11. TOKO BUKU

8.2K 485 7
                                    

Melupakan adalah cara yang paling ampuh untuk menghilangkan memori yang sempat mengisi kekosongan otak. Semakin diingat akan semakin pula kita tidak bisa menghilangkannya

* * *

Sudah hampir satu bulan sosok Alizter tidak menyambut kedatangan Morin. Bagai angin yang berlalu lepas, kini Alizter berbeda tidak seperti dulu, itulah menurut Morin sendiri. Cowok itu berbeda.

Cewek berambut panjang berponi dengan lesung pipit itu sedikit demi sedikit sudah mulai melupakan dan ikhlas kepergian Alizter. Entah sekarang Alizter sedang memikirkan Morin atau malah justru sudah melupakan Morin terlebih dahulu. Cewek itu tidak memikirkan panjang soal itu, toh yang harus dipirkan sekarang adalah ia dokus belajar saja.

"Yul pulang sekolah nanti anterin gue, ya?" bujuk Morin kepada Yuli. Ia menampilkan mimik wajah memelas agar Yuki luluh dan mau melakukan apa yang Morin inginkan.

"Ke mana?" tanya Yuli singkat dengan raut wajah heran.

"Gue mau beli novel baru," jelas Morin.

"Oke." Yuli mengangkat jempol tangannya dan menunjukkan gigi yang berderet rapi. Membuat Morin langsung tersenyum lebar.

"Nah gue juga mau mampir ke toko buku. Gue mau beli novel baru, novel lama gue ketinggal di rumah lama. Padahal masih ada dua cetak buku yang belum gue baca." Clara tiba-tiba menyeletuk, membuat Yuli dan Morin langsung menolehkan wajahnya menatap Clara.

"Lo juga suka baca gituan Clar?" tanya Yuli.

"Kenapa?"

"Lo sama kayak Morin. Nggak bisa move on dari yang namanya benda satu ini."

"Kebetulan deh. Nanti gue tukeran sama punya lo Clar," pinta Morin.

Clara mengangguk setuju. Rupanya sahabat yang mungkin terbilang baru itu juga memiliki satu hobi yang sama dengannya.

"Ngomong-ngomong gue dengar lo lagi deket sama Bayu ya Yul?" tanya Morin dengan menaruh wajah curiga sambil menyipitkan matanya, alisnya pun turut naik satu sisi.

"Eng-enggak. Lo dengar gosip dari mana?" sergah Yuli dengan suara gugup lantaran pikirannya sedang berkecamuk mendengar perkataan Morin barusan.

Morin sempat menaruh rasa curiga yang begitu dalam pada sosok temannya ini  Tapi, ia tidak terlalu peduli soal itu.

"Gosipnya sih gitu."

"Gosip didengerin belum tentu benar tau," gerutu Yuli kesal.

* * *

Untuk menepati janji dengan kedua temannya. Yuli menemani Morin dan Clara pergi ke toko buku. Morin dan Clara merupakan sosok yang patut untuk ditiru karena mereka memiliki minat baca yang tinggi. Tetapi, Yuli malah memiliki sifat sebaliknya. Ia tidak terlalu suka dengan novel, deretan ribuan kata menurutnya sudah cukup membuatnya muak dan pusing ketika melihatnya. Padahal membaca merupakan kegiatan yang sangat bernilai positif.

"lo mau beli novel di mana?" tanya Yuli asal sambil mengendarai motor matic-nya.

"Toko buku lah masa di toko bangunan." ungkap Morin sambil memutar bola matanya malas.

"Nih anak kadang o'on juga ya kalau diajak ngomong. Maksud gue lo mau pergi ke toko buku mana?" dercak Yuli kesal lantaran Morin memancing emosinya. "Ya gue tau kali novel itu adanya ditoko buku," lanjut Yuli kesal.

Morin tidak menggubris ucapan Yuli lagi, sampai akhirnya mereka pun tiba di salah satu toko buku yang berada di daerah Jakarta. Dengan masih memakai seragam sekolah, Morin dan kedua sahabatnya memasuki toko buku tersebut dan mulai mencari-cari novel yang dirasanya menarik untuk dibaca.

Cold as Ice Cubes (END)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora