Part 52

24 0 0
                                    




Sudah seminggu Daisy terus memikirkan kata-kata Royan. Ucapan Royan yang sama sekali tak bisa membuat tidur nyenyak. Bahkan bayangan wajahnya selalu muncul di mimpi Daisy, saat Daisy mulai ketakutan dengan mimpi buruk yang akan menghiasi tidur panjangnya.

Setiap akhir tidurnya, Daisy selalu tersenyum. Namun begitu Daisy bangun dari tempat tidur, mimpi itu menghilang begitu saja. Aneh pikirnya.

Daisy yang mempunyai keinginan pagi ini, yaitu menyiram bunga-bunga yang sudah lama tak ia tengok. Bahkan Anjani juga kadang malas sekali, hanya bibi yang mau peduli dengan tanaman-tanaman mereka.

Daisy merebut secara halus selang air tersebut dari tangan bibi. Seperti hari-hari sebelumnya, Daisy nampak anggun dengan balutan dress sepanjang mata kaki berwarna baby pink. Daisy menyirami bunga-bunganya dari ujung hingga ujung. Untuk toko, kini giliran bibi yang mengambil alih, sedangkan Anjani masih sibuk memasak. Sampai pembeli seringkali bersin-bersin jika mereka rela mengantri sejak pagi.

Ditempat lain Royan masih tak henti-hentinya tersenyum mengingat semburat merah menghiasi pipi Daisy. Royan rasa ia tak terlalu cepat untuk mengajukan pertanyaan seperti itu. Karena baginya sudah cukup dewasa dan sudah siap. Sudah begitu saja menurut Royan.

Royan memandingi cincin yang ada di genggamannya, yang ia beli satu minggu lalu. Sengaja ia tak memberitahu Daisy. Royan hanya ingin membuat kejutan kecil-kecilan untuk keluarga mereka.

Tidak mewah, Royan tau Daisy amat suka dengan hal yang sederhana. Hanya satu tahta mata berwarna putih berkilauan yang Royan beli. Tak lama setelah memandanginya, Royan meletakkannya dengan bersungut-sungut. Royan merasa cemburu dengan cincin itu. Cincin itu bisa terus setiap saat berada di jari manis Daisy, sedangkan dirinya terus menerus berada jauh dari Daisy.

Royan menyimpan kembali cincin itu kedalam kotaknya. Karena banyak sekali notifakasi di hpnya, mulai dari Olivia, Panji, Rio hingga mamanya. Mereka begitu antusias mendengar kabar dari Royan setelah kepulangannya dari rumah Daisy. Royan tak menyangka bisa secepat itu reaksi positif mereka.

________________

Hari ini Panji benar-benar kehilangan keseimbangannya. Dulu sempat dibuat oleh orang yang sama, orang yang mampu menggerakkan hati adiknya kecuali dirinya. Panji pikir ucapan Royan beberapa pekan lalu saat mereka bertiga berkumpul diruang tamu, itu hanya candaan belaka. Namun benar, Royan bukan melulu soal orang yang cuek dan receh begitu saja. Kini dirinya benar-benar ingin membuktikan kepada seisi dunia.

Beruntungnya, Royan hanya mengabarinya lewat pesan singkat. Tapi Panji tau, pesan itu diketik dengan kondisi hati yang sedang berbunga-bunga. Panji mencengkeram kuat hp yang ada di genggamannya. Hati Panji terlalu sakit untuk membaca pesan tersebut. Ribuan jarum, pisau bahkan pedang sudah menghujam seluruh tubuh dan jiwanya.

Rio merebut paksa benda berbentuk persegi tersebut, Rio sudah tidak tega melihatnya menjerit kesakitan berada ditangan Panji. Selama ini Rio tak pernah melihat Panji serapuh ini. Mungkin untuk kegagalan kemarin bersama Daisy masih bisa diterima. Tapi untuk masalah yang satu ini Panji belum bisa berbesar hati untuk menerima secepat ini.

Panji tidak mengatakan apapun kepada Rio. Namun semua gerak tubuhnya sudah cukup untuk menjelaskan semuanya.

"Daisy ade lo kan Nji? Masih inget kan?" tanya Rio dengan mencengkeram bahunya. Rio tak mengerti sebab mata Panji berwarna merah, marah atau ingin menangis.

"Gue juga dapet chat ginian dari Royan" Rio segera merogoh saku celananya, membuka layar hp dan memperlihatkannya ke arah Panji.

"Royan sahabat kita Nji, dia mau seriusin ade lo" Rio menyadarkannya kembali.

Love and ObviousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang