasih aja, Ma, daripada brisik terus." Duxeiro angkat suara.

"YES!! Om baik banget deh!" Ken berjingkrak senang.

Setelah membagikan oleh-oleh yang sengaja Fera dan Duxeiro beli untuk mereka. Para sahabat Rena, Radit, dan juga Pandega mengemasi barang bawaannya dan langsung pulang.

Padahal Fera sudah melarang, katanya, "Pulangnya besok aja ya, ini udah malem loh. Kalian bisa pulang besok pagi, jangan sekarang, ya."

Tapi mereka menolak dengan alasan, "Udah kangen sama masakan rumah, Te. Lain kali kita nginep lagi kok."

Dan mau gak mau Fera mengiyakan saja, toh mereka anak lelaki, mereka bisa jaga diri sendiri.

"Gue gak disapa nih?" decak Dimas yang sebetulnya sudah biasa digituin sama Rena.

Rena menyengir kuda, "Hehe morning, Abang."

"Hmm."

"Dih, udah disapa malah dibales gitu doang." Rena menggerutu.

"Kalian itu ya, berantem mulu kerjaannya, gak pernah akur." gurau Fera.

"Kalo butuh paling akur, Ma." balas Dimas.

Rena mengangguk setuju, "Jaman sekarang kan emang gitu, Ma. Akur kalo lagi butuh doang, kek Abang nih."

"Ye.. Lo juga sama aja." sewot Dimas.

Fera dan Duxeiro terkekeh melihat kelakuan anaknya itu, "Dihabisin makannya cepet, Ren. Nanti bisa telat." suruh Duxeiro.

Rena manut dan langsung menyelesaikan sarapannya dan meneguk susu coklat kesukannya hingga tandas.

"Bye, Ma, Yah, Abang!!"

Setelah mencium pipi mereka, Rena langsung mengacir pergi ke sekolah.

"Mirip kamu, Mas." kekeh Fera.

"Anak gue tuh." timpal Duxeiro sok gaul.

Dimas tergelak dibuatnya, "Ayah gile."

∆∆∆∆

Sepertinya anak SMA Harapan Merdeka kangen dengan para most wantednya.

Terbukti dengan sorak-sorak yang diserukan ketika Rena dkk melewati mereka.

"Rena lo tambah cantik aja."

"Gila itu Si Zen ganteng parah."

RENAZICO (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang